Ristretto (27)

1.2K 126 7
                                    

Darren menahan nafasnya sesaat sebelum akhirnya memutuskan berbalik dan merengkuh tubuh istrinya. "Kamu darimana aja," frustasi pria itu.

Akhirnya ia bisa bernafas lega setelah sejak 3 jam lamanya ia tak bisa menghubungi istrinya dengan isi kepala yang terus bertanya kemana pria yang dipanggilnya Daddy itu membawa Alicia. Apalagi mengingat betapa kasarnya cara Gandha menyeret istrinya berhasil menyulut amarah Darren.

Alicia tersenyum tipis tanpa menyembunyikan kekacauannya. Wanita mana yang tak merasa kacau saat keadaan memaksanya berpisah dari suaminya sendiri.

"Are you okay?" Tanya Darren menatap penuh wajah istrinya. Tidak, Alicia tidak baik-baik saja dan Darren bisa melihatnya.

"I'm not," jawab gadis itu jujur. Ia bahkan sudah menjatuhkan dirinya memeluk tubuh pria yang menjadi suaminya itu erat.

Darren membalas memeluk istrinya, meletakkan dagunya diatas puncak kepala Alicia dan menciumi nya beberapa kali. "Aku tidur sini ya?" Dan Darren mengangguk setelahnya.

Pria itu merenggangkan belitan tangannya pada tubuh Alicia dan menatapnya lembut, "kamu mandi ya? Biar aku siapin baju nanti. Setelah itu kita istirahat." Alicia mengangguk menurut lalu berjalan menuju kamar mandi setelah sempat memeluk tubuh Darren sesaat untuk kedua kalinya.

Darren terdiam menatap tubuh istrinya yang berjalan gontai. Binar dimata cokelat kesukaannya itu meredup, dan ia tak tau alasannya meski ia bisa menebak pelaku utamanya. Memijit pelipisnya perlahan, untung saja sore tadi saat ia sampai rumah ia mendapati Mommy nya yang sudah rapi dan bersiap pergi. Mommy nya itu bahkan sudah lelah dengan sikap sang Daddy sampai-sampai ia memutuskan untuk pergi sejenak ke rumah Oma Opa nya untuk waktu yang tak bisa ditentukan.

Darren memejamkan matanya sesaat sebelum akhirnya ia melangkah keluar kamar menuju kamar istrinya yang berada tepat di sampingnya. Ia akan menyiapkan pakaian untuk istrinya dan mengatakan mengenai ibunya nanti. Dan lagi.. ia harus bertanya mengenai apa yang Gandha lakukan padanya.

- ☕️ -

Alicia keluar dari kamar mandi hanya dengan menggunakan bathrobe yang menutup sampai setengah pahanya. Ia bahkan mengernyitkan keningnya saat tak mendapati tanda-tanda keberadaan suaminya meski saat ini ia sudah berada di tepi tempat tidur dan menemukan satu set pakaian tidur miliknya. Kemana pria itu, pikirnya.

Alicia baru saja akan berbalik ke kamar mandi untuk mengganti pakaiannya namun suara pintu yang terbuka membuatnya menoleh cepat dan tersenyum tipis saat menemukan sang suami disana dengan nampan berisi makan dan dua gelas susu hangat.

"Wah.. ada yang sedang berusaha menggoda ku?"

Alicia mendengus melihatnya. Tatapan jenaka dan alis yang digerakkan Darren naik turun bukanlah hal yang ia sukai. Karena setelahnya ia tau bahwa dirinya takkan berkutik dengan segala perkataan menyebalkan dari bibir pria itu. "Aku hanya mengambil pakaian ku sampe akhirnya kamu masuk."

Darren mendesah kecewa sembari meletakkan nampan yang tadi dibawanya di atas nakas, "ah.. harusnya kamu tidak perlu menggunakan pakaian saja."

Alicia mendelik sementara Darren tertawa melihatnya. Alicia sempat tertegun, hal ini mungkin tidak akan lagi ia dapatkan.

"Sampai pertunangan itu selesai dan setelahnya kau tau apa yang harus kau lakukan."

Suara tegas milik Gandha kembali berdengung ditelinganya. Sampai pertunangan itu–— artinya hari 3 oh tidak.. lebih tepatnya 2 hari lagi, karena tepat di hari ke-3 pertunangan itu akan dilaksanakan.

"Sayang?" Panggil Darren lembut mengguncangkan bahu Alicia membuat wanita itu mengerjap perlahan dan mendapati wajah Darren yang hanya berjarak beberapa centi darinya.

"Kau baik-baik saja?" Alicia mengangguk.

