50 - Planning

472 65 30
                                    

So thank God for plot twists like you

Play | NIKI - Plot Twist |

* * *

Kedua sudut bibir itu terangkat dalam satu kali tarikan napas. Matanya yang bermanik biru tak henti-hentinya menatap beberapa figura yang telah tertempel di tembok.

Ada salah satu figura yang masih hangat tertempel di dinding kamarnya. Figura itu merupakan foto kelulusan murid-murid XII MIPA 7 yang baru saja kemarin abadikan.

Zira beralih menatap dinding pembatas kamarnya dengan kamar Melvin. Di dinding tersebut terdapat banyak sekali foto-foto mereka berdua. Dimulai dari foto pertunangan mereka, foto keseharian mereka beraktivitas, foto Melvin yang memenangkan pertandingan basket, foto Zira yang sedang latihan boxing, foto Melvin latihan menembak, foto-foto konyol mereka, dan tentunya ada foto terbaru.

Foto graduation mereka. Di foto itu Zira dan Melvin tersenyum lebar. Satu tangan Melvin melingkar di pundak Zira, satu tangannya lagi memegang piala penghargaan karena cowok itu mendapatkan nilai ujian sekolah tertinggi se-SMA Taruna.

Dinding itu Zira sebut sebagai dinding kenangan dirinya dengan Melvin.

Pintu kamar berdecit pelan, tak lama terdengar suara langkah kaki yang mendekati cewek itu.

Senyum Zira semakin mengembang, tanpa membalikkan badan pun Zira tahu siapa si pemilik derap langkah itu. Siapa lagi jika bukan Melvin.

"Mel, liat bagus gak? Kira-kira ... ." Zira membalikkan tubuhnya, suaranya terhenti saat melihat orang yang berdiri di hadapannya.

"Om?" panggil Zira terheran-heran dengan kadatangan Hendra yang membuat dugaannya terpatahkan.

"Ke bawah, ada yang mau dibahas." Hendra tersenyum tipis, lalu melangkahkan kakinya keluar kamar.

Zira mengikuti langkah pria itu sambil menebak-nebak apa yang akan dibahas oleh pria paruh baya itu. Juga, memikirkan kemana perginya cowok yang berstatus tunangannya itu.

Mata Zira terasa berdenyut-denyut saat melihat ruang tamu dari atas tangga. Ruang tamu itu diisi oleh orang-orang berpakai jas hitam dengan balutan kemeja putih.

Langkah kaki Zira melambat, ia tak salah dengar kan kalau Hendra menyuruhnya ke bawah?

Di ruang tamu ramai dengan orang-orang berpakai formal. Sedangkan ia hanya menggunakan short boxer dengan kaus lengan pendek, penampilannya terlihat sangat santai dibandingkan mereka.

Hendak berbalik, tapi suara Melvin mengintrupsinya. Zira melotot ke cowok itu karena telah membuat semua tamu berfokus kepadanya yang berpenampilan urakan.

"Cepet sini," suruh Melvin.

Karena sudah kepalang malu, dengan senyum idiotnya Zira melangkah mendekati mereka yang terus-menerus memperhatikannya dengan intens.

Zira mengedarkan pandangannya menatap satu persatu tamu yang didominasi oleh pria. Hanya ada dua wanita di ruang tamu, yaitu Zira dan seorang wanita yang kemarin ia temui?

"Halo Zira, kita ketemu lagi." Senyum wanita itu terlukis, sehingga matanya sedikit menyipit.

"Eh, mbak yang kemarin, ya?" Zira tersenyum canggung, ia langsung merutuki dirinya yang memanggil wanita itu dengan sebutan mbak-mbak.

CLASSIC [END]Where stories live. Discover now