[Season 2] 3: Daily

34 9 0
                                    

Seira's pov:
.
.
.
.
.

"Sayang, tolong ambilkan dasiku yang berwarna hitam di lemari."

"Iya sebentar.."

Aku yang sedang mengoles lembaran roti dengan selai strawberry, otomatis berlari kekamar meraih benda yang diperintahkan tersebut, lalu segera menghadap kearah laki-laki yang sibuk merapihkan jasnya.

"Sini, menghadap kearahku." Aku memutar tubuhnya dan mulai membentuk lipatan segitiga pada dasi tersebut di lehernya.

Setelah selesai, aku beralih merapihkan kemeja dan jasnya. "Menunduklah sedikit." Ucapku, lalu menata sedikit rambutnya.

"Selesai, sekarang cepatlah sarapan, aku sudah menyiapkannya dimeja makan."

Laki-laki berstatus suamiku itu mulai menghampiri meja makan, dan melahap roti yang sudah ku siapkan, beserta secangkir teh hangat.

"Aku berangkat sekarang."

"Hm, semangat." Aku kembali mengecek penampilannya.

"Mana kecupan pagiku hari ini?" Matanya sudah memejam.

Ah, aku hampir lupa.

Cup.

Aku mengecup bibirnya dengan sedikit berjinjit.

"Jangan terlalu lelah, jangan pulang terlalu larut, jangan lupa makan siang, hubungi aku jika membutuhkan sesuatu atau terjadi sesuatu, aku akan menunggumu pulang malam nanti."

Ia terkekeh dan mengecup keningku. "Iya sayang, aku berangkat ya."

Aku mengangguk. "Hati-hati, jangan berkendara terlalu cepat."

Ia melambai dan tersenyum, sebelum melangkah keluar rumah dan mengendarai mobilnya.

"Fiuhh.."

Aku menjatuhkan diriku disofa, tubuhku terasa sangat lelah. Sudah sekitar enam bulan lebih aku melakukan semua ini setiap hari. Selalu terlihat sibuk sendirian di pagi hari. Bangun pagi dan harus cekatan menyiapkan semuanya, sarapan, baju yang akan dipakai kerja, dan mengurus perlengkapannya. Bahkan saat awal, aku sangat keteteran jika tidak dibantu bibi Oh.

Ternyata menjadi seorang istri sangat berat.

Seiring berjalannya waktu, aku mulai mengenali diri Jaebeom lebih dalam lagi.

Aku mengetahui banyak hal baru dari dirinya selama 6 bulan ini. Ternyata ia sangat perfeksionis dalam melakukan pekerjaannya. Meskipun dari luar ia terlihat seperti pribadi yang santai, namun ternyata ia sangat teratur, ia tidak suka sesuatu berjalan tidak sesuai keinginannya.

Padahal dulu, aku melihat dirinya yang sangat berleha-leha meninggalkan kantornya, tapi ternyata dibalik itu ia sudah sangat bekerja keras, dan mungkin saja saat itu ia sedang lelah, maka dari itu ia menemuiku. Pantas saja, tak heran jika perusahaannya sangat sukses, itu sebanding dengan kerja kerasnya.

Selain itu, Jaebeom hampir setiap hari tidur larut malam. Entah itu berkutat dengan pekerjaannya di meja kerja yang ada di pojok kamar, atau membaca buku di sofa hingga tertidur.

"Miaw.."

"Ah, kunta, maaf, seharusnya aku langsung memberi makanmu dan yang lain selepas ini." Aku bangkit dan berjalan cepat menuju tempat mereka berada diikuti dengan kunta yang membuntuti langkahku. Aku hampir melupakan anak-anakku.

Aku tersenyum melihat ketiga hewan manis itu memakan makanannya dengan lahap. Mereka sangat manis dan tenang.

Tubuhku merendah dan duduk bersandar di dinding, masih dengan memerhatikan mereka yang kini ada disampingku.

Tears & HurtsWhere stories live. Discover now