Ristretto (20)

1.3K 104 6
                                    

Darren tak henti-hentinya mengulum senyum melihat gadis ah bukan, wanita yang kini tengah bergelung nyaman dalam pelukannya. Wanita yang dicintainya sejak belasan tahun lamanya, menjadikannya seperti orang gila hanya untuk memendam semuanya. Kini.. wanita itu menjadi miliknya, istri sekaligus penyempurna agamanya. Tak mau munafik, Darren juga tak menampik rasa kecewa nya lantaran harus menikahi Alicia dengan keadaan seperti ini. Bukan dirinya yang pertama, dan dirinya yang harus menerima konsekuensi jika sampai perbuatan keji itu membuahkan hasil nanti. Namun Darren berusaha ikhlas dan tak memikirkannya lagi, mungkin inilah jalan yang Allah titipkan agar dirinya bisa bersatu dengan Alicia.

Suasana ruang utama apartement Sean yang semula ramai perlahan kembali menjadi sepi setelah penghulu dan saksi yang datang diantar keluar oleh Arthur sehingga hanya menyisakan sepasang kekasih dan sepasang suami istri yang masih enggan membuka suara.

Vanila, gadis itu bahkan masih terisak menyalahkan dirinya sendiri yang merasa lalai menjaga saudarinya sampai semuanya menjadi seperti ini. Sedangkan Alicia, gadis itu hanya bisa memandangnya dari jauh lantaran masih berusaha memahami apa yang sudah terjadi saat ini.

"Al.." panggilan Sean pada Darren berhasil mengambil alih perhatian semua orang.

Darren mengernyit menatap Sean, "kamu udah jadi suami. Yah.. walaupun mendadak, tapi abang percaya kamu bisa jaga Alice."

Darren masih bungkam mendengar penuturan Sean. "Abang disini sebagai yang tertua diantara kalian, sebagai Kakak Alice— aku cuma pengen memastikan adik ku ada ditangan yang tepat meski itu kamu sekalipun. Pernikahan ini emang mendadak dan— entah ada perasaan atau gak diantara kalian berdua, tapi abang berharap gak akan pernah ada perpisahan buat kalian berdua. Bagaimana pun, pernikahan adalah janji yang suci dan dipertaruhkan di depan Allah."

Sean bergerak, beranjak dari posisi nya dan berakhir dengan bersimpuh di hadapan Alicia yang duduk di samping Darren, "Abang udah ambil keputusan besar dan lancang mempertaruhkan semuanya buat kamu. Jangan buat semua ini sia-sia. Abang percaya, Al bisa menjaga kamu. Kamu dan Al.. kalian harus tetap berjalan sebagaimana mestinya. Hubungan kalian sudah sah secara agama sebagai seorang suami istri. Kasih Abang waktu untuk menjadikan semuanya sah dimata hukum." Ucap Sean lembut menggenggam tangan Alicia.

Alicia mengangguk patuh mendengarnya. "Makasih.." ucapnya pelan membuat Sean tersenyum dan mengecup puncak kepala gadis itu sebelum kembali beranjak dan mendudukkan dirinya di samping Vanila, kekasihnya.

"Gimana sama pertunangan mereka?" Kali ini Vanila yang membuka suara.

"Mereka tetap bertunangan." Sahut Sean santai membuat ketiganya membuka mata tak percaya.

Vanila memiringkan tubuhnya dan menatap Sean garang, "kamu baru aja nikahin dua saudara aku dan kamu dengan santainya masih membiarkan mereka bertunangan nantinya? Kamu pikir ini main-main." Sentak Vanila garang. Bukannya merasa takut, Sean justru terkekeh dan mengecup bibir Vanila secara kilat.

"Bang!" Sentak Darren dan Alicia bersamaan. Sean hanya terkekeh. Mau bagaimanapun Vanila adalah adik bagi keduanya, dan melihat Sean yang mengecup kening gadis itu seenaknya tentu saja membuat keduanya merasa tak terima.

