The Castle 52

36 19 57
                                    


Setelah pemakaman Kakaknya dan Lieyin selesai Donghae masih berjongkok sambil menyentuh Makam Kakaknya. Taehyung dan teman wanitanya itu telah pamit untuk kembali, meninggalkan Donghae seorang diri disini. Perasaan sedih dan sesal bercampur aduk menjadi satu,  Donghae ingin marah tapi pada siapa.  Disini yang pantas ia marahi sekarang adalah dirinya sendiri, yang tidak bisa menolong Kakaknya ini. Benar-benar bodoh bukan.

Tapi jika Kakaknya berada disini sekarang pasti dia akan mengatakan, 'jangan pernah menyalahi dirimu sendiri seperti itu.' Donghae sudah tau apa yang akan Kakaknya katakan jika dia selalu menyalahkan dirinya sendiri, yang akan berakhir tidak selesai dan tidak ada gunanya.

Sekarang Donghae seakan-akan menjadi orang paling idiot di dunia, benar-benar idiot, bodoh, dan tidak berguna.

Sampai suatu teringat di kepalanya.

"Lieyin kenapa aku tidak percaya pada perkataanmu itu"

"Aku tau kau akan berada di ambang kematian, tapi mengapa ... mengapa kau membawa Kakakku juga Hong Lieyin... Mengapa!"  tangis Donghae pecah, bendungan yang selama ini ia bangun, ia tahan sudah hancur perlahan-lahan. Pertahanannya hancur dan sekarang apa yang harus ia lakukan.

"Lieyin katakan padaku, mengapa kau membawa pergi Kakak dariku. Mengapa?"

"Apa itu yang kau inginkan selama ini, membunuh Kak Yiseo dan pergi bersamamu. Bahkan kau juga membawa orang tuaku! Aku sendiri juga tidak tau keberadaan orang tua ku Lieyin! Dimana kau membawa mereka!"  bentak Donghae kesal kemarahan sudah jelas terpantri di matanya.

"Ayah, Ibu...  Kalian dimana aku merindukan kalian..." Donghae benar-benar lupa bagaimana caranya bernapas sekarang, Ia sadar bahkan sangat sadar.

Sampai suara pemuda lain masuk ke dalam pendengarannya.

"Maafkan hamba lancang tuan muda Donghae, hamba Song Mi-Won  murid dari guru Lieyin. Tapi hamba disini hanya ingin menyerahkan benda pusaka ini pada tuan Donghae. Seperti apa yang sudah di tulis guru Lieyin sebelum beliau tiada."

Perkataan pemuda itu langsung mengalihkan atensinya. Buku itu masih di pegang oleh pemuda itu, Donghae sama sekali tidak berminat mengambil benda mematikan itu.

"Aku tidak mau menerima itu, lebih baik kau pergi dari sini." ucap Donghae langsung kembali menatap makam Kakaknya.

Pemuda itu menggeleng kuat langsung menodongkan kembali buku itu pada Donghae.

"Tidak tuan Donghae, tuan harus menerima buku itu. Karena itu keinginan terakhir guru Lieyin mohon tuan Donghae menyimpan buku ini baik-baik."

Donghae menghela napas pelan,  "Baiklah, Aku akan ambil buku itu dan menjaga buku ini baik-baik sesuai dengan apa yang Lieyin inginkan." ucapnya langsung mengambil buku itu dari tangan pemuda tersebut.

Pemuda itu tersenyum bahagia, dan memberikan hormat pada Donghae.

"Terimakasih guru, telah menerima buku itu. Hamba sudah bisa bernapas lega sekarang, guru Lieyin pasti sudah bisa tenang disana. Hamba akan pergi. Jaga diri tuan Donghae baik-baik."

Donghae langsung mengangguk menanggapi perkataan pemuda di depannya itu, setelahnya pemuda itu sudah pergi dari hadapannya.

Lelaki itu menatap buku di tangan kanannya tanpa minat, tapi perkataan pemuda tadi entah sudah memasuki pikirannya bahkan sudah mengerogoti otaknya untuk menyimpan buku itu dengan baik. Niat hati untuk membuang buku pembawa sial itu ia urungkan.

"Kau lihat Lieyin, Kau sudah jahat padaku tapi aku masih ingin menyimpan buku sampahmu ini." ucap Donghae dingin.

***

The Castle of Moonlight || END ✓Where stories live. Discover now