Ristretto (14)

1.1K 96 1
                                    

Sean hanya bisa memijat pangkal hidungnya saat merasakan pusing yang teramat sangat. Apalagi drama yang tengah terjadi pada keluarga kekasihnya. Bukan kah keluarga besar itu tengah mempersiapkan sebuah acara megah untuk merayakan pesta pertunangan Darren dan Alicia satu minggu ke depan.. lalu apalagi ini?

"Sean maaf kami mengganggu mu." Ucap Gandha tak enak membuat Sean mengangguk dengan senyum tipisnya.

"It's okey Uncle. Ada yang bisa Sean bantu?" Sahut Sean dengan kening mengernyit saat mendapati kedua ayah dan anak yang nampak saling melempar tatapan satu sama lain.

"Bisakah aku mempercayaimu?" Tanya Gandha pelan.

"Jika tak mempercayaiku, Uncle tidak akan memanggil ku bukan?" Gandha mengangguk menyetujui ucapan Sean. Benar, ia takkan mengundang kekasih putrinya itu untuk masuk ke dalam ruang kerjanya jika dirinya tak mempercayai Sean.

"Duduklah, akan ku jelaskan semuanya." Sean mengangguk dan duduk tepat di samping Darren yang nampak frustasi.

"Everything good?" Bisik Sean yang diberi gelengan Darren.

"Sean––– eum.. bisakah Uncle meminta mu untuk merahasiakan ini dari Ale dan juga Aunty-mu?"

"Sure, jika memang itu yang harus ku lakukan. Katakan Uncle." Desak Sean. Sungguh ia tak mengerti apa yang terjadi namun ia pun tak bisa menutupi rasa keingintahuannya begitu kuat dan mendalam akan apa yang terjadi sebenarnya.

"Alicia––– anak itu pergi dari rumah sejak lusa kemarin dan Uncle sama sekali tidak bisa menghubunginya." Singkat Gandha lesu.

"Maksudnya?" Tanya Sean terkejut. Ia bahkan sudah menegakkan tubuhnya menatap pria paruh baya di hadapannya ini dengan tajam.

"Lusa malam kemarin, saat Uncle dan Aunty mu berada di Malaysia. Alicia menghubungi Uncle subuh-subuh dan berkata bahwa ia memiliki pemotretan mendadak ke Thailand selama beberapa hari. Awalnya Uncle percaya. Yah kau tau sendiri bagaimana Mika–– asisstennya itu sering melupakan jadwal pemotretan. Tapi nyatanya, bahkan sampai siang pun saat Uncle sudah mendarat di Jakarta anak itu tidak sedikitpun memberi kabar. Uncle berusaha menghubunginya berkali-kali tapi gagal. Sampai akhirnya Uncle menelfon Mika dan bertanya mengenai Alice–– jawabannya sungguh mengejutkan. Alicia tidak memiliki jadwal apapun satu minggu kedepan lantaran permintaan Aleira. Sean, bisakah kau membantu ku dan Al? Kau tau, kami berdua adalah pria payah dan tolol saat sedang panik seperti saat ini. Bisa bantu kami mencari dimana Alice?" Sean terdiam beberapa saat mencerna semua penjelasan Gandha sebelum akhirnya mengangguk dan membuat kedua pria lain yang ada di ruangan itu bisa sedikit menghembuskan nafasnya lega.

Sean tersentak saat merasakan seseorang berusaha masuk dalam pelukannya. "Kamu melamun?"

Sean menunduk dan tersenyum tipis sebelum akhirnya membuka tangan dan mempersilahkan Vanila masuk ke dalam pelukannya, memeluk gadis itu erat setelah berhasil mencuri kecup di bibir manisnya. "Apa aku seperti itu?"

Sean terkekeh gemas saat melihat Vanila mengangguk dengan polosnya. "Oh sayang.. jangan bersikap seperti itu jika kau tak ingin aku memakan mu saat ini juga."

Bukannya merasa takut, Vanila justru terkekeh saat Sean memajukan wajahnya dan menggigit puncak hidungnya gemas. "Apa hidung ku ini masih kurang pesek, huh?"

Sean terkekeh melihat ekspresi gadisnya yang lucu saat berpura-pura kesal seperti itu. "Aunty Naka juga pesek, tapi tetap cantik. Seperti nya kamu juga bisa seperti itu." Goda Sean membuat Vanila mendelik menatapnya.

