3 - Keputusan

2K 444 66
                                    

Play | Lauv & Lany - Meant it |

Hidup itu kadang konyol, tapi tetap saja harus kita jalani.

* * *

Zira mengupas kulit mangga yang telah ia petik dari pohonnya langsung. Satu potongan mangga masuk ke dalam mulutnya, ia memperhatikan ketiga cowok yang sedang latihan menembak, dengan sebuah papan triplek hitam berbentuk manusia, sebagai sasaran.

Zira sempat terkejut mengetahui bahwa Melvin mempunyai ruangan khusus untuk latihan menembak.

Melvin mendekati cewek yang dari tadi asik memakan potongan mangga. "Gimana udah dapet jawabannya?"

Zira tampak berpikir keras, matanya ia picingkan sambil mengetuk-ngetuk pisau di dagunya. "Oke lah."

"Tapi," lanjut Zira menggantung, membuat cowok itu menunggu kelanjutan ucapannya.

"Gue lakuin ini semua demi ibu gue, ya! Jadi fix hutang ibu gue lunas!" lanjutnya.

Melvin menghela napasnya, ia kira cewek itu minta sesuatu yang aneh-aneh. Kenal Zira selama tiga tahun membuat dirinya waswas karena Zira termasuk cewek bar-bar di sekolah, tak lupa tingkah lakunya yang absurd.

Melvin mengangguk-angguk dan kembali berjalan mendekati kedua cowok yang masih anteng latihan menembak.

"Woy!" Zira mendekati Melvin. "Gue pengin tanya."

"Apa?" tanya Melvin dengan alis terangkat.

"Lo kenal Thuska?"

* * *

Zira memakirkan motornya di halaman rumahnya. Sore ini Hendra menyuruh Melvin untuk mengajak Zira menjenguk kakeknya yang ada di rumah sakit.

"Nyokap lo pulang jam berapa?" tanya Melvin.

"Gak tentu sih, kadang sorean." Zira memutar kunci pintu.

"Lo tunggu di luar! Nanti tetangga liat jadi fitnah lagi," sewot Zira mencegah Melvin yang hendak ikut masuk ke dalam rumah.

Melvin akhirnya menunggu cewek itu di luar rumah. Ia memperhatikan motor yang sering dipakai Zira, motor keluar jaman dulu.

Zira juga sering menggunakan motor itu ke sekolah dan sering mendapatkan cemoohan dari teman-temannya, tapi namanya juga Zira. Cewek itu cuek-cuek saja mendegarnya. Mereka yang mencemoohkan dirinya tak tahu bagaimana susahnya mencari uang.

"Skuy!" Zira telah siap dan mengunci pintu rumahnya.

Zira duduk di motornya, diikuti Melvin yang duduk di jok belakang.

"Aneh gak sih?" tanya Zira.

"Aneh apaan?" tanya balik Melvin.

"Lo gak malu apa dari tadi dibonceng gue?" Zira memperhatikan Melvin lewat spion.

"Bodo lah, cepetan bokap udah nunggu di rumah sakit."

"Lo sendiri napa kagak bawa kendaraan sih?"

"Males."

CLASSIC [END]Where stories live. Discover now