Utara menggeleng. Tersadar dengan apa yang ia pikirkan barusan.

Selatan kembali masuk ke dalam mobilnya."Nih." Ia menyodorkan paper bag itu pada Utara. "Muat nggak?"

"Bentar," sahut Utara seraya memasang sepatu itu di kakinya. "Muat! Ini gratis, kan?" tanyanya seraya menoleh pada cowok di sebelahnya.

Satu sudut bibir Selatan tertarik menyunggingkan senyum miring. "Di dunia ini nggak ada yang gratis. So, harus ada bayarannya."

Utara berdecak. Ia merogoh sling bag-nya. Ringisan keluar dari mulutnya saat menyadari kalau hanya ponsel yang ada di dalamnya. Utara lupa bawa dompet.

"Sekali ceroboh, tetap ceroboh! Selama Uta masih ada di bumi, Uta tetap cero—"

Plak!

"Apa, sih, pukul-pukul?!" gerutu Selatan sebal karena Utara memukulnya menggunakan paper bag.

"Suara lo jelek. Mending diem."

"Kaya situ bagus aja. Pokoknya, sebagai bayaran, lo harus buatin muffin kesukaan gue tanpa bantuan Mama dan nggak boleh gagal," ujar Selatan. "Itu pun kalau lo mampu," sambungnya dengan nada sinis.

"Oke! Siapa takut," sahut Utara merasa tertantang.

Selatan kemudian kembali mengemudikan mobilnya menuju gedung resepsi pernikahan Vira. Setelah mereka sampai, terlihat beberapa orang berseragam khusus yang berdiri di luar sebagai penyambut tamu undangan yang datang dan bertugas mengecek kartu undangan agar bisa masuk ke dalam.

"Sayang, gandengan." Utara dan Selatan saling menolehkan kepala pada pasangan yang baru saja melewati mereka lebih dulu. Utara begidik geli, pun dengan Selatan.

Keduanya berjalan beriringan untuk masuk ke gedung. Selatan dan Utara yang merupakan bagian keluarga, langsung diizinkan masuk tanpa harus menunjukkan kartu undangan.

Selatan menarik tangan Utara dan menautkannya agar bergandengan. "Nggak usah ge-er, gue cuma nggak mau keliatan ngenes di depan sepupu-sepupu cowok gue," ucap Selatan saat Utara akan berontak. "Satu lagi. Dilarang baper."

Utara terkekeh sinis. "Gue emang gampang baperan sama cogan, tapi kalo sama lo, itu semua nggak berlaku."

"Bagus, deh. Ribet entar kalau lo suka sama gue."

"Idih."

Dua orang yang saling gengsi itu menutupi perasaan masing-masing. Padahal kenyataannya, di balik itu semua, ritme detak jantung mereka bekerja dua kali lipat.

Resepsi pernikahan digelar dengan tema gold dan lampu-lampu kristal yang mendominasi penuh kesan mewah. Lilin-lilin putih berdiri tegak di setiap meja tamu bertaplak merah. Bersama iringan live music artis ternama tanah air. Terlihat di bangku pelaminan yang megah dengan dekorasi bunga mawar, terdapat Vira dan Kabir yang tengah berfoto bersama dengan beberapa tamu undangan, bersalaman, dan berpeluk hangat dengan sang pengantin. Utara dan Selatan berjalan menuju pelaminan.

"Kapan nyusul?" bisik Kabir sambil terkekeh saat bersalaman dengan Selatan. "Dih, masih lama. Gue nggak mau cepet-cepet. Masih SMA juga, Kak."

"Sama Utara, ya, nanti?" Kabir mengerling jahil sambil memainkan ke dua alis.

"Apa, sih, Kak," Selatan menggerutu. "Intinya sama gadis yang gue cintai nantinya," sambungnya lagi. "Si ceroboh tuh rival gue."

Kabir terkekeh. "Awas kemakan omongan sendiri."

"Kak Kabir! Selamat, ya!" ucap Utara pada Kabir, lalu bersalaman.

"Iya. Makasih Utara," sahut Kabir ramah membalas jabatan tangan Utara.

Utara & Selatan [#DS1 Selatan| END]Where stories live. Discover now