12 - War

1.3K 286 51
                                    

Play | ITZY - Wannabe |

Jangan pernah lupa untuk membalas apa yang telah orang lain perbuat ke kita.

* * *

"Lo bisa gak sih bawa motor cepet dikit?" ketus Zira. Hari ini ia terpaksa berangkat sekolah bareng Melvin karena motornya tertinggal di sekolah.

"Kalo gue pake motor ninja baru bisa," balas Melvin, diam-diam cowok itu tersenyum mendengar cewek di belakangnya mencak-mencak.

"Berhenti, biar gue yang bawa." Zira menepuk-nepuk bahu Melvin.

"Gak boleh. Ini motor kesayangan gue," sewot Melvin.

Zira berdecak. "Sumpah, ya lo! Liat! Sama sepeda aja kita kesusul!" ujar Zira mengebu-ngebu sambil melirik sepeda yang mendahului motor mereka.

Melvin tertawa. "Bawel banget sih lo. Bentar lagi juga nyampe."

Zira mendegus kesal. Bayangkan saja, cowok itu mengendarai motor seperti sedang membonceng nenek-nenek, sangat pelan.

"Turunin gue di depan toko buku itu." Zira menunjuk-nunjuk sebuah toko buku.

Melvin mengangguk dan dengan lambat mendekati toko buku tersebut. Jangan sampai anak-anak kelas melihat mereka berangkat sekolah bareng. Bisa-bisa rahasia mereka terbongkar. Cukup Kenny dan Raihan yang tahu ini semua.

Zira turun dari motor Melvin, dengan langkah panjang Zira mendekati gerbang sekolahnya yang tak terlalu jauh dari tempatnya turun tadi.

Langkah Zira terasa kaku ketika melihat orang-orang yang ada di gerbang sekolah. Dari sini ia dapat melihat antrean panjang untuk masuk ke dalam sekolah.

Zira menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Mengapa harus ini? Mengapa harus pagi-pagi? Mengapa juga harus di depan gerbang?

Yups. Hari ini ada razia masal.

Zira menghembuskan napasnya, lebih baik ia berbalik dan bolos hari ini. Tapi...

"Zira Dimitri Alzura!"

Nama lengkapnya dipanggil oleh seseorang dari belakangnya. Zira yang sedang mengendap-ngedap keluar kawasan sekolah mau tak mau berbalik dan ia tersenyum kepada Bu Rina-wakasek kesiswaan.

"Mau kemana? Kabur?" tanyanya sinis.

Zira cengengesan. "Jangan suudzon dulu bu. Zira cuma mau ngambil buku yang ketinggalan di rumah."

"Kamu suka bawa buku?"

"Ya suka lah bu, saya kan ke sini buat belajar."

"Oh gitu, ya?"

Bu Rina menarik napasnya dalam-dalam. "Rambut kamu kenapa di warna?! Mana pin kamu?! Sabuk kamu dikemanain?! Kamu tak tau kalau ke sekolah tak boleh pake kaus kaki warna-warni?! Terus kenapa lengan seragam kamu dilipat?! Kamu ke sekolah mau belajar atau tawuran sih?!"

Zira sedari tadi menempatkan kedua tanganya di telinga, tapi tetap saja suara wanita paruh baya itu masih terdengar nyaring.

Napas Bu Rina memburu, ia menatap tajam siswi di hadapannya.

"Tenang, bu masih pagi jangan marah-marah." Zira menyodorkan botol minumnya.

Bu Rina langsung menyambar botol itu dan menegaknya hingga tersisa setengah.

"Zira, sekarang kamu ke ruang BK!" titah Bu Rina final.

"Aduh, tapi-"

"Gak ada tapi-tapi."

CLASSIC [END]Where stories live. Discover now