The Castle 48

41 31 157
                                    

Dedaunan berjatuhan seakan pertanda bahwa dia tidak bisa lagi tumbuh. Bahkan mayat prajurit kepercayaan Sektenya sudah berserakan dimana-mana Yiseo yang melihat semua itu hanya bisa berdoa agar Kakak angkatnya baik-baik saja.

Tepat dengan apa yang dia minta saat dia menuju kesana perkelahian besar sedang terjadi.

Yiseo merasa darahnya berdesir semakin cepat. Wajahnya diselimuti jejak ketakutan dan kecemasan.

Ya tuhan baru kali ini dirinya di buat cemas seperti ini, kali ini saja lindungi Kakak angkatnya itu dari mereka. Mati bersamapun tak akan jadi masalah.

Perlahan, perasaan pahit berubah menjadi menyakitkan, sampai akhirnya menjadi kobaran api yang mengamuk, melahap hati dan jiwa sucinya bahkan yang tak pernah sekalipun memiliki sifat keji.

Setelah mendekati paviliun secara diam-diam, Yiseo mendengar lamat-lamat suara perkelahian dan umpatan-umpatan kasar.

Cresshh!!

Bukk!!

Suara itu berasal dari tengah paviliun nya yang menghubungkan dengan altar Ayah dan Ibunya.

"Sekali lagi aku katakan padamu, dimana kau sembunyikan buku itu?!"

Suara dingin namun berat terdengar di tengah lapang paviliun tidak lupa dengan mayat disana bekas perkelahian lain.

Yiseo tercekat seakan lupa untuk bernapas. Dia mempercepat langkah kakinya dengan sekuat tenaga.

Dapat di lihat banyak prajurit berjubah hitam di sana yang mengepung Hong Lieyin dengan senjata mereka. Si pemuda yang mulai tak berdaya berusaha untuk bangkit di bantu dengan pedang miliknya walaupun di depannya Ketua dari prajurit itu sedang mengintimidasi dirinya.

Dengan sekuat tenaga Hong Lieyin tertawa hampar seakan-akan tidak terjadi apa-apa. Ia dengan cepat kembali melakukan pukulan yang dengan cepat di alih oleh lawan, membuat dirinya kembali jatuh terduduk di tanah dengan cepat Ketua itu menghujani tubuh Hong Lieyin dengan pukulan beruntun.

Hong Lieyin benar-benar lemas bahkan untuk berdiri sudah tidak bisa, membiarkan dirinya dipukuli dan ditendang.

Darah menyembur dari mulut Hong Lieyin saat satu pukulan keras berhasil menembus pertahanan tipis yang dia buat dengan lengannya.

Salah satu dari orang yang berjubah hitam itu yang diyakini sebagai Ketua mereka berjongkok, satu kaki terlipat dan tangan ditempatkan di atas paha sedangkan satu tangan lagi menjambak rambut Hong Lieyin keras, memaksa si pemuda mengangkat wajahnya.

Mereka saling bertatapan dengan ganas.

"Aku sudah katakan baik-baik Hong Lieyin, mau kau katakan atau tidak sialan!"

Cuihh

Hong Lieyin meludahkan cairan darah dari mulutnya. Rasanya asin dan pahit, begitu juga dengan tatapan membunuh yang ia berikan pada Ketua itu.

"Sepertinya kau memilih mati, baiklah Hong Lieyin aku akan membuat kematian mu semakin dekat."

Suara dingin nan berat itu kembali menggeram tepat di depan wajah Hong Lieyin yang babak belur. Pemuda itu menatap nyalang, meski sudah tidak karuan, dia tetap mencoba bersabar dan tersenyum.

"Sudah aku katakan berkali-kali! Aku tidak akan pernah menyerahkan buku itu padamu, meski aku harus matipun aku tetap tidak akan memberikan buku itu padamu!" Hong Lieyin memggeram rendah meski meringis sedikit.

Si pelaku menguatkan cengkeramannya pada Hong Lieyin sehingga pemuda itu tak bisa lagi menahan ringisan kesakitan.

"Aku dulu menyukai sifatmu yang selalu mengikuti apa perintahku tidak pernah membantah seperti sekarang," pria itu mendesis, matanya memerah karena amarah.

The Castle of Moonlight || END ✓Where stories live. Discover now