12: Beautiful Night

55 15 5
                                    

Aku mengangkat tubuh gadis itu dan membawanya masuk kedalam rumahku. Meletakkan tubuhnya diatas kasur kingsize yang terletak didalam kamarku dengan sangat hati-hati.

Ku pandangi wajahnya yang terlihat tenang. Tidak pernah sekalipun aku bosan melihat wajah mungilnya. Jari-jariku tanpa sadar mulai bergerak mengelus keningnya lembut. Ditambah satu kecupan manis dari bibirku yang mendarat di keningnya, sebelum aku beranjak pergi.

Tidurlah yang nyenyak. Selamat malam. Bisik ku.

Ia membuka matanya sedikit sembari menggeliat.

"Panas..." ia mengguling-gulingkan tubuhnya diatas kasur. Seperti ikan yang terdampar kehabisan nafas. Wajahnya mulai memerah dan keringat mulai bercucuran membasahi wajah dan tubuhnya.

Itu pasti efek alkohol yang terlalu banyak masuk kedalam tubuhnya.

"Panas...sangat panas....tubuhku tebakar.." Ia merintih sambil mengipas tubuhnya.

Aku segera mengatur suhu pendingin, menurunkan suhunya agar gadis itu berhenti menggeliat.

"Tenanglah, sebentar lagi kau akan baik-baik saja" aku menghampirinya dan duduk dipojokan kasur. Mengusap keningnya.

"Kau—" ia terkekeh tanpa melanjutkan perkataannya. Matanya tidak menatap pada satu titik fokus. Sorot matanya hanya terlihat kosong.

"Panas....seluruh tubuhku panas....." tangannya mulai membuka kancing kemejanya satu persatu. Hingga menampilkan seperempat bagian tubuhnya.

Seketika aku menahan aktifitasnya. Menahan tangannya yang sebentar lagi akan membuka kancing terakhir baju tersebut. Aku kembali mengancingkannya seperti semula sebelum tubuhnya terekspos sempurna. "Tunggulah, sebentar lagi suhunya akan turun"

"Apa yang kau lakukan...biarkan aku membukanya..disini sangat panass" ia menyingkirkan tanganku, dan hendak membukanya kembali.

"Tidak boleh. Tetaplah seperti ini" aku menahan bajunya, sebelum ia sempat membukanya.

Aku bangkit dari kasur dan bersiap untuk pergi. Aku harus segera pergi dari sini sekarang juga.

Tahan dirimu Lim Jaebeom.

"Kau mau kemana?" Ia menahan tanganku.

"Ini sudah malam, aku mengantuk"

"Tetaplah disini...hiks. Jangan pergi kemanapun.. kau tidak boleh meninggalkanku lagi" ia mulai menangis.

Aku menatap dirinya yang terlihat lemah tak berdaya.

"Aku harus pergi"

"Tidak...kumohon..tetaplah disini. Aku berjanji akan mendengarkan semua perkataanmu..aku tidak akan membantahmu lagi.."

"Seira..maaf. Aku harus pergi" aku melepaskan tangannya yang menahanku.

"Ayah... jangan tinggalkan aku lagi.. aku benar-benar merindukanmu.. tetaplah disini, bersamaku. Ayo kita lakukan hal yang biasanya seperti dulu. Ceritakan aku tentang semua laut didunia ini. Aku siap mendengarkannya bahkan hingga pagi" gadis itu tersenyum dan terkekeh, namun matanya menitikkan air mata.

Aku terdiam menatapnya.

Ayah katanya? Apa aku terlihat seperti ayahnya?

"Kenapa diam saja? Berbaringlah disampingku dan peluk aku, ayah tau aku tidak bisa tidur tanpa pelukanmu kan?"

Gadis itu terus menerus menarik tanganku untuk berbaring disampingnya. Aku mengernyitkan keningku.

Bukannya aku tidak mau. Namun, tidak dapat ku pungkiri, pengaruh wine yang ku minum tadi sedikit membuatku sedikit pusing. Aku masih sadar, namun emosiku sudah mulai tak stabil. Ditambah gadis mabuk dihadapanku terlihat menjadi agresif. Aku takut melakukan hal diluar batas terhadapnya tanpa sadar.

Tears & HurtsWhere stories live. Discover now