5 - Fake Happiness

1.7K 383 55
                                    

Play | Payung Teduh - Akad |

Pura-pura bahagia dulu aja, siapa tau nanti bahagia beneran.

* * *

"Ini kemewahan gak sih?" bisik Zira yang merasa kesusahan melangkahkan kakinya karena menggunakan high heel.

Zira merasa heran, mereka hanya akan tunangan, tapi mengapa gaun yang dikenakannya seperti gaun pernikahan. Melvin juga menggunakan tuxedo layaknya calon mempelai pengantin pria.

Ini mau tunangan atau nikahah sih?

"Tangan lo." Zira mengalihkan perhatiannya ke Melvin.

"Hah?" tanya Zira kebingungan. Melvin mendelik, lalu meraih tangan Zira dan mengandengnya.

"Apaan sih? Di sini 'kan gak ada Kakek ataupun bokap lo." Zira langsung menepis tangan Melvin.

Sesuai kesepakatan-ralat pemaksaan kemarin, Zira tak boleh menepis atau membantah setiap kelakuan Melvin yang tiba-tiba sedikit aneh jika ada kakeknya atau Hendra, ia melakukan itu hanya untuk bersandiwara di depan kakek dan ayahnya, tak ada maksud lain.

"Bokap ada di belakang kita," bisik Melvin.

Zira menoleh ke belakang dan benar saja apa yang dikatakan cowok itu. Jauh di belakang mereka, ia melihat Hendra yang baru saja masuk ke dalam rumah sakit.

Zira segera menggandeng tangan Melvin. Sesuai dengan perjanjian-berbau pemaksaan, Zira juga harus bisa menyesuaikan keadaan jika ada Hendra atau kakeknya Melvin, agar mereka percaya dengan sandiwara yang diperankan oleh mereka.

"Dari tadi kok orang-orang pada liatin gue, ya? Apa gue terlalu cantik?" tanya Zira pada cowok di sampingnya.

"Mereka liatin gue, bukan lo. Jangan kegeeran lo," sahut cowok itu, membuat Zira memutar bola matanya malas.

Mereka masuk ke dalam lift yang untungnya sedang kosong. Zira langsung melepaskan gandengannya, ia bercermin di kaca yang terdapat di dinding lift.

"Lo serius bakal lakuin ini?" tanya Zira skeptis.

"Apapun itu gue bakal lakuin demi kebahagiaan kakek dan bokap gue," balas Melvin serius.

"Lo kok nurut banget sih sama mereka?"

"Udah seharusnya 'kan."

Pintu lift terbuka, Melvin menggandeng lengan Zira, cewek itu tak menepis atau memaki karena memang sudah sewajarnya mereka seperti itu.

"Eh, ini cuma tunangan palsu 'kan?" tanya Zira yang diangguki Melvin. "Kok gue deg-degan, ya?"

"Inget, jangan baper." Melvin berujar, memperingati cewek itu.

Tiba-tiba saja Melvin menarik cewek itu ke belokan koridor yang kosong dan langsung membekap mulut cewek itu. Melvin menatap lekat mata cewek itu mengisyaratkan agar cewek itu diam.

Zira menelan ludahnya sendiri. Apa yang sedang dilakukan cowok itu? Rasanya Zira ingin sekali menghajar cowok itu yang berani mendempetnya ke dinding.

"Kalo mau nanya nanti, beres tunangan. Kita ngobrol di rooftop rumah sakit." Melvin melepaskan tangannya yang masih membekap Zira.

Zira menarik napasnya dalam-dalam, lalu mengangguk patuh, tangannya kembali digandeng oleh Melvin.

Zira dapat melihat Hendra yang sedang memegang knop pintu, pria itu menoleh ke arah mereka berdua, lalu tersenyum. Zira mengukir senyum manisnya, lalu melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruang inap.

CLASSIC [END]Where stories live. Discover now