[Season 2] 16: Home?

27 4 8
                                    

Seira's pov:
.
.
.
.
.

Beberapa minggu berlalu, dan aku merasa hubunganku dan Jaebeom justru jauh lebih buruk dari sebelumnya.

Padahal aku tak lagi marah padanya semenjak kejadian itu. Aku pun berusaha bersikap biasa saja.

Tapi justru, aku merasa ia yang berubah. Ia yang menjauh.

Ia hanya bersikap baik jika ada maunya saja.

Kalian pasti tahu apa itu.

Entahlah. Aku tak lagi ingin berprasangka buruk dan berbicara panjang lebar padanya.

Pada akhirnya ia akan marah karena mengira aku kembali salah paham.

Terserah saja padanya sekarang.

Aku hanya tinggal tetap melakukan hal-hal yang biasanya ku lakukan dan ku perlukan.

Ia menjadi lebih sering pulang lebih malam, dan bahkan terkadang tidak pulang. Alasannya karena ia pulang terlalu larut dan tak ingin mengangguku dan bibi Oh, ia lebih memilih pulang ke apartement-nya.

Sekalipun ia dirumah, ia menjadi jarang makan saat pergi dan pulang kerja. Ia tak memakan sarapan yang kubuat dengan alasan terlambat, dan tak memakan makan malam karena bilang ia sudah makan.

Selalu seperti itu.

Ia juga menjadi jarang berbicara padaku. Mungkin karna aku sering mengabaikan ucapannya dan hanya menjawab seperlunya.

Karena ia pun menjadi jarang di rumah, aku sering pergi keluar untuk menjernihkan otakku.

Tidak lagi restorant tempat Minhyun bekerja, aku tak ingin bertemu mereka bertiga untuk sementara.

Aku biasanya pergi ke mall, supermarket, dan ke tempat lainnya hanya seorang diri. Entahlah apa yang ku lakukan. Shopping dan berkeliling sendirian itu benar-benar obat untukku.

"Jaebeom, ingin sarapan?" tanyaku menatapnya yang sibuk memasang dasi.

"Tidak."

"Baiklah." Aku melesat begitu saja melewatinya tanpa berkata apapun lagi.

Aku lebih memilih memberi sarapan pada nora, kunta, dan odd yang jelas-jelas akan memakannya. Setidaknya, kucing saja bisa menghargai kerja kerasku.

Lama aku terdiam memunggungi Jaebeom, hingga saat aku menoleh kebelakang sosoknya sudah menghilang.

Aku menghela napas berat.

Hatiku sakit sekali. Seperti ada yang mengganjal.

Aku diam-diam melihat ponsel Jaebeom semalam.

Di sebuah ruang chat bersama Seulgi. Mereka bilang akan pergi sarapan bersama.

Jika aku memergoki yang seperti itu, apa aku masih salah paham?

Aku terkekeh. Siapa yang berkata akan berjanji terus bersamaku dan menjadi milikku.

•••

"Bibi, aku keluar dulu ya, mungkin aku akan kembali cukup malam." Aku berteriak didalam rumah sambil sibuk memasang high heels di kakiku.

Aku ingin pergi ke sebuah club bersama Suyeon, ia yang mengajakku.

Setelah menunggu kurang lebih setengah jam, akhirnya Suyeon menampakkan batang hidungnya. Kami janjian di tempat langsung, tapi ia sama saja seperti semasa SMA, selalu telat.

"Maaf, kau pasti menungguku lama," kekehnya menghampiriku.

"Aku sudah biasa denganmu." Aku terkekeh balik dan menggeser tempat dudukku.

Tears & HurtsWhere stories live. Discover now