Ristretto (03)

1.7K 138 4
                                    

Pagi ini suasana sarapan terasa sedikit aneh, membuat baik Naka maupun Gandha mengernyit heran. Entah perasaannya saja atau memang—– pagi ini mereka berdua tak mendapati keributan seperti biasanya. Naka bahkan tak sempat berteriak memanggil Darren untuk keluar dari kamarnya, karena saat Naka akan memanggil putranya itu dia sudah menemukan Darren duduk di atas sofa ruang keluarga bersamaan dengan laptop dan putranya yang sudah mengenakan pakaian rapi. Selain itu, Darren juga nampak tak mengusili Alicia seperti biasanya. Bahkan, gadis itu terima-terima saja sarapan dengan roti tawar dan selai kacang yang sangat di hindarinya itu.

"Al," panggil Gandha lantaran kesal melihat keheningan diantara mereka.

Darren mengangkat wajahnya yang semula terfokus pada piring di depannya menghadap Gandha yang berada di sebelah kanannya. "Yes Dad."

"Kantor baik-baik aja?" Tanya Gandha.

Sejauh ini tak ada satu pun hal yang terbesit di benaknya selain perusahaan yang dijalankan oleh putranya itu sedang mengalami sedikit masalah sehingga mengakibatkan putra pertamanya itu bersikap seperti ini.

Darren mengangguk dengan sedikit kernyitan di keningnya. "Baik Dad kenapa?"

Gandha menggeleng. "Tumben aja kamu diem."

Darren enggan menjawab, ia lebih memilih untuk melanjutkan sarapannya tanpa mempedulikan tatapan dari kedua orang tuanya. Perasaannya masih belum membaik sejak kejadian semalam. Penolakan Alicia dan menganggap perasaannya sebagai sebuah bercandaan, masih mengusik pikiran Darren.

"Em.. Dad," panggil Alicia menyita perhatian seluruh anggota keluarganya.

Bahkan Darren sempat menghentikan sejenak menyendok sarapannya meski tidak mengangkat kepalanya menatap adik sekaligus wanita yang dicintainya itu.

"Yes Sugar, what happen?" Sahut Gandha memandang putrinya lembut.

"Eu.. itu, Alice mau minta ijin nanti." Ujar Alicia kikuk.

"Ijin apa?" Kali ini Naka yang membuka suara dengan menatap putrinya.

"Alice mau pergi sama Zidan, boleh?" Tanya Alice hati-hati.

Baik Gandha maupun Naka mengernyit sesaat sebelum akhirnya menyemburkan tawanya mendengar penuturan putrinya. Berbeda dengan Darren yang sudah mencengkram sendoknya dengan kuat.

"Zidan anak nya Om Brata itu?" Tanya Naka membuat Alice mengangguk.

"Anak Daddy sudah besar rupanya," goda Gandha membuat semu merah mewarnai wajah polos anak gadisnya.

"Mau kemana emangnya?" Sambungnya lagi.

"Gak kemana-mana sih, eh gak tau juga Alice. Zidan gak bilang. Katanya cuma mau hangout aja ngopi-ngopi kecil di coffee shop. Katanya dia punya coffee shop sendiri." Sahut Alicia.

Gandha mengangguk. "Iya emang setau Daddy Zidan punya usaha sendiri. Tapi yakin cuma kesana? Gak mau kemana lagi?"

Alice mengerut mengingat percakapannya kemarin bersama Zidan, putra salah satu kolega Gandha. Lalu menggeleng dengan bahu mengendik acuh, "gak tau. Zidan yang ajak aku tinggal ngikut."

Gandha manggut-manggut mendengarnya. "Daddy sih gak masalah asal kamu jaga diri."

Alicia tersenyum lebar mendengarnya. "Thank you Dad. Pokoknya Alice janji Alice bak——"

"Alicia gak boleh pergi." Suara itu memotong ucapan Alicia. Suara dari seseorang yang sedari tadi hanya duduk tanpa minat mendengar perbincangan keluarganya.

RISTRETTOWhere stories live. Discover now