Ristretto (02)

2K 151 12
                                    

"Alice come," Alicia berdecak sembari tetap pada posisinya. Heran sekali, entah mengapa Kakaknya itu senang berteriak di dalam rumah. Padahal jarak kamar mereka nyaris tak ada selain tembok sebagai pembatas.

Dan lagi, Darren itu senang sekali mengusik ketenangannya. Seperti saat ini misalnya, Alicia yang tengah asyik mengenakan sheet mask di wajahnya harus menahan kesal mendengar teriakan Darren yang terus menerus berulang. Membuat nya ingin menutup telinga rasanya.

"Kamu dengerin Kakak panggil apa ga— sih," Darren melemahkan ocehannya saat membuka pintu kamar Alicia dan mendapati gadis itu tengah asyik memejamkan mata menggunakan masker di wajahnya.

"Mommy ada hantu!" Teriak Darren membuat Alicia mendelik dan bangkit dari posisinya lalu melepas sheet mask nya kasar.

"Kak Alen astagaa," geram Alicia.

"Ngapain lagi sih? Ini tuh udah malam, Kakak gak capek apa teriak-teriak mulu." Lanjutnya berdecak sebal.

Bolehkah ia menyebutnya hari paling dihindari olehnya seumur hidup? Jawabannya adalah hari dimana ia dan Alen hidup di rumah karena sedang mengosongkan jadwal nya masing-masing seperti seharian ini. Alicia benar-benar dibuat kesal dengan tingkah ajaib Kakaknya yang selalu mengusilinya.

Sedangkan Darren, pria itu hanya menyengir tanpa dosa di ambang pintu kamar adiknya. "Kakak laper. Masakin dong."

Alicia bersungut sebal, "masak sendiri dong. Kak Al kan pinter masak, Alice udah pake skincare tadi masa harus kotor-kotoran sama kena asep kompor lagi di dapur?"

Darren mengernyit, "jangan ndeso, orang rumah segini modern nya. Mana ada kompor berasep kaya mulut kamu itu. Udah sana masakin Kakak laper."

"Ya sama aja, kan nanti uap masakannya kena muka ku lagi," sahut Alicia tak mau kalah.

"Sebentar doang elah, cuma sepersekian detik. Mateng semua kamu tinggal apa itu— gosok-gosok muka kamu lagi, geh." Alicia berdecak namun tetap mengarahkan kaki nya turun dari kasur membuat Darren tersenyum kemenangan dari ambang pintu.

"Masakin spagetti ya," goda Darren saat Alicia sudah berada di sampingnya. Membuat gadis itu mendelik dan menghentakkan kakinya kesal keluar kamar.

Darren tertawa melihatnya. Mengerjai Alicia seperti ini adalah satu hiburan tersendiri bagi Darren. Itulah mengapa ia senang sekali membuat gaduh dirumahnya hanya dengan menggoda Alicia sampai terkadang membuat gadis itu menangis dan dirinya harus menerima omelan dari ibunya.

- ☕️ -

Lagi-lagi Alicia harus dibuat kesal lantaran Darren yang memaksanya tinggal untuk menemani pria itu makan di pantry dapur tengah malam seperti ini.

"Kamu lagi deket sama cowok?" Tanya Darren tiba-tiba.

Kali ini tak nampak lagi aura konyol atau jahil miliknya, yang terlihat hanya aura dingin dan tajam seperti saat ia berada di kantor.

Alicia mengernyit namun tetap mengangguk sambil menopang dagunya. "Partner. Anak temennya Daddy. Yang punya produk Alice iklanin."

Darren menatap tak suka mendengarnya, "gantengan mana sama Kakak?"

Alicia kembali mengernyit namun tetap menjawab meski bingung. "It same I think."

"Gak bisa dong, Kakak harus lebih ganteng dari dia." Alicia mendengus, Kakaknya sudah kembali konyol.

"Oke whatever, kenapa Kak Alen tiba-tiba nanya gitu? Mau bilang gak setuju lagi?" Sahut Alicia kesal.

Pasalnya, bukan hanya sekali ini saja pria di hadapannya ini bersikap demikian. Sudah terlalu sering sampai membuat Alicia kesal bukan main, ia bahkan harus rela jomblo dengan status belum pernah berpacaran sama sekali kare ulah Darren di umur 20 tahun ini.

Darren mengangguk sembari memasukkan sendok terakhir spagetti pesanannya tadi. "Kamu tau, Kakak gak usah jelasin berarti."

"Kenapa sih? Ini anak temennya Daddy lho. Apanya yang mau Kak Al khawatirin lagi? Ayolah, Alice udah besar. Bahkan Ale udah pacaran sama Kak Sean tiga tahun. Nah Alice? Tau rasanya di taksir cowok aja enggak." Sahut Alicia kesal.

Ia tak ingin pendekatannya kali ini kembali gagal karena ulah Kakak-nya yang satu ini. Tidak setelah ia merasa bahwa kali ini, pria itu tak memiliki kecacatan apapun seperti yang selama ini Darren utarakan.

"Ya terus kenapa? Itukan karena Ale udah nemu yang cocok dan pasti jagain dia. Kamu tau kan gimana sedihnya Ale dulu waktu di tolak Bang Sean, kamu mau ngerasain itu? Udah deh." Balas Darren acuh.

Alicia berdecak. "Ya gimana Alice mau ngerasain kalo Kakak aja selalu ngerusak semuanya dari awal. Patah hati itu wajar Kak, Alice juga mau tau rasanya pacaran kaya cewek lainnya."

"Yaudah pacaran aja sama Kakak." Sahut Darren santai membuat Alicia mendelik.

"Haha, lucu. Jangan gila deh, mana ada Kakak sama Adik yang pacaran— ngaco." Sahut Alicia tertawa garing.

"Kakak serius," sahut Darren cepat kali ini menatap lurus pada manik mata coklat Alicia.

Alicia mendengus, "udah gila beneran. Ini otaknya tadi habis ditempel dimana? Udah ah.. Alice mau ke kamar lagi, nih rusak gara-gara Kakak."

Darren bungkam saat melihat Alicia melangkahkan kakinya pergi begitu saja kembali ke kamarnya.

Pria itu menghempaskan tubuhnya ke sandaran kursi meja makan yang ditempatinya. Sesulit ini menyampaikan perasaannya pada gadis yang di cintainya itu.

"Kak Al.. jangan lupa habis itu cuci perabotannya."

Darren mendelik mendengar teriakan adiknya itu. Bisa-bisanya ia menganggap ucapannya sebuah bercandaan tetapi masih berteriak mengingatkan Darren mencuci piring.

"Ah.. gue bisa gila." Keluh Darren mengusak rambutnya kasar.

• ☕ •

Hola.. jangan kaget kenapa tiba-tiba Ristretto baru masuk chapter 2. Wkwk.. seperti yang ku bilang, aku mau revisi besar2an disini. Seperti yang beberapa dari kalian bilang.. aku liat ternyata cerita ku ini tetep dominan Sean sama Vanila so aku memutuskan untuk merevisi. Coba buat kalian yang nangkep dimana perbedaan chapter ini, ayo komen aku tungguin..

Hope you like it guys🖤

Jangan lupa follow instagram aku yaa @tiaralma buat info terbaru update cerita2 aku.

Love ya,
tiaralma💋

RISTRETTOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang