20: Need You

43 15 0
                                    

Jaebeom' s pov:
.
.
.
.
.

"Ngghhh,"

Mataku terbuka sedikit demi sedikit setelah merasakan pancaran bola emas yang mulai terbit dari ufuk timur menerobos masuk lewat jendela kaca, langsung menembus kelopak mataku.

Ku tatap gadis dihadapanku yang sedang menggeliat diatas sofa. Tersangka yang telah menimbulkan suara erangan, juga salah satu penyebab aku terbangun. Aku segera bangkit menahan tubuhnya yang berbalik seketika membuatnya hampir terjatuh kelantai.

Bruk

"Jae..beom...?" Ucapnya sambil menyipitkan matanya menatapku.

"Ya.. ini aku..." Aku tersenyum kearahnya dan mengusap keningnya.

Ia meremas lengan bajuku lemah dan kembali memejam.

"Kau baik-baik saja?"

Kepalanya menggeleng pelan. "Pusing.. perutku sakit," Ia meringkuk dan menenggelamkan wajahnya di dadaku.

Aku segera menyerahkan botol minuman penghilang mabuk yang sempat ku beli di mini market saat dini hari, saat mencari kaos pengganti bajuku yang sudah dipenuhi cairan darah. "Ini.."

"Apa ini?"

"Itu agar kau merasa lebih baik,"

Tanpa berlama-lama ia langsung mengubah posisinya menjadi duduk dan meneguk habis minuman tersebut. Lalu terdiam beberapa lama.

"Kenapa kau minum-minum seperti itu semalam? Sebelumnya kau melarangku, tapi kau melakukannya,"

Ia menatapku kosong. Darisini aku dapat melihat sembab dimatanya. Kantung matanya sangat besar dan menghitam, terasa sangat berat dan lelah. Bahkan sepertinya sekedar membuka mata saja sulit.

"Aku tidak suka melihatmu seperti semalam," Aku berusaha memeluknya, namun tangannya tiba-tiba mencengkeram kerah baju kaos putih polos yang ku kenakan, dan menarikku hingga sedikit mencondong kearahnya.

"Berapa? Katakan padaku berapa?" Ia memajukan tubuhnya mendekat, membuatku seketika tercekat.

Apa yang ia katakan? Apanya yang berapa? Apa ia masih mabuk?

"Apa yang–"

Plak

Satu tamparan dari tangannya mendarat keras di pipi kananku, membuatku menoleh.

"Berapa kau membayar Minhyun?"

"Aku tidak mem–"

Plak

Kini ia melakukan hal yang sama di pipi kiriku.

"Apa mau mu sebenarnya? Apa yang kau inginkan dariku? Sebelumnya kau sudah memengaruhi ibu, dan sekarang kau memengaruhi Minhyun"

"Aku hanya–"

Plak

"Kau senang kan? Sebenarnya kau senang kan melihatku seperti ini?"

"Seira itu tidak–"

Plak

"Berapa banyak uang yang telah kau habiskan untuk membayar kehancuran hidupku?"

Plak

"Pantas saja kau tetap bersikeras meskipun aku menolakmu. Kau sudah berencana ingin mencampuri Minhyun kan?"

Plak

"Apa tidak ada wanita lain hingga kau menghancurkan wanita yang sudah memiliki hubungan?"

Tears & HurtsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang