18 - Sebal

1.1K 177 42
                                    

Mari kita menua bersama dengan ikatan sahabat yang tak pernah luntur.

* * *

"Yang bener aja! Masa Kak Rara dikasih yang kayak gitu!"

"Lah terus gue harus kasih dia apa?"

"Ya terserah lo lah, asal jangan kasih barbie-barbiean kayak anak kecil aja."

Arden menghela napasnya gusar, mereka telah muter-muter mall untuk mencari hadiah yang cocok buat Zira. Tapi hingga saat ini belum juga menemukan yang pas.

Arsen menarik lengan saudara kembarnya dan berucap, "Liat tuh."

Arden memperhatikan apa yang ditunjukkan oleh Arsen, alisnya mengerut. "Apaan itu cuma boneka Adudu."

Arsen berdecak. "Lo gak tau? Kak Rara 'kan suka animasi Adudu."

Mata Arden membulat, ia baru ingat akan hal itu. Secepat kilat Arden berlari mendekati boneka berkepala kotak itu yang hanya tersisa satu lagi.

"Woy! gue duluan yang ngambil." Arden menarik paksa boneka itu dan menatap tajam cowok berhoodie hitam itu, yang sama-sama memperebutkan boneka Adudu.

"Gue duluan," sinis si cowok itu, tak mau kalah.

"Gue duluan!" Arden langsung merebut boneka itu lagi dan memeluknya posesif, seperti anak kecil yang tak mau kehilangan mainan barunya.

Arsen datang mendekati mereka berdua. "Arden kasihin aja lah. Kita nyari di tempat lain aja."

"Ogah! Gue udah cape-cape lari ke sini!" tolak Arden yang masih memeluk boneka Adudu itu.

Arsen tersenyum kikuk kepada cowok berhoodie hitam itu dan berkata, "Maaf kak-"

"Arsen! Lo ngapain minta maaf sih?!" seru Arden mengebu-ngebu.

"Lo beli boneka itu buat siapa?" tanya cowok berhoodie hitam itu.

"Buat siapa we kepo!" sungut Arden.

"Buat Kak Rara. Kemarin dia-" lagi-lagi ucapan Arsen terpotong karena Arden tiba-tiba menariknya menjauhi cowok itu.

Arden mendegus kesal ketika saudara kembarnya selalu membeberkan informasi apapun kepada orang lain. Menurut Arden, kembarannya itu terlalu polos. Sehingga ia harus mengikutinya kemanapun saudara kembarnya pergi.

Cowok berhoodie hitam itu tampak bergeming setelah mendengar nama yang disebutkan oleh sosok yang bernama Arsen. Ia kembali membuka memori dulu kecilnya dan matanya langsung melebar.

"Kalian Arden Arsen?" tanya cowok berhoodie hitam itu setengah berteriak.

Arsen dan Arden sontak menoleh dan menatap cowok berhoodie hitam itu dengan alis terangkat.

"Kakak kenal kami?" tanya Arsen.

Cowok itu mengangguk berkali-kali. "Lo pada masih inget gue gak?"

Kedua saudara kembar itu menggeleng.

"Gue Gino," ucap cowok itu.

Saudara kembar itu masih mengerutkan alisnya, merasa asing dengan nama yang disebutkan cowok itu.

"Maksudnya, gue Thuska," ralat cowok itu.

Arden dan Arsen saling melemparkan tatapan.

"Lo Gino apa Thuska sih jadinya?" sewot Arden.

"Thuska itu nama tengah gue." Gino mendekati mereka berdua.

"Jangan ngaku-ngaku lo!" sentak Arden.

CLASSIC [END]Where stories live. Discover now