"Kau melamun?" Alicia tersenyum tipis lalu meraih tangan Darren yang masih setia berada di bahunya, membawa tangan kekar itu untuk dikecup olehnya.

Alicia terkekeh melihat reaksi dari suaminya. Pria itu menegang sesaat sebelum akhirnya semburat merah menghiasi pipinya. "Aku tidak tau bahwa mencium punggung tangan suami ku akan menimbulkan blush on berlebih di wajahnya."

Darren menundukkan wajahnya malu mendengar godaan istrinya. Sialan, kemana harga dirinya sebagai seorang lelaki. Oh Tuhan.. wanita itu hanya mencium punggung tangannya, hal yang wajar dilakukan oleh seorang istri namun reaksinya sungguh memalukan. Lantas bagaimana jika wanita itu mencium—–

Darren membulatkan matanya dan mendongak cepat. Pria itu bahkan sempat menggelengkan kepalanya berulang yang sukses menimbulkan gelak tawa dari wanita yang berdiri di hadapannya. Tidak.. tidak, ia pasti hanya mimpi. Tidak mungkin jika Alicia baru saja mengecup bibirnya. Oh tidak.. baru memikirkannya saja wajah pria itu sudah kembali memerah tapi tadi–— tadi itu terasa nyata. Darren bahkan masih bisa merasakan bibir mungil istrinya itu.

Sedangkan Alicia hanya bisa tertawa geli melihat suaminya, "ah aku kecewa.. apakah ciuman ku seburuk itu sampai suami ku sendiri tak membalasnya?" Ucapnya dengan nada yang dibuat-buat.

Mendengar hal itu, Darren dengan cepat menggeleng. "Pemikiran bodoh apa itu hah?"

Alicia mengulum senyum nya tertahan, ia tak menyangka menggoda Darren akan semenyenangkan ini. Perlahan wanita itu mendongak dengan menampilkan sorot terlukanya. "Tapi aku tak mendapatkan balasan dari mu."

Darren mengacak rambutnya kasar saat mendapati mata indah itu nampak berkaca-kaca. Oh ayolah.. ia saja masih belum bisa bernafas dengan benar meski wanita itu sudah tak menciumnya, lalu bagaimana ia bisa membalasnya jika ia saja belum tersadar dan bernafas sepenuhnya.

Darren menatap wajah istrinya lembut, "kau tidak tau apa yang kau lakukan tadi sayang."

Alicia menggeleng, "kau tak menyukainya."

Darren menggeram, "hanya pria bodoh yang tak menyukai saat dirinya mendapatkan kecupan dari wanita yang dicintai. Yah meski hanya kecupan."

"Apa tadi aku salah?" Tanya Alicia memasang wajah polosnya membuat Darren tiba-tiba menyeringai.

"Ya kau salah sayang. Harusnya bukan seperti itu jika kau ingin mencium ku?"

"Lalu?"

"Seperti ini—–" ucap Darren yang tiba-tiba mencium bibir istrinya itu lembut. Mencecap rasa manis dari bibir yang tak terpoleskan apapun. Melumat pelan bibir bawah istrinya menjadikan Alicia mengerang tertahan.

"Buka mulutnya," bisiknya serak saat lidahnya berusaha masuk namun wanita itu enggan memberikan akses. Seolah mengerti Alicia pun mengangguk dan membuka mulutnya.

"Aahh.." desahan itu lolos begitu saja saat Darren menggerakan lidahnya masuk dan menggelitik di dalam. Belum lagi pergerakan tangan pria itu yang meremas lembut dadanya membuat Alicia tak kuasa menahan desahannya lolos.

Darren melepaskan tautan bibir mereka tiba-tiba dengan mata yang menggelap, mengakibatkan Alicia harus mendesah kecewa. "Kau tau apa yang akan terjadi jika kita tak segera menyudahinya sweetheart. Jadi berikan keputusan mu saat ini juga, sebab jika aku sudah memulai akan sulit bagi ku menghentikannya."

Alicia memejamkan matanya sesaat. Ini saatnya, ya.. ini adalah saatnya. Toh ia juga menginginkannya dan ia tak ingin munafik lalu menolaknya. Alicia membuka matanya dan mendapati sorot gelap penuh gairah dan damba itu menatapnya. "Lakukan, jadikan aku istri mu sepenuhnya kak." Bisiknya membuat Darren tak memberikan waktu bagi wanita itu untuk bernafas.

Malam ini, ia akah habiskan bersama suaminya. Dan Alicia akan menyimpan itu semua untuk selamanya.

• ☕️ •

RISTRETTOWhere stories live. Discover now