The Castle 22

55 28 48
                                    

“Kau ingin kemana donghae?”  Ucap seorang wanita paruh baya yang sedang menjamu minuman di depannya bersama paman serta kaisar lain-nya.

Donghae menoleh, “Aku ingin menemui calon istriku bu.” ujar Donghae dengan penuh penekanan kata 'calon istri'

Ratu Irene ibu donghae hanya tertawa kecil mendengar perkataan putra-nya, “Kau merindukan-nya sayang?”

“Aku hanya ingin melihat saja.”

“Seterah kau donghae, Jaga calon istrimu itu ya sayang.”  Ujar ratu Irene tersenyum.

“Ah. benar-benar pagi yang buruk, siapa yang ingin menemui gadis tak waras itu.”  monolog donghae sambil berjalan keluar.

“Tuan muda donghae, Kau ingin pergi kemana?”  Sapa permaisuri yang lincah dan seksi sambil menyentuh lengan donghae.

“Bukan urusanmu, sejin urus wanita ini.”  Jawab donghae dingin dan meninggalkan kerajaan dongjun ke hutan.

“Tuan muda donghae Tunggu aku.”  Teriak permaisuri itu dibuat-buat bersedih.

Sejin hanya menggelengkan kepala dan berlalu dari hadapan permaisuri itu.

Setelah sejin mengantarkan pemuda itu keluar kerajaan tiba-tiba terlintas di otak-nya untuk menemui pengawal kerajaan Yunho lebih tepatnya pengawal calon istri tuan muda donghae. Akhirnya sejin menunggang kuda menuju kerajaan yunho, tidak butuh waktu lama sampai di kediaman kerajaan Yunho.

“Aku sejin, Pengawal kepercayaan tuan muda donghae calon pengantin putri yujin.”

Akhirnya setelah berkata itu sejin diperbolehkan masuk, pandangannya memancar ke seluruh arah hanya saja sesuatu menarik perhatiannya.

Sejin berdehem sekilas, “Hei Noona manis, Ada yang bisa aku bantu?”

Sang wanita yang dipanggil hanya menoleh sebentar dan langsung mengarahkan tubuhnya ke arah pemuda di depannya.

“Eoh? Kau bukannya yang kemarin dengan kakak?”  Tebak wanita itu sambil menunjuk wajah sejin.

Sejin kaget saat wajah-nya ditunjuk seperti itu, “Maksud mu? Kau kenal aku?”

“Iya aku kenal denganmu tuan sejin, kau bukannya teman kakak lusa kemarin sedang bermain peluk-peluk-kan dengan kakak.”

Sejin melotot sempurna bahkan sampai menutup mulut-nya kaget dan kembali berbicara, “K-kau adik lelaki tak waras itu?”

“Jangan panggil kakak tak waras! Kau yang tak waras.”  Nada Moni sangat tinggi menandakan bahwa dia mulai kesal.

“Ternyata memang benar adik dan kakak sama saja tak ada bedanya.”

Moni yang tak terima langsung menarik pakaian pemuda di depannya dengan keras, “Kau berani berkata begitu.”

“Lepaskan tangan-mu anak kecil.” Ucap sejin santai sambil menepis tangan moni kencang.

“Kau berani sekali menyentuh adik-ku sialan.”  Teriak seorang lelaki dari belakang Moni.

Pemuda itu  menatap dengan marah wajah sejin, bahkan kepalan tangan itu terkepal sangat kuat dan bersiap melayangkan pukulannya dan ternyata tepat sasaran pukulan itu mengenai wajah sejin.

Sejin yang terkena pukulan tersentak dan mundur selangkah untuk menghindari pukulan lainnya.

“Berani sekali kau memukul ku!”

“Tentu saja, Kau duluan yang berani menganggu adik-ku sialan.”

Cercaan serta hinaan keluar dari mulut mereka berdua tak ada yang mau mengalah seakan-akan merebutkan kemenangan.

Moni yang melihat kondisi tidak kondusif langsung berlari meminta bantuan ke raja jeongin dan ratu dahyun.

“Yang mulia tolong hamba...Kak mosi sedang bertengkar di depan altar dengan pengawal sejin dari kerajaan dongjun.”

Raja jeongin yang mendengar perkataan Moni langsung bangkit dan kaget, “Dimana mereka Moni antarkan yang mulia kesana.”

“Aku ikut yang mulia.”

Raja jeongin hanya mengangguk menyetujui permintaan istri-nya.

Setelah berapa menit kemudian akhirnya raja jeongin melerai kedua-nya, dan berakhir di tabib kerajaan saling mengobati luka masing-masing.

“Bagaimana bisa kalian bertengkar seperti itu, Mosi kau sudah aku percayakan ceritakan semua padaku.”

Mosi menunduk dan mengangguk, “Tidak ada yang mulia ini murni kesalahan Mosi yang ceroboh dan tidak melihat keadaan.”

Sejin yang mendengar perkataan mosi melotot kaget dan melirik ke Mosi yang masih menunduk takut.

“Sejin bagaimana bisa kau ada disini? Dimana donghae?”  Tanya seorang gadis yang baru memasuki ruangan tabib.

“Putri yujin, hamba mengatakan bahwa tuan donghae pergi ke hutan untuk membersihkan pikirannya.”

Yujin mengerutkan keningnya, “Jadi sekarang dia dihutan?”

Sejin mengangguk, “Iya putri yujin.”

“Baiklah, Ayah aku harus pergi keluar Nanti aku akan bicara dengan ayah lagi.”

Raja jeongin hanya menggelengkan kepala-nya lalu kembali menoleh ke arah dua pengawal yang sedang saling menunduk.

Raja jeongin menghela napas, “Lebih baik kita masuk saja sayang, biar ini akan aku serahkan pada hakim moon.”

'Kenapa dia tak mengatakan yang sebenarnya?'

“Sebaiknya kalian saling memaafkan saja maka masalah akan selesai, mudah bukan?”

Mosi yang mendengar perkataan hakim di depannya membuang muka karena kesal, apa-apaan meminta maaf dengan-nya tak Sudi sekali.

Sedangkan sejin yang berpikir dua kali langsung mengangguk, “Baiklah aku minta maaf telah menganggu adik-mu.”

Mosi melotot kaget, 'Ada apa dengan mahluk di depannya ini? Apa otaknya belok setelah aku pukul, benar-benar tidak disangka'
______________________________________

Tbc

Udah yaa... tiba-tiba author pengen banget cheesecake wkwkw.

Jangan lupa vote sama komen ya 😊😊💜❤💛

See youuu

The Castle of Moonlight || END ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang