Ristretto (29)

1K 109 9
                                    

"Dimana Mommy?"

Alicia bertanya tepat setelah memasuki kamar milik suaminya. Sudah dua hari ini wanita cantik itu tak terlihat. Dan baru siang tadi saat ia akan pergi bersama Darren menuju hall tempat dilangsungkannya pertunangan besok malam, Alicia menyadari bahwa ibunya tak nampak sama sekali.

"Dari kemarin di rumah Oma."

Darren meletakkan boomber nya lalu mendekap Alicia dan mengecupi wajah istrinya. Terhitung sudah dua hari, ia dan Alicia benar-benar tak bisa dipisahkan. Beruntungnya lagi, Gandha saat ini pergi entah kemana. Jadi tinggallah mereka berdua bersama para penjaga rumah.

"Lepas ish.." rengek Alicia yang tak diindahkan Darren.

"Kangen.."

Alicia mendelik. Apanya yang kangen? Mereka saja menghabiskan waktu seharian ini bersama di luar.

"Ngaco. Mandi dulu Mas.."

Darren tersenyum melonggarkan dekapannya, "manggil apa tadi?"

"Hah?"

"Ck, kamu manggil aku apa tadi sayang?"

Alicia bersemu merah mengingatnya. "Jawab dong."

"Mas," cicit wanita itu pelan membuat Darren kembali menghujaninya dengan kecupan-kecupan kecil.

"Aku seneng denger kamu manggil aku gitu." Ucap Darren tulus.

Mau bagaimana pun, Darren tetap mengagumi kedua orang tuanya. Dan melihat Naka yang selalu memanggil suaminya dengan sebutan Mas membuat Darren selalu bermimpi untuk melakukan hal yang sama dalam rumah tangganya kelak.

"Mas mandi."

Darren tersentak namun mengangguk. Ia akan menuruti setiap perkataan istrinya. Pria itu beranjak sembari membawa pakaian kotornya ke kamar mandi setelah mengecup bibir Alicia singkat.

Alicia tersenyum melihat Darren, ia sadar degup tak normal yang membuatnya merasa nyaman. Namun dibalik itu semua juga terselip sesak yang tak bisa dijelaskan. Alicia mengedarkan matanya meneliti seluruh penjuru ruang kamar suaminya dan tersenyum tipis, disini.. ia bersumpah untuk memasrahkan dirinya pada Darren. Menjadikan wanita itu milik Darren seutuhnya, dan berharap apa yang sudah direncanakannya akan berjalan sesuai rencana.

Hanya malam ini sampai esok, karena setelahnya— Alicia akan menepati janjinya.

- ☕️ -

Waktu berjalan begitu cepat dan Alicia tak bisa menyembunyikan kegugupannya. Malam ini, malam yang akan menentukan hidupnya setelah ini. Dengan balutan gaun berwarna peach, Alicia yang ditemani Vanila akan memasuki ballroom tempat pertunangan dirinya dan Darren dilaksanakan.

"Siap?"

Alicia mengangguk canggung. Bohong, ia bahkan berharap ini semua hanya mimpi. Alicia tak sanggup rasanya melangkah saat ini. Namun ia tau, ada hal yang harus dilakukan. Ada janji yang harus ditepati dan tak mungkin di ingkari.

"Le.." Alicia mencengkram lengan Vanila yang berdiri di sampingnya. Gadis itu datang, menemani dan menguatkannya. Menepati janjinya untuk tidak pergi sebelum semua terlaksana sebagaimana yang sudah direncanakan.

"Kamu bisa Kak, percaya sama aku. Sekali aja, dan kamu bebas." Ucapan Vanila terdengar seperti mantra dan membuat Alicia mampu berjalan dengan pasti memasuki ballroom. Memasang senyum tipis kepada semua orang yang ditemuinya.

Vanila benar, sekali saja dan semuanya akan selesai. Alicia akan menjemput kebebasannya. Merangkul mimpi dan masa depan yang sudah ia persiapkan beberapa hari terakhir. Ya, Alicia bisa melakukan.

