42 - BoBoiboy

601 71 27
                                    

But you like her better, i wish i were heat-her.

| Conan Gray - Heather |

Banyak orang yang berkata bego dan cinta itu beda tipis, setipis helai rambut. That true, for some people.

Rasa takut kehilangan yang berlebihan menjadi alasan mengapa cinta itu membuat orang-orang bego. Orang mana yang mau kehilangan pasangannya?

Segalanya mungkin akan diberikan karena mereka terlalu mencintai pasangannya yang belum tentu menjadi takdir mereka.

Berbuah manis jika seseorang yang kita perjuangankan adalah takdir kita. Tentu saja buah manis itu berasal dari proses yang panjang. Butuh banyak waktu, tenaga, dan doa yang maksimal agar segala usaha kita berbuah manis.

Akan terasa asam bahkan hambar jika buah kurang banyak proses. Itu tandanya masih butuh banyak waktu, tenaga, dan doa dalam setiap usaha kita.

Tapi, jangan lupakan pula buah yang memiliki takdir rasa asam. Seasam apapun buah itu pasti ada saja yang memakannya. Buah asam memiliki pelengkap tersendiri yang bisa membuatnya sedap dimakan. Hingga akhirnya manusia paham bahwa semua ciptaan-Nya tak ada yang tak berguna.

Sama halnya saat kita berusaha memperjuangkan dia, tapi perjuangan kita belum membuahkan hasil yang manis. Dia bukan takdir kita, pasti ada alasan mengapa dia bukan takdir kita. Terlalu banyak orang berkata, "Ada yang lebih baik dari dia."

Dan kita tersadar bahwa selama ini kita sedang menjaga jodoh orang lain.

Katanya di dunia ini tak ada yang mustahil, selagi sang Maha Kuasa menghendaki.

Ingat, masih ada kata selagi.

Belum tentu semua yang selama ini kita usahakan akan dikehendaki oleh-Nya. 

Melvin mengulas senyum tipis, ia menunduk sambil merapikan posisi topi hitamnya agar dapat menutup sebagian wajahnya. Tak lupa ia memakai masker berwarna senada dengan topinya, agar ia tak dikenali siapapun.

Memperhatikan sepasang remaja itu memang sudah menjadi kebiasaan Melvin. Namun, kali ini ada yang berbeda. Melvin memperhatikan mereka secara langsung sekarang, tak lagi berhadap-hadapan dengan layar monitor.

Ia memiliki alasan mengapa bisa memberanikan diri untuk memperhatikan mereka secara langsung. Hari ini Zira sudah diperbolehkan pulang, itu alasan yang keseribu.

Hatinya sudah menjadi abu karena selalu terbakar api cemburu. Itu adalah alasan kesatu hingga ke-999. Dia cemburu, tapi diam.

Semua orang yang mengantarkan Zira menampilkan senyum lebar. Ibu Zira, Gino and the gang, Ghea, dan Mauren. Mereka yang selama Zira dirawat masih setia menemani cewek itu hingga benar-benar pulih.

Vincent membuat guyonan hingga gelak tawa dari mereka terdengar memenuhi koridor rumah sakit. Zira terkekeh, ia berjalan di barisan belakang dengan ibunya dan kedua sahabatnya. Di barisan depan ada Gino, Sergi, Reno, Devan, dan Vincent.

Kelima cowok itu seperti body guard untuk para wanita di belakang mereka. Sesekali salah satu dari kelima cowok itu berbalik untuk memastikan keamanan mereka atau sekadar merespon ucapan dari belakang.

Kelima cowok itu sudah membasmi wartawan-wartawan yang setiap hari kepo dengan keadaan Zira. Namun, masih ada saja yang diam-diam memotret gadis itu. Entah pengunjung rumah sakit ataupun perawat yang ada di sana.

Gino berbalik, ia menatap Zira dengan seulas senyum. Cowok itu sudah gatal ingin berpindah tempat dan berjalan di samping Zira. Gino sempat menyuruh cewek itu untuk memakai kursi roda, takutnya jahitan di perut Zira kenapa-kenapa karena cewek itu memaksa ingin jalan kaki. Tapi Zira tetap Zira dengan segala kebatuan yang menempel di kepalanya.

CLASSIC [END]Where stories live. Discover now