Ristretto (41)

1.2K 136 6
                                    

"Halo Om," sapa Sean ramah pada sosok pria tua berusia setengah abad yang tiba-tiba meneleponya.

"Oh.. hai Sean, bagaimana kabar mu?" Sapanya ramah.

Sean tersenyum tipis, "baik seperti yang Om dengar. Bagaimana dengan Om?"

Pria tua itu terkekeh pelan, "baik.. baik. Dimana Vanila, kalian sedang tidak bersama? Bagaimana kabarnya?"

Sean menggeleng lalu duduk di sofa yang berada di rumah miliknya di Lisse, rumah yang Amanda dan Alicia tempati selama ini. "Dia sedang sibuk menggosip dengan kakak ipar dan ibunya."

Pria tua itu tertawa, "ayolah Sean wanita memang seperti itu."

Sean mengangguk dengan senyum tipisnya. "Jadi, ada apa Om sampai menghubungi saya? Bukannya Om Andre baru kembali ke Indonesia dan semua legalitas perusahaan Om di Amerika sudah saya selesaikan?"

"Ya, aku memang tidak pernah meragukan kemampuan mu menangani hukum Sean. Tapi ada hal yang jauh lebih penting untuk aku bicarakan pada mu saat ini."

Sean mengernyit mendengarkan dengan seksama penuturan dari seorang Andreas Hermawan. Ya, pria itu lah yang menelfonnya sekarang. Duda tanpa anak berusia 50 tahun yang hidup seorang diri sebagai salah seorang pengusaha garmen di Indonesia.

"Seperti yang kau katakan, aku baru baru kembali ke Indonesia dua hari lalu. Dan kemarin, aku memutuskan untuk menemui calon mertua mu."

Gandha maksudnya? Batin Sean tanpa membuka suara.

"Aku datang ke kantornya dan menemukan beberapa keganjilan. Pertama, saat aku memasuki ruangannya entah mengapa aku merasakan aura yang berbeda, pria tua itu juga memanggil nama keluarga ku bukan Andre seperti yang kalian lakukan selama ini. Kedua, kau tau.. dia bahkan menyebut dirinya tak memiliki istri dan berujar acuh mengenai keluarga nya. Ayolah Sean kita semua tau siapa calon mertua mu itu, dan apa yang aku lihat kemarin adalah suatu keanehan. Jadi aku memutuskan untuk mengujinya." Andreas berujar mantap di akhir.

"Menguji seperti apa maksud Om?" Tanya Sean bingung.

"Aku mengajaknya pergi ke club semalam."

- ☕️ -

"Kapan kamu boleh pulang sayang?" Tanya Naka menyuapi Alicia bubur yang dimasaknya tadi pagi.

Sudah dua hari ini ia berada di Lisse untuk menemani anak-anaknya. Kemarin juga ia sempat bertemu dengan Amanda, wanita yang merawat Alicia selama ini. Dan jujur saja, Naka menaruh besar curiga pada wanita yang Alicia panggil Mandy itu, entah karena apa.

"Lusa istri ku bisa pulang jika memungkinkan Mom," sahut Darren tiba-tiba.

"Kau sudah kembali, Ale?" Pasalnya tadi putra nya itu memutuskan untuk mengantar Vanila pulang ke rumah milik Sean yang selama ini Alicia tempati. Vanila nampak sangat lelah dan Sean juga belum kembali pagi ini. Tadinya Darren juga menawari Naka namun ditolak tegas oleh wanita paruh baya itu, ia masih sangat merindukan putrinya yang tengah disuapinya ini.

"Udah Al anterin pulang. Dibukain pintu sama pawangnya langsung malah." Sahut Darren acuh mengecup kening istrinya. Tadi saat pergi Alicia masih terlelap, jadilah Darren tidak sempat berpamitan pada ibu dari calon anaknya itu.

Alicia memukul lengan suaminya pelan, "kamu ini loh, pawang-pawang.. Ale bukan hewan ya."

Darren terkekeh konyol, "ya kan emang Bang Sean pawangnya Ale. Emang kita bisa ngediemin itu anak pas lagi ngambek, enggak kan? Kemarin aja waktu dia diusir Daddy yang bisa ngurusin cuma Bang Sean."

RISTRETTOWhere stories live. Discover now