"Hi pretty.."

Alicia menatap pemilik suara bass yang tengah mengecup punggung tangannya dan tersenyum lebar, Darren suaminya.

"Kamu kenapa?" Tanya Darren saat melihat mata istrinya yang berkaca-kaca.

Alicia menggeleng, haruskah ia berkata jika saat ini ia tengah menahan sesak melihat pria tampan dengan balutan tuxedo putih itu? Tentu saja tidak. Ia tidak ingin merusak acara yang menjadi mimpi ayahnya ini.

Ah.. bicara soal pria paruh baya itu. Pagi tadi Gandha sempat memasuki kamarnya dan memeluknya erat tanpa sepatah kata pun. Dan sampai saat ini, Alicia tak melihat lagi pria paruh baya yang menjadi cinta pertamanya itu.

"Kita bisa batalkan jika ini menyiksa mu," ucap Darren kembali membuat Alicia menggeleng.

"Jangan.. kita sudah membahasnya."

Darren menghembuskan nafasnya berat lalu mengangguk saat mendapati tatapan penuh harap itu. Baru saja hendak kembali berbicara, rupanya seseorang sudah berhasil mengambil alih atensi istrinya.

"Alicia.. oh Tuhan, cantik sekali tunangan ku ini."

Darren berdecih mendengar pekikan Zidan yang saat ini tengah memeluk Alicia singkat. Andai saja ini bukan di depan umum, sudah pasti ia akan melayangkan tangannya dan merusak wajah pria yang ada di sampingnya itu.

"Oh.. hai adik ipar," sapa Zidan pada Vanila yang masih berdiri dengan pandangan malasnya pada Zidan.

"Boleh aku minta tunangan ku sekarang? Acara akan di mulai beberapa menit lagi?"

Alicia bungkam, ia tak tau harus menjawab apa. Selain itu baik Darren maupun Alicia juga enggan membuka suara membuatnya semakin tak mengerti dengan kalimat apa yang harus dikeluarkannya.

"Baiklah, ku anggap itu sebagai ya. Come on darling," ucap Zidan merengkuh pinggang Alicia setelahnya dan membawa wanita itu menjauh dari kedua orang itu.

"Kau diam saja, huh?"

Darren mengerjapkan matanya beberapa kali sebelum akhirnya tatapannya bertemu dengan Vanila yang memandangnya tak suka.

"Apa?"

Vanila berdecih, "bodoh!"

"Untuk pertama kalinya aku melihat seorang suami yang membiarkan istrinya dibawa pergi oleh pria lain."

Darren menggeleng, "bukannya kau ada disana untuk semua kesepakatannya sayang?"

"Terserah." Dan gadis itu meninggalkan Darren seorang diri.

Darren menghembuskan nafasnya pelan, haruskah ia melakukan semua ini?

Darren kembali melangkah menuju panggung tempat acara saat mendengar suara pembawa acara mulai menggema di seluruh penjuru ruangan.

Disana, tepat disamping ayahnya yang tengah memasang senyum manis kepada seluruh tamu undangan berdiri Carissa— wanita yang dipilihkan Gandha untuk menjadi calon istrinya. Wanita yang dulu sempat dikagumi akan sifat dewasanya dan semua yang ada pada dirinya, kini berubah menjadi wanita musuh pertamanya. Ia membenci wanita itu, wanita yang merusak hidupnya dengan wajah penuh topeng.

"Hai sayang.."

Darren berdecih saat seseorang bergelayut manja di lengannya.

"Lepas," dingin Darren.

"No. Ini malam indah untuk kita. Tentu saja aku tidak akan melewatkan sedikit pun."

Darren menghempas tangan wanita itu kasar lalu berjalan meninggalkan Carissa begitu saja.

"Lihat saja, kau tidak akan bisa lepas dari ku." Gumam Carissa menatap punggung tegap yang meninggalkannya itu.

• ☕️ •




RISTRETTOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang