20 - Sederhana

1K 142 21
                                    

Play | Jaz - Berdua Bersama |

Soal rasa siapa yang tahu 'kan? Setiap saat pasti bisa berubah.

* * *

Hari ini adalah hari terakhir Zira ada di Tasikmalaya. Besok adalah hari Senin, ia harus bersekolah kembali karena masa skor-nya telah berakhir.

Melvin masuk ke dalam kamar cewek itu dan menyibak gorden, sehingga cahaya sang mentari masuk ke dalam kamar. Membuat Zira melengguh karena sinar itu mengganggu tidurnya.

"Bangun," ujar Melvin. Cowok itu menginap di rumah nenek Zira, yang tentunya atas perintah Azahra—ibu Zira.

Zira masih setia dengan guling yang ia peluk, sama sekali tak berniat beranjak dari zona nyaman itu.

"Bangun!" Zira terperanjat saat air dingin menyentuh permukaan wajahnya. Ia membuka matanya lebar-lebar dan menatap tajam kedua cowok yang sedang cengengesan.

"Gitu cara ngebangunin kebo." Arden berjalan ke toilet, hendak menyimpan gayung yang ia bawa.

"Bangsat lo Arden!" maki Zira yang langsung menyusul sepupu laknatnya itu.

Terdengar suara Arden yang menjerit-jerit akibat diserang habis-habisan oleh Zira. "Ampun Kak!"

Arden berlari keluar kamar mandi, lalu berlindung di belakang punggung Melvin. "Haha gak berani?!" ledek Arden.

Pagi-pagi Zira sudah dibuat geram oleh sepupunya itu. Ia berdecak keras-keras, lalu membanting pintu kamar mandi.

"Marah tuh," sahut Melvin.

Arden mengangkat bahunya tak acuh. "Nanti juga enggak, slow aja."

Mereka akhirnya keluar dari kamar, menunggu Zira di ruang makan keluarga. Tak lama cewek yang sedang mereka tunggu datang dengan wajah yang ditekuk, melirik tajam pada Arden dan Arsen.

"Kenapa Kak?" tanya Arsen.

"Kinipi Kik?" ledek Zira menye-menye. "Lo tadi ngapain nyiram gue hah?!"

"Gue gak nyiram Kakak, Arden kali." Arsen menunjuk kembarannya yang ada di sampingnya.

Zira berdecak, ia sering ketuker mana Arsen dan mana Arden. Mereka memiliki wajah yang nyaris serupa.

"Jangan harap lo hidup tenang setelah ini, Den." Zira menatap tajam cowok yang sedang asik memakan sarapannya itu.

"Hari ini juga lo balik," sahut Arden.

Zira hendak menghajar cowok itu, tapi urung karena Melvin menariknya. Sehingga ia duduk berseberangan dengan Arden.

Cowok itu memeletkan lidahnya, membuat darah segar Zira kembali naik. Ia harus sabar menghadapi sepupunya yang super menyebalkan itu.

Setelah acara sarapan pagi, Zira berjalan membututi Arden yang sedang melangkahkan kakinya keluar rumah. Tentu saja, dendamnya masih membara di benaknya.

Hap

Zira langsung menangkap anak nakal itu dengan posisi seperti digendong dari belakang. Reflek Arden melepaskan kedua tangan Zira yang melingkar di lehernya, membuat Zira kehilangan keseimbangan dan—

Braakk

Zira terjatuh dengan dramatis ke tanah, ia mengusap bokongnya yang menjadi korban akibat peristiwa ini.

"Lo gapapa 'kan?" tanya Arden.

"Iya, Den gue gak napa-napa, tapi lo yang bakal kenapa-napa!" Zira baru saja berdiri, tapi targetnya keburu lari terbirit-birit.

CLASSIC [END]Where stories live. Discover now