Ristretto (31)

1.2K 133 9
                                    

"Sean hentikan!"

Sean menurut. Pria itu menendang Zidan yang sudah tak sadarkan diri secara kasar lalu menatap Darren yang berdiri disampingnya dengan nafas terengah. "Ada apa?"

"Istri ku, Alicia menghilang."

Sean tersenyum miring. "Benarkah?"

"Kalo begitu tanyakan saja pada Ayah mu. Sebab Alicia tidak akan pergi jika bukan karena ulah calon mertua ku yang bodoh itu."

Darren mematung ditempatnya. Apa tadi? Tanyakan pada Ayahnya?

Sean tersenyum miring lalu memilih beranjak setelah memastikan Zidan, Clarissa dan Brata juga ikut dibawa oleh anak buahnya.

"Percaya lah, Alicia akan baik-baik saja. Tapi jangan berharap bisa bertemu dengannya jika Ayah mu itu masih dengan seenaknya menyakitinya."

"Oh satu lagi," ucap Sean mengurungkan niatnya untuk beranjak.

Sean memiringkan tubuhnya di depan Darren dan memandangan Gandha yang membeku dengan Naka yang menangis terisak disampingnya bersama Aira. "Saya rasa setelah semuanya jelas Om bisa tenang hidup dengan perusahaan Om. Saya telah kembalikan semua seperti semula dan menuntaskan masalah bahkan saya berani jamin bahwa RG Enterprise akan berjalan dengan jauh lebih baik setelahnya. Tetapi tentu saja itu semua tidak gratis. ... Setelah hari ini, saya harap Om tidak menyesal. Sebab bukan hanya seorang— tapi Om sudah memutuskan untuk menyisihkan dua putri kebanggaan Om dengan tangan Om sendiri. Dan saya harap tidak akan ada orang-orang yang mencari kekasih dan adik saya sebab semakin kalian mencari semakin saya pastikan kalian tidak akan bisa bertemu dengan mereka."

Sean berbalik kembali menghadap Darren yang nampak mengacak rambutnya frustasi. "Percaya saja kalo Alicia bakal baik-baik aja." Dan Sean memutuskan berlalu begitu saja setelah meninggalkan kekacauan di pesta pertunangan keluarga Argandha. Mengabaikan Darren yang nampak frustasi dan bahkan melempar gelas yang sempat dibawa pelayan keras, Gandha yang membeku tak berkutik, serta Naka yang sudah jatuh tak sadarkan diri di pangkuan Mamanya, Naura.

Darren menoleh dan menatap Gandha tajam. Harus pria itu akui ia terluka, bahkan nyawa nya pergi entah kemana saat ini. Dan ini semua karena ulah pria paruh baya yang masih tak bergerak itu. Pria tampan yang selalu ia banggakan dulu bahkan sampai minggu kemarin pun sama, namun kini tiba-tiba berubah layaknya monster yang tak punya hati. Pria itu, ayahnya sendiri.

"Like I said before Dad, i'll hates you if you did something that will hurt my sister." Gumam Darren namun dapat dengan jelas di tangkap oleh Gandha. Bahkan sampai akhirnya Darren pergi meninggalkannya yang masih berdiri didampingi Max dan Romeo, Gandha tak bisa melakukan apapun selain meneteskan air matanya dalam diam.

- ☕️ -

"Cari Alicia kemana pun tempatnya," tegas Darren menutup panggilannya.

Ia baru saja menghubungi Bayu, personal assitent sekaligus orang kepercayaannya. Sudah berlalu satu malam sejak kejadian pertunangan semalam dan Darren belum bisa menemukan Alicia. Ia bahkan lupa kapan terakhir mengisi perut atau sekedar memejamkan mata. Yang ia butuhkan saat ini adalah Alicia, istrinya.

Kamar apartement nya bahkan sudah tak berbentuk lagi setelah semalam ia mengamuk dan menghancurkan semua perabotannya. Yang ia butuhkan lagi lagi adalah Alicia. Ia ingin wanita itu kembali.

Semua cara ia lakukan. Ia bahkan menyewa seorang hacker untuk memastikan kepergian wanitanya dan berusaha membobol informasi milik Sean namun tak berhasil. Yah.. sejauh ini tidak ada yang patut dicurigai selain kekasih dari adiknya itu. Mengingat semua gerak geriknya dan ucapannya Sean padanya tadi malam, Darren tau pria itu cukup andil bagian.

