[Season 2] 13: Just be mine, please..

33 4 4
                                    

Seira's pov:
.
.
.
.
.

Aku masih berdiri mematung sambil menunduk didalam kamar mandi. Tak berhenti sesenggukan.

Jaebeom juga hanya diam dan berusaha membuka bajuku yang basah kuyup.

Ia melucuti semua kain yang terpasang ditubuhku. Aku hanya terdiam tanpa menghiraukan semua perlakuannya.

Ia mengatur suhu shower menjadi hangat dan membasuh tubuhku. Mulai membersihkan tubuhku dengan telaten. Melakukannya dengan sangat sabar.

Aku meringis, menarik tanganku, saat perih dari rasa sabun menyerap lukaku yang sudah terbalut kassa.

"Maaf," derunya sangat pelan.

Ia meraih handuk dan mengeringkan tubuhku. Dan akhirnya membalut handuk itu melingkar di tubuhku.

"Pakailah baju yang hangat," ia tersenyum tipis mengelus kepalaku. Lalu membiarkanku keluar kamar mandi, karena ia ingin berganti membilas tubuhnya.

...

Jaebeom baru saja kembali dari luar kamar, dengan membawa kotak P3K. Lalu, berjongkok dihadapanku yang duduk disisi ranjang.

"Maaf, aku sungguh tidak tahu, Seira." Lirihnya menatap luka ditanganku.

Aku menggigit bibirku menahan tangis, bukan karena kesakitan saat Jaebeom menempelkan alkohol pada lukaku. Tapi karena melihat dirinya yang kini berjongkok di hadapanku.

Dia suamiku, tapi ia merendahkan dirinya padaku, seakan derajatnya lebih rendah dariku.

"Bangkitlah.." Aku menarik tangannya, hendak membawanya duduk disampingku. Namun ia menahan tubuhnya dan tetap berada ditempatnya.

Jaebeom menggenggam tanganku, dan menatapku dalam. Aku bisa merasakan rasa bersalahnya yang mendalam.

"Aku salah, aku minta maaf. Tidak seharusnya aku pergi dengan Seulgi. Tidak seharusnya aku melakukan semua itu tadi, aku hanya reflek, aku minta maaf."

Aku mengalihkan pandangan netraku. Aku ingin sekali menanyakan pada Jaebeom tentang hubungannya dengan Seulgi. Ingin mengetahui semua masa lalu mereka. Seperti Jaebeom mengetahui masa laluku dengan Minhyun. Aku ingin kita bersikap transparan saja untuk semuanya, tak ada rahasia dan sesuatu lagi yang perlu disembunyikan.

Bukannya aku tak mempercayai suamiku sendiri, tapi akan lebih baik seperti itu dan menghindari kesalahpahaman lebih dari ini.

Tapi aku takut.

Hanya melihat wajahnya saja aku takut.

Meskipun ia telah menjadi suamiku, meskipun aku telah mengenalnya lebih baik, tapi kenapa aku merasa seperti ada pembatas diantara kita. Seperti aku belum mengenalnya seutuhnya.

Rasa apa ini...

"Tak apa jika kau tak memaafkanku, aku memang sudah keterlaluan."

Aku menoleh padanya. Meratapi dirinya.

Siapa sebenarnya sosok yang ada dihadapanku ini?

Mataku memejam.

Ia adalah dirimu, Seira. Ia adalah kau, dan kau adalah ia. Laki-laki dihadapanmu ini adalah setengah dari jiwamu. Dan begitupun ia.

Aku tak boleh kekanakan lagi. Saat itu, aku sudah salah paham dan menuduh Minhyun memiliki wanita lain dalam hidupnya, tapi nyatanya Minhyun hanya ingin melindungiku.

Aku tak boleh lagi berpikir buruk. Aku harus memercayaiku suamiku.

Menanyakan kepadanya kenangan lama adalah sesuatu yang buruk. Itu sesuatu yang tak perlu diungkit kembali. Karena membuka lembaran lama tidak semudah membalikkan telapak tangan, dan kau sendiri tahu itu, Seira. Kau merasakannya juga.

Tears & HurtsWhere stories live. Discover now