"Jadi.. apa yang sedang kekasih ku ini fikirkan, hmm?" Tanya Vanila manja semakin mengeratkan pelukannya dan menyembunyikan wajahnya di balik dada bidang berbalut kaos milik Sean. Menghirup aroma kayu manis dan musk khas milik kekasihnya yang menenangkan.

Sean membalas dengan semakin mengeratkan pelukannya. "Aku hanya berfikir, apa gadis ku ini bisa tidur nyenyak jika tidak ada aku nanti. Hmm?"

Sean meringis saat mendapatkan pukulan di dadanya, "Sean.." rengek Vanila membuat Sean terkekeh gemas.

Sudah selama 3 tahun mereka berpacaran, 5 tahun pula Vanila pindah dari mansion milik keluarga Crovpelt ke salah satu apartemen di kota Amsterdam dan selama 3 tahun itu pula Sean lebih sering menghabiskan waktunya untuk tertidur disamping Vanila. Menemani gadis itu yang sering bermimpi buruk mengenai masa kecilnya, dan juga Sean tak mau menampik bahwa tidur dengan memeluk Vanila adalah pilihan tepat untuknya melepaskan penat dan tertidur dengan nyenyak. Jika kalian berfikir mereka sudah melakukan hal-hal melebihi batas layaknya remaja Eropa pada umumnya, maka kalian salah. Meski hidup di Eropa Barat dan sering berbagi ranjang yang sama, tetapi baik Sean maupun Vanila masih menjaga hubungan mereka untuk tidak melebihi batas. Yah.. setidaknya tidak sampai keblablasan. Jika hanya sekedar bermain atau mengecup di beberapa tempat, jelas mereka sudah sering melakukannya.

"Apa kamu yakin gak mau nginep disini aja?" Tanya Vanila mendongakkan wajahnya menatap Sean membuat pria itu terkekeh geli.

"Tuh kan, belum apa-apa kamu udah kangen," goda Sean. Pasalnya bukan rahasia umum lagi jika Vanila bersikap sangat manja padanya. Sedari kecil, meski memiliki orang tua utuh dan juga kedua orang tua Sean sebagai orang tuanya juga–– tetapi Vanila lebih banyak menghabiskan waktunya diurus dan ditemani oleh Sean. Jadilah, dirinya bersikap sangat manja jika bersama pria itu. Hal yang terkadang membuat Darren mencibir dan bergidik ngeri melihat sikap menjijikan Adiknya.

"Seaan.." rengek Vanila menggembungkan pipinya membuat Sean tak tahan untuk tidak mengecup bibir pink itu.

"Jangan terus menggoda ku Sayang." Sahut Sean setelah melepaskan kecupannya.

"Sudahlah, ayo kita bersiap. Sebentar lagi tunangan Alen akan datang." Sambungnya.

"Calon Sean," protes Vanila tak terima membuat Sean mengernyit.

"Eh, ada apa dengan dirimu?" Tanya Sean heran saat menyadari ada ketidaksukaan dari Vanila.

"Entahlah, aku merasa bahwa akan lebih baik jika Kak Al bersama dengan Alice saja." Sean terdiam di tempatnya.

"Maksud mu?"

Vanila melepaskan pelukannya dan kini duduk bersila menghadap Sean serius, "aku merasa jika Kak Al dan Alice memang ditakdirkan untuk bersama. Sejak awal Daddy mengatakan mereka akan bertunangan, aku merasa bahwa itu bukanlah sesuatu yang baik.
Sean.. bukankah kata mu meski kita memiliki pasangan yang sangat mengenal kita sekalipun, tidak ada jaminan bahwa kita akan terbebas dari masalah dan perselisihan? Lalu bagaimana dengan mereka. Dengar, aku tau kedua orang tua ku pasti memilihkan yang terbaik menurut mereka. Tapi apa yang menurut mereka terbaik belum tentu menjadi yang terbaik menurut Kak Al dan Alice. Kamu faham maksud ku kan?" Sean hanya bisa mengangguk kaku.

"Lalu jika memang benar itu semua, apa yang akan kedua orang tua mu lakukan? Kalian–– apa pernah terfikir kesana?" Tanya Sean pelan enggan menyinggung perasaan gadisnya.

Sean benar. Apa yang akan terjadi jika Al dan Alice berakhir bersama? Batin Vanila.

• ☕️ •

RISTRETTOWhere stories live. Discover now