schedule three : meet to you.

311 59 18
                                    

Bijak dalam membaca!
Not plagiat!
Taypo bertebaran~
•••••

“Hah. Akhirnya selesai juga kelasnya.” ucap Eunbi yang langsung memasukkan semua barang ke tas miliknya.

“Iya benar juga, aku juga sangat lelah ingin sekali cepat pulang ke rumah lalu tidur. Ah aku lupa kalian ingin pulang bareng tidak?” ucap Kwonbi bertanya pada Heesang dan Eunbi.

Yang langsung di balas anggukan oleh Eunbi, kecuali Heesang ia memilih untuk pulang sendiri.

"Aku bareng denganmu." Balas Eunbi cepat.

“Kau yakin ingin pulang sendiri?" Tanya Kwonbi padanya yang sibuk membereskan mejanya.

Heesang mengangguk, "Iya aku yakin, kalian pulanglah hati-hati di jalan."

"baiklah, kita pulang dulu paipai Heesang!"  ucap mereka berdua bersamaan.
(Paipai itu sama saja dengan kata sampai jumpa ya, karena kata itu lebih ke non formal atau biasa digunakan dalam pergaulan yang lebih akrab banget gitu)

Paipai~" balas Heesang langsung melambaikan tangannya.

"Kau juga hati-hati, arraseo?"
(Mengerti)

Heesang hanya menganggukkan kepala sampai pada akhirnya ia kembali untuk beranjak dari kursinya tidak lupa dengan buku harian juga yang ada di tangannya dan langsung berjalan menuju keluar kelas, ternyata di jam pulang suasana di gedung fakultasnya sepi juga jadi membuatnya tidak ingin pulang dan menginap saja. Tapi beda cerita lagi jika sudah menjelang malam yang ada ia tidak akan bisa tidur, membayangkannya saja sudah membuat Heesang bergidik ngeri.

Saat Heesang berlari di area koridor ia menabrak seseorang, entah Heesang yang memang melihat ke bawah selalu atau memang salah seseorang itu yang jalannya tidak benar. Pada akhirnya Heesang dan seseorang itu pun terjatuh bersama.

  'Dubrakk'

Buku harian yang tadi sudah aman di tangannya pun jatuh entah kemana, lalu Heesang pun langsung bangun dan membenarkan kaca matanya dengan cepat ia langsung mencari buku hariannya yang tidak tau jatuh di mana.
 
Di mana buku hariannya itu terjatuh, benar-benar membuatnya ingin kesal dan marah tapi sayangnya amarahnya telah sampai di pikirannya membuat Heesang dengan cepat menerjang seseorang itu dengan kata-kata yang kurang sopan.

“Hei, kalau jalan tuh pakai mata dong gimana sih!” ucap Heesang sedikit keras lalu langsung kembali mencari buku hariannya yang sialan di mana letak jatuhnya. Bahkan Heesang pun belum tau jika seseorang yang menabraknya itu seorang lelaki yang dapat di bilang cukup tampan di kalangan para jajaran superstar di fakultas teknik itu.

Tanpa ia sadari ternyata buku hariannya ditangan lelaki itu dan sedang di baca olehnya dengan ekspresi ingin tertawa, sialan sekali lelaki ini. Melanggar hak cipta namanya. Setelah Heesang sadar ia langsung berdiri dan mengambil buku harian itu darinya tapi nyatanya Heesang kalah cepat dengannya karena lelaki itu lebih cepat menghindar.

"Ini kau yang tulis semuanya?”  ucap lelaki itu, suaranya sedikit berat tapi sangat dingin. Heesang melihat wajah lelaki itu, bentuk iris matanya yang sempurna warna matanya yang mint redup di tambah dengan hidung dan bibirnya yang di bilang lebih dari kata 'perfect'. Tapi dengan cepat Heesang menggeleng, apa yang baru saja ia pikirkan.

"Aku yang menulisnya Wae? Balikan buku itu padaku!” ucap Heesang dengan suara ketus.
(Kenapa)

"Pfttt, aneh sekali! mana mungkin laki-laki di ceritamu itu mau menjadi seperti yang kau tulis.”  ucap lelaki itu tertawa keras di depannya, suara tawanya benar-benar memekikkan telinga tapi nyaman sekali di dengar.

Heesang yang tidak percaya hanya diam tidak bisa berkata-kata dan batinnya meronta-ronta ingin mengeluarkan sumpah serampah pada lelaki kurang ajar ini 'apa-apaan lelaki ini menghina karya ku seenak jidat, harus ku beri pelajaran!’

Heesang pun memandang tajam orang di hadapannya, tanpa perduli lagi ia merebut buku harian yang ada di tangan lelaki itu tapi tetap saja dia menghindar bahkan menyembunyikan di belakang tubuhnya.

