7: No feel

51 18 1
                                    

"Ibu ingin kau..."

Aku menatap ibu serius. Penasaran dengan apa diinginkannya.

"Kenapa ibu berhenti? Katakan saja" aku meraih segelas air dan meminumnya.

"Ibu ingin kau menikah dengan jaebeom"

"Ap- uhuk uhuk" aku tersedak saat mendengar ucapan ibu.

"Apa yang tadi ibu katakan? Aku tidak terlalu fokus mendengarkan" Sebenarnya ucapan ibu tadi sangat jelas terdengar ditelingaku, karena suasana cukup hening. Tapi aku ingin memastikannya sekali lagi.

"Ibu tau kau mendengarnya tadi. Tidak perlu berpura-pura. Kau tidak salah dengar"

Deg

"Ibu tidak bercanda kan?"

"Tidak. Ibu sungguh-sungguh"

"A-ha-ha-ha-ha. Ibu tidak pandai membuat lelucon. Sungguh"

"Ibu benar-benar sedang tidak bercanda seira"

"Hahaha hentikan itu sekarang bu. Kenapa ibu menatapku seperti itu" aku tertawa terbahak-bahak.

Ibu sungguh lucu sekali. Ibu jarang sekali membuat lelucon bahkan tidak pernah. Dan sekarang, ia benar-benar membuat lelucon yang sangat tidak masuk akal.

"Seira! Dengarkan ibu. Kau sudah bilang tadi kalau kau akan melakukan apapun yang ibu inginkan. Ibu mohon tepati ucapanmu" ibu menyentuh kedua pipiku dan menatapku dalam.

Aku menatap sorot mata ibu. Sepertinya ia benar-benar mengucapkannya dengan serius. Apa yang sebenarnya ibu inginkan?

Aku melepaskan kedua tangan ibu yang menyentuh pipiku. "Ah, aku tau. Ibu sedang mengetes ku kan sekarang? Karna minhyun akan segera melamarku"

"Lupakan lamaran itu seira. Bilang kepada minhyun ibu membatalkannya dan kau akan segera menikah dengan jaebeom"

"Ibu jangan menipuku. Kemarin ibu menyetujuinya. Ayolah bu. Aku tidak suka ibu bercanda hingga membawa bawa soal lamaran. Itu sangat tidak lucu"

Brak

"Sudah ibu katakan berkali-kali ibu tidak bercanda seira! Ibu sungguh-sungguh dengan ucapan ibu!" Ibu menggebrak meja dengan keras hingga membuatku terkejut.

"A-apa ibu benar-benar ingin menikahkanku dengan jaebeom?"

Tidak. Ini pasti tidak benar. Ibu pasti tidak sungguh-sungguh. Aku tau ibu hanya ingin mengerjaiku saja.

"Ya! Lupakan soal lamaran minhyun karna sampai kapanpun ibu tidak akan merestuinya"

Brak

"Apa maksud ibu!? Ibu tau kan aku dan minhyun sudah memiliki hubungan sudah hampir 9 tahun! Ibu juga selalu menyetujui hubunganku dengan minhyun!" Emosiku meningkat. Ini benar-benar tidak lucu. Aku tidak tahu perkataan ibu sungguh-sungguh atau tidak. Tapi aku benar-benar tidak suka jika ia sudah menyangkut-pauti soal lamaran dan bilang akan membatalkannya.

"Ya! Memang dulu ibu menyetujuinya! Tapi itu dulu! Hanya dulu! Sebelum ibu benar-benar mengetahui minhyun yang sebenarnya!"

"Apa yang sebenarnya!? Apa karna pengakuan minhyun kemarin!? Apa karna sekarang ibu baru tahu kalau ternyata minhyun bukan laki-laki yang ibu harapkan!?" Sebulir cairan mulai jatuh dari sudut mataku.

Ibu hanya terdiam dengan ucapanku.

"Oh ya..tentu saja. Aku mengerti sekarang" aku menghapus air mataku yang baru menetes sesekali.

"Yang ibu mau kan laki-laki yang kaya raya. Banyak harta. Punya rumah besar. Punya mobil mewah. Ya kan!?" Aku terkekeh.

"Tentu saja ibu sangat menyukai jaebeom. Dia seperti yang ibu mau kan? Dia kaya. Seorang bos besar pemilik perusahaan. Mobil mewah. Sangat berbanding terbalik dengan minhyun" aku menahan emosiku. Berusaha untuk tidak menitikkan air mata lagi.

Tears & HurtsWhere stories live. Discover now