"Kamu juga tau kalo aku gak pernah suka sama Vio. Menurutku, kamu ada di sisi aku aja udah lebih dari cukup Ca. Aku gak pernah prioritasin Vio karna emang kamu segalanya buat aku. Stop salahin diri kamu sendiri, memang itu yang seharusnya Vio dapetin karna udah buat kamu sedih," lanjutnya.

Memang benar, saat Vio meminta Raffa untuk menjadi kekasihnya saat itu juga Khanza mengancam Raffa jika Raffa tidak menerima Vio. Ia tidak pernah menyangka akhirnya akan seperti ini, ia pikir Raffa sudah terbiasa dengan Vio dan menjalin hubungan layaknya pasangan yang lain. Tapi ternyata salah, hanya Vio yang berharap pada Raffa dan Khanza menghancurkan itu semua.

"Tapi aku gak enak sama kak Vio Raf," balas Khanza menatap mata Raffa.

"Berhenti gak enak, berhenti salahin diri kamu, berhenti pikirin semua itu. Atau Daffa akan kembali," ucap Raffa.

"Kamu taukan apa hal yang paling Daffa gak suka Ca?" tanyanya.

Khanza langsung terdiam dan mengangguk.

🌱

Brak.

Khanza menoleh ke pintu UKS yang terbuka. Terlihat Raffa dengan nafas naik turun, peluh masih membasahi pelipisnya. Seragam olahraganya pun belum Raffa ganti.

Ia langsung mendekati Khanza dengan tatapan khawatirnya.

"Kenapa?" tanyanya lembut dengan tangan mengenggam tangan Khanza yang terasa hangat.

"Cuma pusing aja," balas Khanza dengan senyum tipis.

Raffa menghembuskan nafasnya pelan, "Aku khawatir," ucapnya.

Perasaan Khanza menghangat mendengar itu, ia benar-benar beruntung mempunyai sahabat seperti Raffa. Sepertinya ia tidak perlu seorang kekasih jika sudah ada Raffa di sampingnya. Adanya Raffa lebih dari cukup untuk dirinya.

"Udah makan?" tanya Raffa, mengusap lembut pipi Khanza.

"Udah tadi Adiba beliin aku makan," sahut Khanza.

"Kamu kok belum ganti baju sih dari abis olahraga? Istirahat kamu pake baju ini?" tanya Khanza dan Raffa mengangguk sekilas.

"Ih jorok Raffa!" seru Khanza.

"Tanggung Ca, abis selesai jam olahraga aku sama anak-anak lanjut main basket," jelas Raffa.

"Baru aja aku mau ganti baju, eh Adiba whatsapp katanya kamu di UKS. Yaudah buru-buru susulin kamu, aku takut kamu kenapa-napa Ca," lanjutnya.

Khanza terdiam, Raffa sangat mengkhawatirkannya.

"Maaf Raffa aku gak bisa jujur sama Raffa," batin Khanza.

Untuk pertama kalinya ia tidak berkata jujur pada Raffa. Untuk pertama kalinya berbohong pada Raffa dan untuk pertama kalinya ia memendam sesuatu dari Raffa.

Bukan apa-apa, ia merasa dengan merahasiakan ini dari Raffa itu akan membuat Vio puas dan lega.

Ia membiarkan Vio melampiaskan kekesalannya dengan cara membully dirinya. Mungkin itu cara agar Vio merasa lebih baik, daripada Vio memendam semuanya lagi. Ya, ini kali ke tiga Khanza dibully oleh Vio dan kedua temannya. Vio masih tidak bisa terima jika Raffa memutuskannya hanya karena Khanza. Dan kali ini Khanza merasa bullyan Vio lebih parah dari yang sudah, Khanza juga berharap ini terakhir kali Vio membully dirinya.

Khanza diam tidak melawan apalagi mengadu pada Raffa, ia merasa sangat bersalah pada Vio. Walau sudah berkali-kali Khanza mengucapkan kata maaf, sudah berkali-kali pula Vio menolaknya. Bahkan Vio berkata, ia tidak akan pernah puas menyiksa Khanza. Dan Vio juga mengancam akan melakukan hal yang lebih gila jika Khanza berani mengadu pada Raffa.

"Hei kok bengong?" tanya Raffa membuat Khanza tersadar.

Lantas ia menggeleng lalu tersenyum kecil, "Ngga kok. Cuma kayanya aku pengen seblak deh Raf," ucapnya, membuat Raffa menggeleng pelan.

🌱

Gimanaaa?

Jangan lupa vote dan comen.

2des20

RAFFA (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang