11 - Promise

1.4K 289 44
                                    

Play | Kunto Aji - Pilu Membiru |

Jatuh tak apa-apa, asalkan jangan lupa bangkit!

* * *

Zira membereskan buku-buku yang berserakan di mejanya. Ia berbalik ke belakang untuk memasukkan buku-buku itu ke dalam tasnya.

Zira melirik Melvin yang sedang melainkan ponselnya. Tiba-tiba cowok itu mendongakkan kepalanya dan menatap Zira dengan mata yang berkaca-kaca.

"Kakek meninggal." Dua kata itu membuat jantung Zira seakan-akan berhenti berdetak.

Melvin langsung menyambar tasnya dan berlari keluar kelas. Zira segera menggendong tasnya dan berlari menyusul Melvin. Membuat anak-anak kelas menatap mereka heran.

"Gue nebeng." Zira langsung naik ke motor ninja Melvin.

Melvin menjalankan motornya dengan kecepatan penuh. Beberapa kali cowok itu hampir menyerempet kendaraan lain bahkan Melvin melanggar lampu lalu lintas dan hampir saja sebuah truk menabrak motor mereka.

Zira tak bisa mengendalikan emosi Melvin karena ia juga pernah berada di posisi seperti cowok itu. Tak mau di atur-atur.

Melvin memarkirkan motornya sembarangan, cowok itu langsung berlari masuk rumah sakit yang disusul Zira.

Kamar inap kakeknya Melvin tampak ramai, suara tangisan terdengar dari ruangan itu. Melvin melangkahkan kakinya memasuk ke dalam ruangan itu dan ia dapat melihat seseorang di brangkar yang telah diselimuti kain putih tipis.

Melvin menggeleng-gelengkan kepalanya, air matanya sedari tadi telah menyeruak keluar. Ia menarik pelan kain putih itu, untuk memastikan kalau itu benar-benar kakeknya.

Melvin akhirnya menumpahkan seluruh air matanya, ia meraih tangan dingin Kakek dan mengecupnya berkali-kali. Melvin harap ini hanya mimpi. Ia terus-menerus mengguncang-guncang tubuh kaku kakeknya agar bangun.

"Bangun, kek. Kakek 'kan janji mau ngajarin Melvin nembak jarak jauh," lirih Melvin, membuat semua orang yang ada di sana semakin menahan isakan. Semua anggota keluarga Melvin ada di sana menatap sendu tubuh kaku yang sedang dipeluk oleh Melvin.

Hendra mengusap bahu Melvin yang bergetar akibat tangisannya, lalu ia menarik Melvin.

"Ikhlasin." Terasa berat ia mengatakan itu, sedangkan dirinya sendiri belum sepenuhnya mengikhlaskannya.

* * *

Zira menggengam erat tangan Melvin. Mereka sama-sama menatap pasukan tentara yang sedang menggotong peti jenazah kakeknya Melvin.

Air mata perlahan keluar dari pelupuk mata Melvin, saat tubuh kakeknya dimasukkan ke dalam liang lahad. Tak hanya Melvin, tapi semuanya terisak melihat orang yang mereka sayang meninggalkan mereka selamanya, termasuk Zira.

Baru saja kemarin mereka dipertemukan dan sekarang takdir harus memisahkan mereka. Walaupun baru bertemu sekali, Zira telah menyayangi kakek Melvin. Bagaimanapun ditinggal oleh orang tersayang akan terasa sangat berat.

Satu persatu, orang-orang yang ada di pemakaman itu pergi setelah pembacaan doa. Tersisalah hanya Melvin dan Zira, tadi Hendra pamit duluan karena tak kuasa menahan pilu jika masih ada di sana.

Melvin terduduk memegang papan nisan bertuliskan nama kakeknya. Zira merangkul bahu Melvin, menggusapnya pelan menyalurkan kekuatan.

"Ikhlasin," ujar Zira.

Melvin hanya diam, hatinya kelu menahan pilu. Melvin tak sempat ada di sisi kakeknya di detik-detik terakhir kakeknya menghembusakan napas terakhirnya.

CLASSIC [END]Where stories live. Discover now