52 - Menghilang

521 67 25
                                    

How can you tear us apart?
I told you my heart was only for you
Only for you
You ran to my life
And you want me to shine but only for you
Only for you

Play | Rossa - Firefly |

* * *

Lipatan kertas itu tersimpan dalam senyap di atas nakas samping kasur. Mata Melvin beralih menatap Zira yang sedang tertidur lelap, kedua pipi cewek itu tampak lembab. Zira menangis seharian kemarin.

Melvin melirik jam di dinding, ini masih terlalu pagi. Bahkan matahari pun belum menampakkan diri.

"Ra, gue berangkat dulu." Melvin berkata sangat pelan, nyaris seperti bisikan. Tangan Melvin mengusap lembut kepala Zira, matanya menatap wajah damai Zira yang sedang menyelami dunia bawah sadar.

"Bahagia selalu." Melvin perlahan mengecup kening Zira. "I love you."

Berlama-lama di samping cewek itu membuat dirinya enggan pisah dengan Zira. Tabungan rindu yang telah ia siapkan, mungkin akan langsung terisi penuh dalam kurung waktu yang singkat.

"Melvin." Suara dari arah pintu kamar membuat lamunan Melvin buyar. Itu suara Hendra.

Melvin berdiri, ditatapnya wajah cantik tunangannya itu. Helaan napas keluar dari hidung Melvin, dengan berat hati ia berajak dari kamar Zira.

"Zira gak bakal dibangunin dulu?" tanya Hendra.

Melvin menggeleng. "Kesian, lagi tidur."

"Nanti Papah harus bilang apa kalo Zira nanyain kamu?"

"Bilang aja Melvin udah berangkat ke Magelang. Zira taunya Melvin bakal sekolah akmil." Melvin menggendong tasnya, ia berjalan menuruni tangga.

"Kamu yakin gak bakal ngomong dulu sama Zira?" Hendra membututi Melvin, ia menatap punggung anaknya itu.

"Melvin udah nulis surat."

Hendra mengangguk pelan, ia memperhatikan Melvin yang sekarang sedang memasukkan barang-barangnya ke mobil.

"Kenapa berangkatnya sepagi ini?" tanya Hendra.

"Ngejar kereta." Melvin menutup pintu bagasi mobil setelah barang-barangnya masuk ke dalam sana.

"Kenapa gak pake mobil? Jakarta-Bogor menurut Papah gak terlalu jauh, lebih enak pake kendaraan pribadi, Mel."

"Zira taunya Melvin udah mesen tiket kereta. Nanti kalo mobil hilang satu di rumah ini, Zira bakal curiga." Melvin berkata sambil masuk ke dalam mobil.

Hendra menghembuskan napasnya. "Papah nanti siang nyusul kamu."

"Jangan sampai Zira tau dimana Melvin sekolah." Melvin berujar sambil menutup kaca mobil, membuat wajah Melvin kini terlihat samar karena terhalang kaca.

Tak lama mobil hitam itu keluar dari pekarangan rumah, meninggalkan Hendra yang menatap kepergian mobil hitam itu.

* * *

Kelopak mata Zira perlahan bergerak, memperlihatkan manik mata biru milik cewek itu. Zira langsung bangun dari posisinya karena salah satu lubang hidungnya tak bisa menarik oksigen.

Ini risikonya jika ia menangis, lalu ketiduran. Tak hanya itu, tenggorokannya pun terasa serak. Zira berdehem pelan sambil melirik nakas. Biasanya asisten rumah atau Melvin suka menyediakan segelas air di atas nakas.

"Seret gini ih." Zira mendegus kesal, segelas air tak ia temui di atas nakas itu. Malah yang ia temui adalah secarik kertas yang terlipat.

Zira turun dari kasurnya, berjalan perlahan menuju kawasan kamar Melvin. Mata Zira memicing saat kamar cowok itu tampak sangat rapi dan sunyi, tak ada penghuninya.

CLASSIC [END]Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu