31 - Bertolak Belakang

756 98 39
                                    

Play | Hailee Steinfeld, Alesso - Let Me Go |

Gak semua keinginan harus dipenuhi oleh satu orang terus.

Pilih orang yang tepat buat gapai ekspetasi.

* * *

Mata bermanik cokelat itu menatap tajam rumah yang ada di hadapannya. Mesin motor sedari tadi ia matikan agar tak menarik perhatian si pemilik rumah.

Baru saja ia turun dari motor, sebuah panggilan membuatnya menoleh ke sumber suara.

"Gino," Suara yang terdengar familier di telinganya, ia menatap cewek yang baru saja keluar dari seberang rumah yang sedang ia tatap tadi.

Alis Gino terangkat. "Nidya? Lo ngapain di sini?"

"Harusnya gue yang nanya gitu ke lo." Nidya menatap cowok itu. "Lo ngapain ke sini?"

"Gak ada hubungannya sama lo." Gino menaiki motornya, lalu memakai helm.

"Lo ada perlu sama Melvin? Kenapa cuma diem di depan rumahnya?"

"Lo kenapa ada di sini? Rumah lo bukan di sini, kan?"

"Gue lagi nginep di rumah bibi."

Gino menyalakan mesin motornya, tak merespon ucapan cewek itu. Selama menyandang status pacaran backstreet, ia tak pernah bersikap layaknya seorang pasangan.

Gino terlalu malas untuk melakukan itu semua-bukannya malas, tetapi ia memang tak memiliki rasa apapun kepada cewek itu. Ia hanya menganggap cewek itu sebagai teman yang dijadikan pelampiasannya.

Bahu Gino ditahan ketika cowok itu hendak melajukan motornya. Mata bernetra cokelat itu menatap lengan cewek itu, ia berdecap kesal.

"Apa?" tanya Gino, ketus.

Nidya menggigit bawah bibirnya, ragu mengucapkan kalimat yang sedari tadi memenuhi pikirannya. Beberapa menit yang lalu, sebelum Gino ada di sini, dari balkon kamarnya ia melihat Zira dan Melvin yang masuk ke rumah besar itu. Selang lima menit, Gino datang dan berhenti di depan rumah itu.

"Lo ... gak nuturin mereka, kan?" pertanyaan itu akhirnya lolos dari mulut Nidya, ia yakin cowok di hadapannya mengerti siapa yang dimaksud olehnya.

Gino tersenyum tipis. "Gue tuturin mereka, gue yakin lo tau alasannya."

"Kenapa sih, lo masih ngejar-ngejar Zira?" Suara cewek itu sedikit bergetar.

Cewek mana sih yang tak sakit hati jika orang yang disayangnya lebih memilih sahabatnya terlebih dirinya sendiri?

"Lo udah tau sendiri jawabannya." Gino menjalakan motornya, meninggalkan Nidya yang sedang tersenyum kecut memandangi kepergiannya.

"Harusnya dari awal gue gak baper." Nidya menatap rumah besar Melvin, ia menghela napas. "Gue harap hubungan lo sama Zira langgeng terus, Mel."

* * *

"Melvin, ini maksudnya apa?!" Zira berjalan tergesa-gesa mendekati cowok yang sedang rebahan di sofa.

Secarik kertas dilempar asal ke arah Melvin. Cowok yang sedang rebahan itu bangun dan memunggut kertas yang dilempar cewek itu.

Melvin membacanya, setelah itu ia bertepuk tangan dengan heboh. "Keren!"

"Keren lo bilang?!" seru Zira terbelalak.

"Ya lah, jelas. Lo nerusin usaha bokap gue, masa gak keren."

CLASSIC [END]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora