33 - Her Face

708 92 32
                                    

Play|Marshmello, Halsey - Be Kind|

Jangan terlalu santai karena ada orang yang diam-diam membantai. 

* * *

"Eh, Ni, ini gimana caranya?" Zira menggeserakan buku tulisnya kepada Nidya.

"Tanya aja sama Melvin." Nidya menutup bukunya, lalu berdiri. "Dia 'kan yang ranking satu." Nidya melirik Melvin yang ada di belakang bangkunya.

"Kenapa harus ke Melvin kalo chairmate gue sendiri pinter?" tanya Zira.

Nidya mendelik, lalu pergi keluar kelas. Zira menatap kepergian cewek itu, helaan napas terdengar dari mulutnya. Nidya masih saja menjauhi dirinya, entah apa sebabnya.

Braakk..

"Wey! Diem-diem bae! Ngopi-ngopi dulu." Mauren dan Ghea tiba-tiba datang menggebrak mejanya. Mereka baru saja dagang keliling, seperti biasa.

"Sorry, ya gue gak bantu, lagi pusing gue." Zira menutup bukunya, ia nyerah jika berhadapan dengan pelajaran kimia. Selain hafalan harus kuat, kimia juga ada hitung-hitungan yang tak pernah Zira mau pikirkan.

"Banyak pikiran sih," sahut Mauren sambil menghitung uang hasil dagangnya.

"Mikirin apa? SNMPTN? Udah lah, Ra pasrahin aja semuanya sama yang di atas." Ghea tiba-tiba menyahut sambil duduk di sebelah bangku Zira.

"Udah good bye gue sama SNMPTN." Zira terkekeh. "Nilai-nilai gue aja pada bobrok dari semester awal."

"Tapi, ya, kata orang-orang SNMPTN tuh seleksi gaib. Ketos yang waktu nyentak kita aja gak lolos, padahal dia kan ranking paralel terus dari kelas sepuluh." Mauren menyahut.

"Kak Jeff bukan sih? Yang waktu itu war banget nyentak kita gara-gara main petasan di lapang," ujar Ghea.

Tawa Zira seketika pecah, ia jadi teringat masa-masa ketika ia kelas 11. Masa di mana kenakalan dirinya sedang berada di puncaknya, sampai sekarang pun kenalannya tak pernah luntur.

"Edan banget." Mauren terkekeh.

"Jadi keinget Nidya yang nyalain petasan kupu-kupu, terus terbang masuk ke ruang guru," tutur Zira, tawanya semakin menggema. "Gue masih inget guru-guru yang ada di sana jerit-jerit."

Di saat Zira asik tertawa sambil mengingat momen itu, kedua sahabatnya malah langsung diam. Mauren kembali menghitung uang dagangannya, sedangkan Ghea kembali ke bangkunya.

Zira meredakan tawanya, ia sudah menduga kedua sahabatnya itu akan berubah saat menyangkut paut nama chairmate-nya.

"Ada masalah apa sih sama Nidya?" tanya Zira. Sejak dirinya diskor, ia rasa hubungan sahabat-sahabatnya menjadi renggang.

"Gak usah bahas dia lah, males gue." Mauren menyahut, cewek itu membereskan sisa dagangannya.

"Ghe, Ghe, ada masalah apa?" tanya Zira berbisik kepada Ghea. Biasanya diantara mereka berempat cuma Ghea yang bermulut ember, juga cewek itu tak bisa berbohong dengan baik.

Ghea melirik Maudy yang sedang mengantarkan makanan ke teman sekelasnya karena ada yang beli, Ghea lalu beranjak mendekati Zira.

Telinga Zira terasa panas akibat bisikan panjang dari cewek itu yang menceritakan semua masalah yang belum Zira ketahui.

Zira meneguk salivanya dengan susah payah. Meski Ghea berbisik dengan intonasi yang cepat, tetapi ia masih bisa menangkap jelas ucapan cewek itu.

Setahun lebih hubungan Gino dan Nidya? Selama itu Nidya menutupi itu rahasianya? Selama itu hubungan Nidya dan sahabat kecilnya?

CLASSIC [END]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt