1: Passed

169 23 3
                                    

7 tahun yang lalu.

Seoul, 23 September 2013

"Hwang Minhyun!"

Aku memanggil seseorang dari kejauhan, dengan langkah kaki yang kecil, aku berusaha berlari menghampirinya.

Sang pemilik nama yang ku sebut hanya melemparkan senyum manis kepadaku. Ia merentangkan kedua lengannya dan bersiap memelukku.

"Oppa," ucap ia mencubit hidungku.

"Kenapa kau mencubit hidungku?" aku mengusap hidungku yang sedikit memerah karena ulah tangan lelaki pucat itu.

"Panggil aku Minhyun oppa, aku ini lebih tua satu tahun darimu," Ucapnya lagi. Lalu, ia duduk dikursi.

"Hehehe, iya iya Minhyun oppa," aku terkekeh. Kemudian ikut duduk disampingnya.

"Kau tidak masuk kelas? Bel sudah berbunyi sedari tadi," tanyanya kepadaku. Kini ia menatapku sambil mengangkat sebelah alisnya.

"Tidak mau, aku masih mau bersama oppa disini." Aku menyandarkan kepalaku dibahunya, dan bersikap manja.

"Cepat masuk kelas, bagaimana jika kau mendapat hukuman?" Ia mengangkat kepalaku dari bahunya dan membuatku terduduk tegak. Kini ia duduk menghadap kearahku.

Aku mencemberutkan wajahku dihadapannya.

"Cepat masuk. Pulang nanti, aku akan menunggu didepan kelasmu." Tangannya terangkat dan mengusap pucuk kepalaku.

"Iya iya oppa, aku akan segera kekelas sekarang juga." Aku bangkit dari dudukku dan berjalan menjauh meninggalkan tempat tersebut.

"Semangat belajarnya. Hwaiting!" Ucapnya yang terdengar dari arah belakangku. Namun aku hanya tetap berjalan tanpa menoleh kearahnya ataupun menjawab ucapannya.

Ya, sekarang ini aku duduk di kelas 10 SMA. Dan Minhyun adalah kakak kelasku.

Kau ingin tahu apa hubunganku dengannya? Kami berdua berpacaran.

Kira-kira sudah sekitar satu tahun lebih kami berpacaran. Saat itu aku duduk di kelas 8 SMP dan ia juga adalah kakak kelasku di SMP.

Jujur.

Aku tidak mengenalnya saat itu. Namun, memang ia cukup populer disekolah karna ketampanannya. Banyak siswi yang memperebutkannya masa itu. Aku pun tidak memperdulikannya.

Kami memang sering berpapasan. Tentu saja itu hal yang biasa kan?

Maksudku, sebagai murid disekolah yang sama, sudah pasti kita akan berpapasan dengan murid yang lainnya juga. Aku memang sudah merasa janggal padanya sejak pertama kali berpapasan. Ia sering memperhatikanku sambil tersenyum. Itu cukup berlangsung lama. Membuatku merasa aneh.

Dan terakhir saat pulang sekolah. Saat itu, tiba-tiba ia menyatakan perasaannya begitu saja kepadaku. Di luar sekolah saat aku menunggu bus. Sungguh, aku sangat terkejut. Tentu saja. Mengenalnya saja tidak, namun tiba-tiba ia menyatakan perasaannya padaku.

Selain itu, aku juga belum pernah berpacaran sebelumnya, dan ini pertama kalinya ada seseorang yang menyatakan perasaannya kepadaku. Dan ia adalah siswa tampan yang populer disekolah.

Apa aku harus mempercayainya?

Saat itu, aku bingung setengah mati. Ragu untuk menjawab. Namun ia meyakinkanku akan perasaannya.

Aku sempat menolaknya beberapa kali, namun ia tetap menganggu hari-hariku, hingga akhirnya aku berterus terang padanya bahwa ini adalah hal yang baru untukku, dan ia juga berkata demikian. Ia bilang kita akan mencobanya pelan-pelan.

Tears & HurtsWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu