Ristretto (16)

1.1K 120 4
                                    

Sean menganggukkan kepalanya singkat sebelum menggerakkan kakinya semakin memasuki ruang apartement bernuansa coral itu. Baru saja beberapa langkah, Sean dapat melihat seseorang yang meringkuk diatas sofa bed tepat di depan televisi yang menyala.

Dengan langkah perlahan namun pasti, Sean melangkahkan kakinya mendekati orang tersebut. Dan dirinya sukses dibuat terkejut dengan apa yang dilihatnya saat ini.

"What happen Lice?" Tanyanya berbisik.

Sean melangkah semakin maju, kali ini bahkan ia sudah berjongkok di hadapan gadis yang tak lain adalah saudari kekasihnya, Vanila. Gadis yang diketahui sempat menyimpan rasa pula padanya.

"Alice.." panggil Sean pelan membelai surai lembut rambut Alicia yang nampak berantakan perlahan. Oh Tuhan apa yang sebenarnya terjadi, batin Sean. Alicia adalah gadis yang ceria dan bersemangat pada siapapun, berbeda dengan Vanila yang lebih tenang dan banyak diam kecuali jika bersama orang terdekatnya. Dan melihat kondisi Alicia dengan baju berantakan, rambut kusut acak-acakan dan mata yang membengkak sembab menjadikan Sean merasa sedih. Bagaimanapun, dirinya menyayangi Alicia seperti adiknya sendiri.

"Alice," panggilnya sekali lagi sedikit kencang berusaha menarik gadis itu dari lamunan kosongnya.

"Arthur," panggil Sean mendongak menatap Arthur yang sudah berdiri tegak di belakang bed sofa milik Alicia.

"Ya Tuan."

"Bisa kau jelaskan?" Arthur mengangguk tanpa bertanya.

"Siang tadi saat anda meminta saya mencari posisi Nona Alicia, saya tidak menemukan apapun selain sinyal kosong. Tetapi saat saya datang kemari untuk mengecek kebutuhan anda selama di apartement saya justru dibuat terkejut saat salah seorang cleaning room mengetuk pintu unit seberang dengan gaduh. Menyadari bahwa anda bukanlah orang yang senang akan kegaduhan saya mencoba menegur wanita itu. Namun bukannya takut, gadis itu justru marah dan mengatakan bahwa pemilik unit ini sudah sehari semalam tak membuka pintu atau tampak keluar gedung. Dan hal itu menghambat kinerjanya.
Saya bertanya siapa pemilik unit ini karena setau saya unit ini kosong sejak awal anda memilih apartement di gedung ini. Gadis itu dengan bersungut menjawab bahwa pemilik unit ini adalah seorang model gila keturunan pengusaha terkenal Argandha Putra. Untuk itu saya bergegas mencari semua data kepemilikan unit ini dan meminta kunci duplikatnya dan yah.. saya menemukan Nona dengan kondisi seperti ini sejak tadi. Untuk itulah saya menghubungi anda." Jelas Arthur panjang yang di angguki Sean tanpa mengalihkan pandangannya dari wajah Alicia yang nampak pucat.

"Arthur, tolong batalkan semua jadwal meeting ku untuk besok dan pastikan Vanila tidak mengetahuinya. Aku mempunyai pekerjaan lain," ucap Sean yang kini sudah bangkit dari posisinya.

Arthur yang mengerti kebutuhan Tuannya pun mengangguk dan pamit undur diri untuk merubah semua jadwal Sean esok hari.
Mendapati personal assistent nya sudah tak nampak dibarengi suara 'bip pertanda pintu apartement kembali terkunci, Sean pun mendesah kasar meraih remote yang tergeletak diatas meja lalu beralih pada Alicia yang nampak tertidur pulas dan mengangkat gadis itu memasuki salah satu pintu berwarna coral yang Sean yakini merupakan kamar milik gadis itu.

- ☕️ -

"ALEIRA!!" Suara bentakan Gandha menggema diseluruh penjuru ruangan.

"Daddy bentak Ale?" Tanya Vanila tak percaya. Oke.. salahkan saja dirinya yang mencari keributan kecil tadi. Tapi bentakan dari ayah kandungnya bukanlah satu hal yang masuk dalam prediksi Vanila.

"Le duduk," kali ini Darren mencoba menengahi keributan yang menyita semua orang dimeja makan.

