Ristretto (09)

1.1K 108 5
                                    

"Morning," sapa suara lembut itu memasuki ruang kerja milik Darren, membuat pria itu harus mengalihkan sejenak konsentrasinya dari layar laptop miliknya.

"Carissa," gumamnya saat mendapati wanita itu tengah berjalan menghampirinya dengan senyum yang merekah ditambah sebuah paperbag di tangan kanannya.

"Apa yang kau lakukan Babe?" Tanya Darren bertepatan dengan Carissa yang sudah meletakkan clutch miliknya di sofa dan paperbag yang sempat dibawanya diatas meja. Carissa berjalan mendekati Darren dan mendudukkan dirinya tepat diatas pangkuan pria itu yang hanya bisa membulatkan matanya mendapati dirinya diperlakukan seperti itu. Darren berdecih dalam hati menertawakan dirinya sendiri yang merasa begitu insecure dalam hati dengan keintiman yang wanita itu tawarkan.

"Aku hanya mengunjungi tunangan ku Sayang," ujarnya menatap nakal Darren dan sengaja memainkan tangannya membentuk pola abstrak di dada pria itu.

Darren meraih tangan Carissa dan menyingkirkan perlahan dari tubuhnya. "Jangan bersikap seperti ini," tegurnya namun diacuhkan oleh Carissa.

"Kenapa? Bukannya kamu itu tunangan ku?" Sahutnya memberikan kecupan singkat pada rahang pria itu.

Darren berdecak dalam hati. Pertemuan makan siang kemarin membawanya pada hal yang membuatnya merasa tak nyaman seperti saat ini.

"Cause I know that is you Ren, so I'll take it. Karena aku tau kamu gak akan melakukan hal yang sama seperti Gavin, Sayang." Ucap Carissa yang meski lembut Darren bisa menyadari adanya penekanan disetiap katanya.

"Kalian bahkan sudah saling melontarkan panggilan mesra seperti itu? Lalu kenapa tidak menyetujui saja. Toh Alicia juga sudah menyetujui perjodohannya dengan Zidan, jadi kalian bisa melaksanakan pestanya bersamaan nanti." Darren terhenyak mendengar penuturan Naka. Ia bahkan sudah menatap gadis yang duduk di sampingnya tajam.

"Benar?" Tanya Darren mencengkram pergelangan tangan Alicia kuat membuat gadis itu meringis sakit.

"Sakit Kak," lirihnya membuat Darren melepaskan cekalannya.

"Jawab Kakak Lice, apa yang dibilang Mommy tadi benar?" Alicia mengangguk perlahan.

"Tapi kenapa?" Sentak Darren tanpa sadar. Tentu saja hal tersebut mengejutkan semua orang yang ada di meja tersebut, apalagi Darren tadi sempat menggebrak meja begitu keras membuat semua orang tak bisa lepas memandangnya bahkan para pengunjung lain.

"Kak.." cicit Alicia pelan berusaha meraih tangan Darren yang ditepis kasar olehnya.

"Fine kalo kamu nolak Kakak. Tapi dengan persetujuan nerima perjodohan sama Zidan––– Lice, ini sakit." Lirih Darren di akhir. Gandha dan Naka bahkan tersentak melihat mata putranya yang berkaca-kaca.

"Al.." tegur Gandha yang sama sekali tak di dengar putranya.

"You know I love you, so much. And what you've done? Kamu tau ini akan nyakitin Kakak? Bahkan saat kamu mengambil keputusan apa sedikit pun bayangan Kakak gak terlintas di otak kamu saat itu? Apapun yang kamu minta Kakak lakukan, Kakak kira itu akan merubah pandangan dan perasaan kamu, tapi––– Kakak salah." Darren tak bisa lagi berkata-kata. Ia tak menyangka, gadis manis di hadapannya ini begitu mudah mempermainkan hatinya.

Tadinya, Darren sempat berfikir bahwa dirinya memiliki celah itu setipis apapun mengingat semalam adiknya itu datang menghampirinya ke apartemen. Namun nyatanya Darren salah, gadis itu bahkan tak mempedulikan perasaannya dengan menerima pria yang baru dikenalnya begitu saja.

"Al, stop it. Katakan ke kami apa yang sebenarnya terjadi?" Itu suara Naka yang gemas melihat pemandangan di hadapannya dengan dirinya yang tak mengerti apapun.

RISTRETTOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang