15 - Pergi

1.2K 234 38
                                    

Play | Tulus - Sepatu |

Terkadang cuma waktu yang bisa membuat kita mengerti dengan semua kejutan yang semesta berikan

* * *

Perlahan kakinya melangkah menyelusuri setiap gerbong yang ia lalui. Sampai akhirnya ia menemukan gerbong yang sesuai dengan tiketnya.

Zira mengangkat koper dan menyimpannya pada rak bagasi. Setelah itu, ia mendudukan bokongnya di bangku yang sesuai dengan nomor di tiketnya.

Kemarin malam ia pulang ke rumah ibunya dengan alasan rindu yang telah menggunung. Memang benar cewek itu rindu kepada ibunya. Zira juga berkata jujur bahwa dirinya selama seminggu diskor.

Azahra sempat mengamuk, tapi tak terlalu lama karena merasa kasihan dengan anaknya itu. Diam-diam Azahra akan mengincar cowok yang telah menghajar anak kesayangannya itu.

Zira juga meminta izin untuk pulang kampung halamannya di Tasikmalaya karena ia sangat rindu nenek, bibi, paman, dan sepupunya.

Azahra tentu menolak mentah-mentah karena ia masih rawan membiarkan anaknya pergi sendiri. Tapi bujukan Zira yang pantang menyerah, akhirnya hatinya luluh dan mengizinkannya.

Zira menyumpal kedua telinganya dengan earphone, ponselnya ia biarkan dengan mode pesawat agar tak ada yang bisa menghubunginya sama sekali.
Seminggu diskor ia akan menghabiskan waktunya di rumah neneknya yang berada di Tasikmalaya. Tempat kelahirannya, sekaligus tempat ia bertemu dengan Thuska untuk pertama kalinya.

Semenjak ayahnya meninggal, Zira dan Azahra pindah ke Jakarta. Zira masih ingat bagaimana ekspresi Thuska ketika ia memberitahu cowok itu akan pindah rumah.

Namun, jarak seakan-akan enggan memisahkan mereka. Thuska alias Gino satu sekolah dengannya, sekaligus musuh besar Zira dan ia baru mengetahuinya kemarin. Terkejut? Sangat. Entah harus bagaimana ia menjabarkan perasaannya sekarang.

Andai saja Thuska itu bukan Gino, pasti saat itu Zira akan berlari ke atas panggung dan memeluk erat sahabat kecilnya yang telah berpisah lama dengannya.

Dari sekian banyak cowok di dunia ini, mengapa harus Gino? Cowok yang telah menghajarnya, cowok kasar dan cowok yang dipandang buruk oleh Zira.

Zira menghela napasnya, lebih baik ia tidur daripada memikirkan itu semua. Perjalan dari Jakarta ke Tasikmalaya menempuh waktu yang cukup lama.

* * *

"Mel." Melvin menoleh dan melihat Maudi yang sedang berjalan ke arahnya.

"Gue minta maaf," ujar cewek itu.

Melvin tak mengubris ucapan cewek itu, ia langsung memakai helm-nya dan menyalakan motornya.

"Bentar, Mel." Maudi mencegah Melvin yang hendak pergi. "Gue pengin ngomong."

Melvin menatap cewek itu. "Ngomong apa? Gue gak punya banyak waktu."

Maudi menarik napasnya. "Gue pengin balikan."

Melvin tersenyum sinis. "Semudah itu?"

"Mel, gue bisa jelasin semuanya. Plis kasih gue kesempatan."

"Apa yang perlu dijelasin? Dulu lo yang minta putus dan sekarang gue penuhi keinginan itu."

Maudi terdiam beberapa saat. "Gue nyesel, Mel. Gue sekarang sadar cuma lo doang yang masih ada di hati gue."

CLASSIC [END]Where stories live. Discover now