BAB 23

67.4K 9.7K 586
                                    

Note: Sudah siap menemani perjalanan bab 23 dengan jejak vote dan komentar kalian? Yukksss kita lanjut ^ ^

^Happy Reading^

.

.

Utara keluar dari kamarnya dengan pakaian rapi. Keenan bilang, dia ada urusan mendadak malam Minggu kemarin, makanya diganti jadi hari Minggu sore.

Tidak seperti kebanyakan cewek yang kalau mau jalan, apalagi bertemu gebetan, memakai dress, rok, atau sejenisnya. Utara malah memakai kemeja kotak-kotak merah dengan dalaman kaus putih, dipadukan dengan celana jeans. Jangan lupakan rambutnya yang dikucir ekor kuda dan beberapa helai dibiarkan membingkai tipis di wajahnya.

"Mau ke mana lo?" tanya Selatan yang rebahan di sofa sambil mencamili kuaci.

"Kepo!"

"Dih, orang cuma nanya juga. Mau ke mana?"

"Bukan urusan lo."

"Bukan urusan gue begimane, lo aja sekarang jadi tanggung jawab gue. Kalau terjadi sesuatu di luar sana gimana? Kan, berabe, apalagi lo itu ceroboh. Gue juga udah janji sama Mama buat jagain lo, jadi gue harus tau lo mau ngelayap ke mana."

Utara berdecak sebal. "Dasar cerewet! Lebay amat. Gue bukan bocah. sok-sokan ngomong tanggung jawab. Orang jomlo nggak boleh tau."

"Ngaca, woi, ngaca!"

"Sori, nih, ya, sebentar lagi gue bakal melepas status jomlo dari embrio."

Oh, sekarang Selatan tahu ke mana Utara akan pergi. Jawabannya adalah Keenan. Ini Utara yang kelewat polos atau sudah dibutakan oleh cinta? Jelas-jelas kalau dia sedang dibodohi. Sudah berapa kali Selatan memberi kode, tapi sepertinya otak Utara memang “lola”.

"Nggak usah berharap, Uta. Ntar, nggak sesuai ekspektasi, mewek-mewek lo ke gue. Kan buat susah gue aja karena harus ngehajar orang yang buat lo nangis."

Utara jadi teringat saat Neo, tetangga sekaligus teman main mereka, sering berbuat nakal pada Utara. Bahkan Utara selalu menangis dibuatnya.

Awalnya Selatan tertawa, tapi saat gadis itu tidak kunjung mendongakkan kepalanya, Selatan jadi berhenti tertawa. "Kamu kenapa menangis?" Selatan kecil berubah menjadi mode perhatian.

Bocah kecil yang ingin beranjak tujuh tahun itu ikut berjongkok, menyetarakan tubuhnya dengan seorang gadis yang menekuk wajahnya di antara dua lutut. Suara isakan kecil terdengar.

"Ada yang nakal, ya?" Ia kembali bertanya, dan memilih duduk bersila di atas rerumputan di bawah pohon cemara. Selatan kecil menolehkan kepalanya lebih dalam, memperhatikan Utara yang masih setia pada posisinya.

"Uta," panggil Selatan pelan sambil menoel-noel pundak Utara.

Utara kecil mendongak, matanya terlihat sembab. "N-Neo a-ambil permen aku," ucapnya sesegukan. Utara juga menunjukan sikutnya yang berdarah.

Bocah laki-laki itu melotot, terkejut melihat sikut kiri Utara yang terluka. "Kamu didorong lagi sama dia?"

Utara yang memakai kuncir rambut kepala kelinci itu mengangguk, masih menangis, kemudian mengusap pipinya sendiri.

Utara & Selatan [#DS1 Selatan| END]Where stories live. Discover now