"Kamu dimana?" Lirih Darren yang sudah terjatuh di kaki ranjang. Tenaganya sudah benar-benar hilang. Ia bahkan sudah tak bisa membendung air matanya sejak semalam.

Darren memejamkan matanya, membiarkan kenangan dan semua suara Alicia kembali bergema di telinganya.

"Mas.." Darren berdehem sebagai jawaban tanpa membuka matanya.

Pria itu tengah mengistirahatkan tubuh dan mengatur nafasnya setelah menyelesaikan kegiatan olahraga bersama istrinya.

"Mahal kita," bisik Alicia lirih namun sukses membuat Darren membuka mata.

"Apa? Ulang sayang," sahut Darren bangkit dari posisinya dan terduduk menatap intens Alicia yang tengah menyembunyikan wajahnya di balik selimut.

"Mahal kita," bisik Alicia pelan membuat Darren tersenyum lebar dan menjatuhkan dirinya memeluk wanita yang sudah berstatus menjadi istrinya itu, memberikan kecupan di seluruh wajah Alicia tanpa mempedulikan rengekan geli dari wanitanya.

Darren tak bisa lagi mencegah air matanya yang sudah bertindak dengan sendirinya. Membimbing perasaannya berjalan dengan sebagaimana mestinya. Ia tak peduli meski dunia menentang dan mengejeknya lemah, toh memang Darren akan lemah tanpa Alicia. Dirinya akan mati jika jiwa nya itu pergi.

Yang selama ini ia tau, seorang pria tidak akan pernah menangisi seseorang jika orang tersebut tak memiliki arti penting dalam hidupnya. Sebab menangis bukanlah suatu kesalahan, menangis adalah upaya meluapkan perasaan yang tak bisa diutarakan melalui kata-kata. Dan Darren tak pernah menyesal menangisi kepergian istrinya.

Demi Tuhan. Alicia masih hidup, tapi kenapa ia tak bisa bersama dengan istrinya. Apa yang sebenarnya Gandha lakukan pada istrinya itu.

"Alice belum tersentuh."

"Eh.. what, tunggu—" Sean yang semula sibuk menatap ponsel memilih untuk mematikan ponselnya dan menatap penuh selidik pada pria yang duduk di sampingnya.

"Tunggu.. apa? Gimana maksudnya sama belum tersentuh." Tanya Sean meminta penjelasan.

"She's virgin, I got that first."

Sean membuka mulutnya tak percaya. Bukannya— "I swear, waktu itu Alice sendiri yang bilang dia udah—"

"But not. Karena faktanya Alen sendiri yang ambil itu semua semalem, that's why now I come."

Sean masih bungkam. Ia sibuk mencerna apa yang terjadi, namun ia bersumpah jika ia tak berbohong. Hari itu saat pertama kali ia menemukan Alicia di apartement depan miliknya dan menunggu sampai adiknya itu tersadar, Alicia mengatakannya. Wanita itu mengatakan dengan penuh air mata bahwa kehormatannya telah direnggut oleh si bajingan Zidan yang mabuk dan pria itu mengeluarkan benihnya di dalam.

'Alice— Alice takut hamil Bang hiks.. Alice takut karena Zidan keluarin semuanya di dalem. Alice baru selesai mens minggu kemarin.'

Iya, Sean mengingat semuanya dengan jelas. Itulah mengapa ia bersikap cepat dengan mengambil keputusan untuk menikahi adiknya itu tanpa memikirkan hal yang lain. Sebab yang ia tau adalah proses pembentukan zigot membutuhkan waktu setidaknya 2 minggu, dan Sean tak ingin mengambil resiko sampai mengorbankan harga diri adiknya.

"Abang gak ngerti, tapi abang inget Alice sendiri bilang gitu." Sahut Sean memijat pelipisnya.

Darren mengendikkan bahunya acuh. Ia tak peduli, toh pada akhirnya ia bersyukur karena bisa menikmati hal tersebut pertama kali dan dengan cara yang benar bersama istrinya. Hanya saja, banyak pertanyaan yang masih muncul dikepalanya. Oleh sebab itu ia memutuskan untuk menemui Sean dan menceritakan segalanya.

☕️

RISTRETTOOù les histoires vivent. Découvrez maintenant