“Kau ini sudah gila ya? Ku bilang balikan buku itu padaku!”  ucap Heesang lantang.

“Jika aku tidak mau memberikan ini padamu, apa yang akan kau lakukan. Hm?”  ucap lelaki itu dengan smirk di wajahnya.

"Ah, jadi kau tidak mau balikan bukunya?” ucap Heesang dengan masih menatap tajam, lalu dengan ancang-ancang ia langsung menginjak kaki lelaki di depannya dengan sangat kencang.
 
Bahkan Heesang tak mengindahkan suara kesakitan lelaki di hadapannya, yang ia fokuskan sekarang mengambil buku harian itu dari tangan laki-laki gila ini.

"Akhhh...jerit lelaki itu sambil mengaduh sakit.

Heesang juga tidak menyia-nyiakan kesempatan ia langsung mengambil buku hariannya dari tangan lelaki itu dan akhirnya berhasil.

“Kalau tidak suka dengan ceritaku tidak usah baca dan menghina begitu! Dasar gila!”  ucap Heesang ketus dan memberikan tatapan tajam pada lelaki itu lalu langsung lari dari koridor meninggalkan lelaki itu sendirian.

"Hei, wajahmu lebih lucu jika sedang marah.” ucap lelaki itu dari jauh sambil tertawa penuh kemenangan.

Sebenarnya Heesang masih mendengar lelaki itu mengatakan sesuatu tapi lebih baik ia abaikan dan turun dari tangga menuju gerbang depan.

“Kenapa hari ini aku sial sekali, sungguh menyebalkan memang dia pikir dia itu siapa seenaknya saja menghina karyaku!”  Heesang dengan raut kesal mencoba menahan marah dan berakhir misah-misuh sendiri.

Heesang dengan cepat berjalan menuju halte bus dekat universitasnya.

•••

Saat Jaehyun sedang berjalan di koridor tiba-tiba ada yang menabrak tubuhnya, Jaehyun tidak tau siapa karena ia terjatuh dibelakangnya. Saat Jaehyun menolehkan kepalanya ke arah belakang ternyata dia seorang gadis yang ia lihat secara tidak sengaja saat kemarin di kelas fakultas hukum.

Jaehyun dan gadis itu pun terjatuh bersama tapi tidak tau mengapa matanya fokus pada buku harian yang terjatuh di dekat tubuhnya.

'pasti itu miliknya.' batin Jaehyun langsung mengambil buku itu.

Tapi Jaehyun mendengar samar-samar suara gadis itu mengatakan sesuatu dengan nada tinggi. Apa dia marah?

“Hei kalo jalan tuh pakai mata dong gimana sih!” ucap gadis itu dengan nada tinggi tapi matanya sedang fokus mencari sesuatu, pasti buku hariannya. Jaehyun mengabaikan gadis yang sedang marah-marah padanya ini dan lebih fokus membuka buku hariannya.

Jaehyun membaca dari kata per kata, bagian ke setiap bagian lalu ada sebuah kalimat yang sukses membuat ia tidak bisa menahan tawa saat membacanya dan tersenyum tanpa ia sadari.

Tidak lagi saat gadis itu sadar jika ia sedang membaca buku hariannya dia langsung berdiri dan ingin merebut buku hariannya untung saja Jaehyun bergerak dengan cepat jadi tidak bisa, Jaehyun diam-diam bahagia bisa mengerjainya.

Jaehyun mendengar gadis itu mengumpat padanya. Sampai pada saat itu juga dia menginjak kakinya dengan sangat kencang bayangkan itu, secara reflek juga Jaehyun melepas buku harian itu dari tangannya dan mengaduh sakit sambil memegang bagian kakinya.

"Akhhh" jerit Jaehyun kesakitan sambil memegang kakinya.

Dan akhirnya dia berhasil mengambil buku harian itu dari tangan Jaehyun tapi hal itu tidak masalah, tidak di sangka gadis sepertinya memiliki tenaga yang tak main-main.

Lalu dia langsung lari saat sudah mengambil buku hariannya tanpa memperdulikan Jaehyun yang berteriak kepadanya. Akhirnya ia pun hanya tertawa bahagia dengan cepat bangun dan mengambil kembali tasnya yang jatuh lalu kembali jalan ke arah parkiran untuk mengambil mobil pribadinya.

——————————————————

Nah udah tau kan siapa yang kemarin menguntit Heesang bukan menguntit sih lebih melihat. Disini aku make Jaehyun ya sebagai karakter utamanya.

Lagi terJaehyun-Jaehyun soalnya, Jamal maksudnya xixixi.

Terima kasih buat kalian yang sudah mau mampir dan baca cerita aku.

Jangan lupaa vote dan komen ya!!
See you

The Castle of Moonlight || END ✓Where stories live. Discover now