48 - Janji

555 72 17
                                    

Cause i will fall for you
No matter what they say
I still love you, i still love you.

Play ☝️| The Overtunes - I still love you |

* * *

Terasa remuk mendegar semua fakta yang sepuluh tahun ini tertidur tenang, tanpa ada gejala-gejala akan bangun dan membuat ledakan yang besar.

Gino, Zeva, dan Dion tak pernah tahu rahasia yang disembunyikan oleh keluarga besarnya. Selama ini mereka hidup bahagia, sangat. Tak pernah kurang apapun baik dari segi finansial ataupun keharmonisan.

Terkekeh hambar yang bisa Gino lakukan. Semesta sedang bercanda dengan keajaiban yang datang secara tiba-tiba membuat dunianya rubuh perlahan.

Ketika masih berseragam putih merah, Zira pernah meminta dirinya untuk menjadi sahabat selamanya. Namun, Gino kecil menolak dengan alasan ia nanti akan mempunyai kekasih.

Sampai akhirnya Zira kecil meminta untuk dinikahi ketika dewasa nanti, agar tak ada satupun yang bisa membuat mereka renggang.

Bullshit.

Janji itu tak pernah diucap dengan tulus. Sehingga mereka pernah terpisahkan. Sepuluh tahun.

Kecepatan motor harley Gino bertambah. Jalan kosong menjadi pelampiasan dari rasa kecewanya. Mengendarai motor dengan kecepatan tinggi saat rasa kecewa melanda itu terasa melegakan.

Seperti ada banyak butiran rasa kecewa tertempel di pundak yang satu persatu hilang.

Ralat, bukan hilang. Tapi terbang sementara dan akan hinggap lagi ke pundaknya.

Suhu malam ini terasa lebih dingin saat rintik air dari langit membasahi bumi. Semakin lama rintikan itu menjadi deras. Saat itu pula lelehan bening meluncur bebas dari pelupuk mata. Ia membiarkan tumpahan air dari langit membasahi tubuhnya.

Spidometer motor gede itu menurun, ia telah melewati jalan sepi tadi. Digantikan dengan jalanan yang terlihat padat. Dari balik kaca helm, mata Gino menangkap seorang gadis yang berdiam diri di helte.

Alis Gino mengerut, ragu dengan sosok gadis yang ia lihat. Motor Gino menepi ke sisi, mendekati halte yang tampak remang. Buru-buru ia turun dari motor, berlari mendekati cewek itu.

"Kenapa sendirian di halte, Coco?" tanya Gino, degup jantungnya berdebar melihat cewek dengan balutan sweater rajut merah marun itu.

Zira reflek mendongak saat melihat cowok yang basah kuyup berdiri di hadapannya. Mulutnya terasa kelu karena jantungnya terasa dipukul keras-keras saat manik mata cokelat itu menatapnya.

"Coco," panggil cowok itu.

Zira mengerjap. "Adudu? Kenapa hujan-hujanan?"

"Gak bawa jas hujan." Senyum tipis hadir di bibir Gino, hatinya perlahan menghangat. "Mau ke mana, Co?"

"Gue mau ke rumah ibu."

"Kalo udah reda, gue anter."

"Ke rumah ibu kandung gue maksudnya."

Sengatan listrik menyetrum jantung Gino saat mendengar penuturan cewek itu. Mulutnya terkunci, tak tahu harus bereaksi seperti apa. Semuanya semakin terasa keruh.

"Lo udah tau itu, kan?" tanya Zira. Air matanya telah mengumpul di pelupuk mata.

Gino masih merapatkan bibirnya, perasaannya bercampur tak karuan.

"Atau lo udah tau dari dulu?" tanya Zira lagi.

Gino menggeleng. "Gue baru tau."

Zira tertunduk, perasaannya tercabik-cabik saat alasan rasa sayang mereka harus dialihkan. Terasa sulit saat Zira harus melepas rasa sayangnya kepada Gino sebagai laki-laki yang pernah mengisi hatinya.

CLASSIC [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang