Seira pov:
.
.
.
.
.Aku membuka mataku sedikit demi sedikit. Terasa sangat berat. Kepalaku juga terasa sangat pusing. Seakan semua terasa berputar. Semua pandanganku terasa kabur. Dan kurasakan mual didalam perutku. Aku mengernyitkan alisku dan kembali memejamkan mata.
Dimana ini. Aku tidak ingat apapun semalam.
"Good morning baby"
Seketika aku kembali membuka mataku mendengar suara berat laki-laki yang terasa sangat dekat.
Dan benar saja, seorang laki-laki yang berbaring disampingku dengan sangat dekat. Menyunggingkan senyum dan menatap kearahku.
Seketika aku menjauhkan diriku darinya, namun hal itu gagal karena tangannya yang terpaut menggenggam tanganku."Apa yang kau lakukan disini!" Aku menarik tanganku paksa untuk melepaskan genggamannya, dan menggeser tubuhku menjauhkan jarak diantaraku dengannya.
"Yang ku lakukan disini? Apa kau tidak ingat apa yang terjadi semalam? Kemarilah dan peluk aku lagi. Semalam sangat indah dan menyenangkan" ia membangkitkan tubuhnya dan mendekat kepadaku.
Ia gila. Ia pasti sedang melantur.
"Apa maksudmu semalam!? Apa yang terjadi semalam!?" Aku berusaha kembali menjauh, namun tangannya kini mengunci pergelanganku. Kemudian ia bergerak menempatkan posisi tubuhnya tepat diatas tubuhku, membuat tubuhku terbaring dibawahnya.
"Kau sudah membuatku tersiksa semalam. Kau harus bertanggung jawab" ia mengelus bibirku.
"Menjauh dariku!" aku berusaha memberontak.
"Kau mengusirku? Semalam bahkan kau sama sekali tidak membiarkanku bergerak sedikitpun" ia semakin mendekatkan tubuhnya.
"A-apa yang akan kau lakukan?"
"Tak apa, sebulan lagi kita akan menikah"
Ia menatapku seperti hewan buas yang baru saja menemukan daging segar ditengah hutan belantara. Kemudian menyeringai, sambil melumat dan menggigit bibir bawahnya.
Tubuhku gemetar ketakutan. Aku tidak bisa berkutik lagi. Tanganku tidak dapat bergerak. Tubuhku sangat lemas. Air mataku mulai mengalir.
"Jangan....." Ucapku gemetaran.
Ia hanya tertawa terbahak-bahak setelahnya. Setelah aku menangis. Lalu menjauhkan dirinya dariku dan bangkit dari kasur.
"Ada apa dengan wajahmu? Kau terlihat sangat lucu" ucapnya masih dengan tawanya.
Aku tetap menangis, meskipun ia sudah menjauh. Aku tidak bisa menahan air mataku. Ia sangat menyebalkan. Sangat. Lihat saja pembalasanku. Aku akan membunuhnya nanti.
"Maafkan aku, yang tadi itu hanya bercanda. Sungguh. Aku tidak bermaksud apapun padamu"
Apa yang ia bilang barusan? Hanya bercanda? Tidak bermaksud melakukan apapun padaku? Siapa orang yang akan percaya omong kosong itu setelah apa yang ia lakukan padaku barusan. Aku bahkan bisa akan menjadi trauma karna ulahnya.
YOU ARE READING
Tears & Hurts
FanfictionLee Seira, gadis sederhana berumur 23 tahun yang hidup semestinya dan menjalani kegiatan seperti kebanyakan orang di luar sana, dan tentunya memiliki seorang kekasih yang sangat ia cintai. Laki-laki manis dengan tubuh semampai dan kulit pucatnya, ya...