Vanila menoleh menatap Kakak nya tajam. "APA? Kakak juga mau Ale nurut dan diem aja? Kakak cowok bukan sih. Pokoknya Ale gak setuju."

Darren tak berkutik mendengar suara Vanila yang begitu keras. Ini bukan salah gadis itu karena Darren memahami dengan jelas bagaimana gadis itu saat tak menyukai sesuatu. Yang menjadi salah adalah waktu penyampaian dan caranya di meja makan ini.

"Aleira, Daddy tidak pernah mengajarkan kamu untuk bersikap tidak sopan seperti ini pada tamu." Peringat Gandha lebih keras namun tetap diacuhkan oleh Vanila.

"Ale juga tidak pernah diajarkan untuk bersikap munafik. Ale gak suka sama Carissa, dan gak ada alasan Ale bersikap pura-pura suka sama dia. Daddy kalo mau pilih menantu ya yang baik dong. Jangan modal tampang sama body doang. Kalo kaya gitu juga banyak jalang berkeliaran diluar sana yang mau." Kali ini semua orang mendelik. Apalagi Carissa yang merasa sangat tersinggung mendengar penuturan Vanila yang tak ada manisnya sedikit pun.

"Aleira jangan ucapan kamu!" Bentak Gandha.

Vanila berdecih, "baru calon aja udah bikin Daddy bentak-bentak Ale? Trus gimana kalo udah nikah sama Kak Al, Daddy mau usir Ale? Wah.."

"Le.."

"Pokoknya Ale gak setuju Kak Al sama cewek ini. Kalo kalian masih mau melanjutkan pertunangan ini silahkan, tapi jangan berharap kalian akan melihat Ale pulang setelahnya." Tegas Vanila memotong ucapan Naka.

Gadis itu bahkan sudah hilang dari radar semua orang, menaiki tangga dengan cepat memasuki kamarnya di lantai 2. Meninggalkan semua orang yang hanya bisa terdiam di tempatnya.

"Aku gak mau kehilangan anak ku lagi Mas," ucap Naka lirih. Membuat Gandha menatap istrinya nanar.

"Om.." panggil Carissa memecah keheningan.

"Rissa, boleh kamu pulang? Om dan Tante harus berbincang." Sahut Gandha yang diangguki kaku oleh Carissa.

"Kalo gitu Rissa pamit dulu, selamat malam semuanya." Baik Gandha, Naka maupun Alen hanya bisa menganggukkan kepalanya mendengarnya.

Aleira nya sedang murka. Gadis kecil kesayangan semua orang di rumah ini mengancam mereka semua.

"Al," panggil Gandha menatap putranya.

"Bagaimana keputusan mu?" Tanya Gandha.

- ☕️ -

"Kamu kenapa?" Tanya Sean panik sesaat setelah mengangkat telefon dan mendapati suara tangisan Vanila lah yang di dapati.

"Sayang jawab dong." Lanjut Sean.

"Daddy bentak aku tadi." Ucap Vanila pada akhirnya.

"Kok bisa? Kamu buat salah?"

Vanila menggeleng tanpa sadar lalu merutuki kebodohannya, "aku cuma bilang aku gak setuju sama calon tunangan Kak Al. Trus mereka marah."

Sean mengernyit di lain tempat. Perasaannya tadi terbukti adanya bahwa Vanila menolak perjodohan Kakak-nya itu. Tapi sejauh ini Sean pun tidak menemukan alasan yang tepat dari ketidaksukaan kekasihnya pada calon tunangan Darren itu. Dirinya bahkan belum sempat bertatap muka dengan wanita itu lantaran harus terburu datang ke apartement miliknya. Sungguh, ia belum mengerti keengganan Vanila pada wanita itu.

"Kamu denger aku ngomong gak sih?" Pekik Vanila menyadarkan lamunan Sean.

"Denger sayang astaga maaf.." sahut Sean.

"Yaudah kalo gitu, besok kamu harus udah kasih informasinya ke aku." Sahut Vanila membuat Sean mengernyit.

"Tunggu.. maksudnya informasi apa?" Tanya Sean bingung.

"Ya soal cewek kerdus itu." Balas Vanila yang membuat Sean hanya bisa memejamkan mata sembari memijat pangkal hidungnya pelan. Kepalanya semakin berdenyut nyeri. Tugasnya semakin bertambah dan kali ini Ratunya yang memberi tugas–— Sean tidak bisa menolak.

• ☕️ •

RISTRETTOWhere stories live. Discover now