Ristretto (33)

1.3K 131 6
                                    

"Apa ini?" Gumam wanita berusia 40 tahunan itu mengernyit heran.

"Hasil penjualan hari ini Mandy, apa lagi?" Sahut wanita cantik yang memiliki usia setengah darinya.

Wanita yang dipanggil Mandy itu tersenyum lembut, "kau tak harus melakukan ini Nak. Bukannya sudah ku katakan supaya kalian beristirahat saja."

Wanita itu mencebik, "ayolah Mandy. Ini bukan hal yang berat. Aku bisa melakukannya sambil duduk dan meminta bantuan yang lainnya untuk mengambilkan semua yang aku butuhkan. Kau tau, aku sudah seperti bos hihi." Kekehnya di akhir membuat Mandy menggelengkan kepalanya pelan.

"Bukannya kau memang bos disini, hm?"

Wanita cantik itu menggeleng, "tidak.. tidak. Kau bosnya Mandy, aku hanya senang menganggu mu bekerja."

"Yaya.. terserah kau saja." Balas Mandy.

"Apa kau sudah makan?" Wanita cantik itu menggeleng sambil mengusap perutnya yang membuncit lembut.

"Kami tidak lapar grandma."

Mandy mendelik, "kau ini. Cepat makan, kalian membutuhkan nutrisi yang cukup Lice."

"Baiklah, baiklah.. aku akan pergi makan sekarang," sahut nya.

"Ya, dan pastikan kau pergi tidak terlalu jauh Alicia." Dan wanita itu hanya terkekeh menyetujuinya.

Alicia, wanita itu hanya tersenyum menanggapi peringatan dari Mandy. Wanita paruh baya yang merawatnya selama beberapa bulan terakhir ini. Wanita yang memperlakukannya lembut sama seperti Mommy nya.

Mandy adalah wanita yang cantik diusia nya yang tak lagi muda. Belum terlalu tua sebenarnya dan Alicia bisa perkirakan Mommy nya berusia lebih dari Mandy. Entah mengapa saat pertama ia bertemu dengan Mandy, Alicia merasa hidupnya akan lebih tenang. Apalagi yang selama ini Alicia ketahui bahwa Mandy hidup seorang diri, oleh sebab itu tekadnya menemani wanita itu kian membara.

Alicia berjalan keluar dari toko bunga dengan senyum lebarnya. Lisse adalah kota yang indah. Meski tak terlalu besar, namun kota yang memiliki populasi sekitar 22.000 jiwa ini sangat menenangkan dengan puluhan jenis bunga terutama tulip yang menghampar luas menenangkan mata. Dan berada diantara puluhan ribu populasi itu saat ini membuat Alicia tak hentinya menebar senyum. Lisse adalah kota yang tepat untuk menenangkan diri.

"Lice.." pekik seorang gadis memanggilnya, membuat Alicia harus membatalkan langkahnya menuju cafe yang berada di ujung jalan dan menggelengkan kepalanya.

"Kau kembali lagi?"

Gadis itu tak menjawab, hanya mengangguk sambil membungkukkan tubuhnya sejajar dengan perut Alicia yang membuncit. "Hi boy.. your ice cream aunty back."

Alicia berdecih, selalu saja seperti ini. "Le, kau mengabaikan ku."

Vanila terkekeh lalu menegakkan tubuhnya menatap Alicia yang tengah kesal padanya, "halo sista."

Alicia berdecak, "kau belum menjawab pertanyaan ku bodoh."

Vanila mendelik, "oh Tuhan.. jahat sekali kau mengatai ku bodoh."

Alicia hanya bisa menggelengkan kepalanya, adiknya ini memang penuh drama. "Terserahlah."

Vanila terkekeh mendengarnya, ia lalu bergerak meneliti penampilan Alicia yang nampak rapi. Eum.. tidak juga, hanya saja Alicia saat ini tengah mengenakan mantelnya yang menandakan wanita itu akan pergi keluar.

"Kau mau kemana?"

"Makan. Ku rasa si kecil ini sudah kelaparan," Vanila mengangguk lalu merangkul pundak Alicia.

RISTRETTOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang