8: Anniversarry

51 16 3
                                    

Aku menunggu kedatangan minhyun dalam diam.

Ini sudah hampir setengah jam setelah minhyun pergi. Tapi sosoknya tak kunjung kembali. Hatiku mulai resah. Tidak biasanya minhyun pergi meninggalkanku selama ini. Ia juga tidak memberitahuku kemana ia akan pergi tadi.

Aku memilih untuk bangkit dari kursiku dan berjalan ke sekitar. Tentu saja mencari minhyun. Keadaan disini cukup sepi. Bahkan sedari tadi aku tidak melihat seorang pun lewat. Ditambah lagi aku tidak mengenali daerah ini.

Aku berjalan pelan dan ragu. Sebenarnya aku juga menjadi sedikit resah. Bagaimana jika nanti aku yang tersesat. Aku mencoba menghubungi nomor minhyun. Terhubung. Tapi ia tidak menjawabnya. Itu membuatku semakin resah lagi. Aku takut sesuatu terjadi padanya. Minhyun tidak pernah tidak mengangkat telfonku kecuali ia sedang sibuk atau bekerja.

"Oppa.." panggilku sepanjang menyusuri jalan. Aku terus menerus menengokkan kepalaku kekanan dan kekiri. Berharap menemukannya.

Ponsel ditanganku pun tidak berhenti menghubungi nomornya.

Hari sudah semakin sore. Sudah cukup jauh juga aku berjalan. Dan sosok minhyun belum kutemukan. Rasanya aku ingin menangis sekarang.

Ini pertama kalinya ia meninggalkanku sendirian.

Hari ini adalah hari terburukku. Kenapa semua orang sangat menyebalkan. Tidak ibu. Tidak minhyun. Semuanya menyebalkan.

Ku lihat sosok laki-laki dari kejauhan. Sedang duduk di tangga teras rumah. Sedang menunduk mengukir sesuatu. Wajahnya tidak terlalu terlihat jelas. Ini pertama kalinya aku menemukan orang setelah berjalan sedari tadi. Aku berusaha mendekatinya dan berniat bertanya padanya.

"M-maaf permisi ahjussi, aku ingin bertanya sesuatu" ucapku ragu sambil membungkukkan badanku.

Orang tersebut menoleh padaku.

Orang tersebut menoleh padaku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Oppa!?" Mataku membelalak.

"Seira kau disini!?" Ia langsung bangkit dengan terkejut.

Tangisku pecah saat melihat sosoknya. Semua resah ku hilang. Rasa kesal yang sudah ku pendam sedari tadi semuanya ku keluarkan.

"Apa yang oppa lakukan disini? Aku menunggu oppa lama. Aku mencari oppa sedari tadi. Hiks. Oppa membuatku khawatir" aku menyembunyikan wajahku dengan kedua tanganku.

"Maafkan aku. Aku tidak bermaksud meninggalkanmu sendirian. Aku minta maaf" ia langsung memelukku erat.

"Kenapa oppa tidak mengangkat telfonku atau setidaknya mengabariku!? Dan apa yang oppa lakukan disini sendirian!?" Aku melepaskan pelukannya dan memukul-mukulnya. Hari ini moodku benar benar sedang hancur. Rasanya ingin sekali aku memukul seseorang sedari tadi.

"Seira...sayang...tenanglah..." Ia menahan tanganku.

"Oppa memintaku tenang!? Oppa meninggalkanku disana sendirian selama setengah jam lebih dan sekarang oppa menyuruhku tenang!? Bahkan aku tidak tau daerah ini. Bagaimana jika aku tersesat!? Bagaimana jika aku diganggu orang lain!? Apa oppa tidak takut terjadi sesuatu padaku!?" Bentakku dengan napas tidak beraturan.

Tears & HurtsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang