25: Superhero

41 12 0
                                    

Aku melangkah hendak pergi ke teras rumah. Hatiku sungguh tidak tenang, entah kenapa hatiku nengatakan untuk tidak menemuinya. Siapa sebenarnya wanita berusia lanjut yang dimaksud bibi?

Seira terus membututi langkahku. Aku sudah menyuruhnya menunggu di taman atau di kamar, tapi ia bersikeras ingin ikut bersamaku.

Pintu rumah mulai ku buka dan menampakkan benar-benar sosok seorang wanita berusia lanjut yang...

Ibunya Seira.

Aku terkejut seketika menatap sosok tersebut yang kini mengembangkan senyum sumringahnya.

Mataku reflek berputar menatap Seira yang membeku tanpa berkedip sedikitpun. Ia terlihat sangat syok. Seketika, aku menggenggamnya dan membawanya ke balik punggungku.

"Mau apa kau?" Ucapku dengan nada memburu.

"Apa yang kau lakukan kepada anakku? Kau berusaha membawanya kabur dariku?"

"Apa maumu?"

"Aku hanya ingin membawa anakku pulang kerumah," Ia mendekati Seira, namun gadis itu menjauh dan menggenggamku dengan gemetar.

"Itu tidak akan terjadi, karena Seira akan tetap bersamaku. Sekarang pergilah. Jika tidak, aku akan menuntutmu karna kau sudah mencoba menyakitinya,"

"Jadi kau mau ambil jalur hukum? Kau pikir aku takut? Ia adalah anakku, dan kau hanya orang asing, kau pikir siapa yang lebih dipercaya?" Sebuah seringai terbentuk diwajahnya, seolah meremehkanku.

"Jangan lupakan Seira, ia bisa menjadi saksi,"

"Anak itu? Menjadi saksi? Hahaha," Ia tertawa dengan keras. Sangat keras.

"Ia sudah sakit, mentalnya sudah terganggu, dan sudah mencoba melakukan bunuh diri. Ia sakit jiwa. Kau pikir hakim akan mempercayainya?"

"Seira tidak sakit! Ia sehat!"

"Benarkah? Seira, ayo sini nak, aku ibumu, apa kau tidak rindu padaku?" Ia mencoba menyentuh Seira, namun gadis itu dengan cepat menepis dan menjauh sambil menjerit.

"Pergi! Jangan sentuh aku! Pergi, kau bukan ibuku! Aku tidak mengenalmu!" Seira mulai masuk kedalam rumah dan mencari sesuatu, ia meraih sebuah vas kaca yang terletak diatas meja dan melemparkannya kelantai hingga pecah. Ia gemetar dan meringkuk disudut ruangan.

"Seira.. sini sayang," Wanita itu tetap melangkahkan dirinya menghampiri Seira, segera aku menahan tangannya.

"Berhenti," Tatapku tajam kearahnya, aku marah sekarang. Ia telah membuat Seira kembali seperti itu. Tidak tahukan, seberapa susah aku membuatnya membaik.

"Katakan padaku, apa yang kau inginkan,"

"Kau lupa akan uang bayaranmu? Huh," Wanita tua ini memutar bola matanya jengah.

"Kau datang untuk meminta itu?"

"Tentu saja. Aku minta dua kali lipat, baru gadis itu tidak akan ku ganggu lagi,"

"Itu diluar kesepakatan kita,"

"Memangnya kenapa? Apa itu masalah? Apa kau kesulitan hanya untuk mengeluarkan 100 juta won?"

Sial. Dasar wanita gila.

Aku menghela nafas pasrah. "Oke, dua kali lipat,"

"Ckc, segera transfer ke rekeningku. Ingat, 100 juta won," Ia mendekatkan tubuhnya dan berbisik ditelingaku.

"Akan aku transfer hari ini juga," Tatapku tajam.

"Baiklah, itu bagus. Kalau begitu, aku pergi dulu. Selamat bersenang-senang bersama gadis sakit itu," Ia berjalan menghampiri Seira.

Tears & HurtsWhere stories live. Discover now