23: Sunrise

38 13 18
                                    

Seperti biasa, play mulmed kalo udh di kasih aba-aba oke 😁

😺😺😺

"Lim Jaebeom-ssi, anda harus lebih banyak istirahat. Jangan terlalu lelah dan memaksakan diri, dan tidurlah yang cukup,"

Ucap dokter Kim setelah memeriksa Jaebeom yang kini terbaring lemah dikasurnya.

"Apa ada yang menganggu pikiranmu akhir-akhir ini?"

Jaebeom menggeleng pelan. Dokter Kim memberinya beberapa resep obat yang harus ditebus, agar ia membaik. Ia harus istirahat total karna keadaannya sangat buruk.

"Kalau begitu, saya permisi,"

"Terimakasih atas waktunya, dokter Kim,"

"Sama-sama, jika kau merasa keadaanmu memburuk, hubungi saja aku,"

Jaebeom tersenyum kearahnya, sebelum dokter tersebut sepenuhnya pergi.

Dokter Kim Yookjae, atau biasa disapa dokter Kim memang sudah sangat mengenal Jaebeom. Mereka saling berteman dan mengenal satu sama lain, meskipun umur mereka terpaut 10 tahun. Dokter Kim adalah spesialis yang biasa menangani keluarga Lim sejak lama, bahkan sejak Jaebeom kecil. Itulah sebabnya dokter Kim sudah sangat mengetahui seluruh keluarga Lim dan keadaan keluarga tersebut.

"Tuan, anda harus istirahat yang cukup," Bibi Oh menyerahkan sepiring makanan untuk Jaebeom.

"Ah, bibi. Sudah ku katakan panggil aku dengan namaku saja. Aku merasa tidak sopan jika bibi memanggilku seperti itu, bibi lebih tua dariku,"

"Saya lebih merasa tak sopan jika memanggil anda seperti itu,"

Jaebeom menghela nafas berat dan mengambil piring tersebut. Mulai memakannya dengan tenang.

"Apa Seira sudah makan?"

Jaebeom seketika teringat gadis itu. Biasanya ia yang selalu membawakannya makanan dan menyuapinya tepat waktu.

"Belum,"

Jaebeom menaruh piring tersebut keatas nakas, lalu mengumpulkan energi yang masih tersisa ditubuhnya untuk bangkit.

Ya, ia berniat menemui gadis itu.

"Tuan, anda istirahat saja. Soal nona Seira, biar saya yang mengurus,"

"Tidak bibi, bibi ingat kan terakhir bibi menemuinya?"

Seira sangat tidak suka bertemu dan didekati oleh orang lain selain Jaebeom. Ia pasti akan mengamuk dan mengusirnya.

Minhyun saja hampir menjadi sasaran amukannya, apalagi bibi Oh.

Jaebeom ingat jelas saat bibi Oh berusaha memberinya makan, namun Seira membanting piring tersebut dengan keras hingga pecah berkeping-keping. Makanannya tumpah mengotori lantai. Lalu gadis itu mengancam akan melukainya dengan pecahan beling tersebut. Tentu saja Jaebeom tidak ingin hal itu kembali terjadi. Ia tidak ingin sesuatu terjadi pada bibi Oh juga pada Seira.

"Tapi anda harus istirahat,"

"Aku hanya kelelahan, bukan penyakit yang serius. Jika minum obat, mungkin besok akan sembuh. Bibi tidak perlu mengkhawatirkanku,"

Dengan tertatih-tatih, Jaebeom melangkah menyusuri jalan menuju kamar gadis tersebut dengan sepiring nasi yang sudah dilengkapi lauk pauk. Ia mulai membuka pintu kamar tersebut.

Dari dalam sana gadis itu sudah terduduk sambil menunduk menatap sebuah bunga ditangannya. Memutar-mutar tangkainya dan mencopoti satu persatu kelopaknya. Di lantai sudah banyak kelopak bunga yang berserakan. Itu adalah bunga yang sempat Jaebeom hias dirambut gadis itu.

Tears & Hurtsحيث تعيش القصص. اكتشف الآن