4: Wedding party

75 20 0
                                    

"kapan oppa akan melamarku?"

Aku bisa merasakan detak jantung minhyun yang seketika berpacu dengan sangat cepat.

"Aku minta maaf seira, aku butuh waktu" ucapnya pelan.

"Tidak apa-apa oppa, aku mengerti" aku melepaskan pelukanku.

Setelah pertanyaanku tadi, kini suasana menjadi sangat canggung. Aku dan minhyun hanya terdiam satu sama lain tanpa saling menatap.

"Ahh oppa, aku lapar. Aku ingin memesan sesuatu. Apa oppa sudah makan?" Ucapku mengalihkan pembicaraan.

"Belum. Kau ingin makan apa? Biar aku buatkan. Tidak perlu memesan"

"Ayo kita makan bersama. Aku ingin nasi goreng saja. Aku akan tetap memesan, tidak enak dengan karyawan lain"

"Baiklah, aku akan membuatkannya untukmu" minhyun berjalan pergi ke dapur dan mulai memasak.

Aku mengikutinya kedapur dan memperhatikannya yang sedang memasak. Sebenarnya tadi minhyun menyuruhku untuk menunggu dimeja pelanggan, namun aku bersikeras ingin ikut dengannya.

Aku memperhatikannya dengan seksama.

Kemeja putih dengan tangan yang sedikit digulung. Apron putih hitam bergaris yang terpasang ditubuhnya. Rambut hitam pekat yang justru terlihat sangat serasi dengan kulit putihnya. Ditambah cahaya yang sedikit masuk dari jendela menyorotnya.

 Ditambah cahaya yang sedikit masuk dari jendela menyorotnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Damn. It's so beautiful view

"Seira"

"Seira!"

Aku tersadar dari lamunanku saat seseorang memanggilku. Aku melihat minhyun yang sudah ada dihadapanku.

"Kenapa kamu cengengesan sendiri seperti itu?"

Aku hanya tersenyum dan bangkit dari dudukku. Menatap ia dalam dan mulai mengecup bibir tipisnya.

"Ka-kau kenapa sih? Hari ini aneh sekali" ia tercengang dengan perlakuanku.

"Oppa terlihat sangat menggoda hari ini" aku terkekeh melihatnya yang masih terdiam dan memegangi bibirnya. Lalu aku berjalan melaluinya.

"Kau sedang menggodaku ya" ia menarik tanganku dan memutar tubuhku menghadapnya.

"Oppa pikir hanya oppa yang bisa melakukannya" aku terkekeh tanpa henti.

Dengan cepat ia melumat bibirku membuatku terkejut. Cukup lama aku terdiam, namun setelah itu aku membalas lumatannya.

"Aku sangat mencintaimu seira. Tunggu aku sebentar lagi ya"

"Aku juga oppa. Aku akan menunggumu sampai kapanpun"

Minhyun melepaskan ciumannya dan memelukku erat. "Terimakasih telah mengerti"

"Ehem"

Seseorang memasuki dapur sambil membawa beberapa piring kotor ditangannya.

Tears & HurtsWhere stories live. Discover now