"Mengenai pertunangan yang sudah dirancang, kau tak perlu membatalkannya. Cukup jalani dan ikuti alurnya. Aku tidak akan membiarkan mu menikah dengan siapapun karena kalian sudah bukan lagi lajang." Sahut Sean menatap dua pengantin baru yang mengernyitkan keningnya itu.

"Maksudnya?" Tanya Alicia akhirnya membuka suara.

"Kalian tetap akan bertunangan, tapi tidak akan mengubah status hubungan kalian yang sudah menjadi suami istri." Sahut Sean membuat Alicia dan Vanila semakin mengernyit bingung.

"Sudahlah, kalian diam saja. Biar aku dan Al yang akan mengurus semuanya." Mendengar hal itu, Alicia hanya mengangguk.

Gerakan yang dilakukan Alicia dalam pelukan Darren membuat pria itu tersentak dari lamunannya. Tangannya bahkan secara refleks mengusap lembut punggung Alicia yang hanya berbalut kaos tipis milik wanita itu.

"Jam berapa?" Tanya Alicia dengan suara seraknya membuat Darren menundukkan kepalanya menatap wanitanya.

"Kamu udah bangun?" Alicia mengangguk pelan.

"Udah malem, baru aja selesai adzan isya'. Sholat dulu yuk?" Ajak Darren yang diangguki oleh Alicia.

Darren merenggangkan pelukannya saat merasakan Alicia menggeliat ke samping melepaskan diri dari belitannya. Darren mengernyit saat mendapati Alicia yang menatapnya intens. "Apa?"

Alicia menggeleng, "Kakak Al siap-siap ambil wudhu, biar Alice yang nyiapin semuanya."
Mendengar hal tersebut Darren pun tersenyum lalu mengangguk, tak lama setelahnya ia bangkit dari posisinya menyibak selimut dan beranjak menuju kamar mandi. Meninggalkan Alicia yang masih setia menatap punggung tegap pria yang sudah berstatus menjadi suaminya itu.

Alicia masih tak mengerti dengan permainan takdir yang diterima nya. Rasanya ia ingin menangis dan berteriak di depan Darren untuk menjelaskan semuanya, namun sayang.. nyali nya terkubur sangat dalam bila harus mengingat kejadian sialan itu. Harusnya Darren tau siapa pelakunya, namun sayang nya Alicia tak mendapati tanda-tanda itu dari Darren. Yang saat ini bisa ia lakukan adalah pasrah dan mengikuti permainan takdir. Hidupnya sudah tak berarah, menyisakan Sean dan Darren yang saat ini menjadi penentu dalam setiap keputusannya.

"Kamu melamun?" Suara Darren menyentak lamunan Alicia membuat wanita itu tersenyum tipis.

"Tunggu.." ujarnya lalu beranjak dari ranjang yang diangguki oleh Darren.

- ☕️ -

"Kamu kenapa sih?" Tanya Gandha gemas melihat istrinya yang tak bisa duduk dengan tenang.

Naka menoleh dan mendelik menatap suaminya. "Kamu kok tenang aja padahal anak kamu tiga-tiganya gak di rumah Mas." Sahut Naka sewot membuat Gandha terkekeh.

"Kamu lupa anak kamu umur berapa? Biasanya juga gak dirumah. Udah biarin aja," sahut Gandha yang kini sudah beranjak dari duduk dan memeluk Naka dari belakang.

"Mas kangen loh berduaan sama kamu gini sayang.." sambungnya menimbulkan semburat merah di pipi istrinya.

Naka memukul pelan lengan suaminya yang melingkar di perutnya, "jangan gitu ah.. udah tua juga."

Gandha terkekeh, bukannya menjauh ia justru semakin gencar menggoda istrinya. Lihat saja, saat ini bahkan Gandha tengah asyik mengecupi leher istrinya, "gak ada larangan kalo tua gak boleh romantisan sama istri sayang." Sahutnya disela kegiatannya mengerjai istrinya.

Naka mencebik kesal, "Mas.." rengeknya membuat Gandha terkekeh lalu memutar tubuh itu menghadapnya.

"Temenin Mas yuk, kita udah lama gak bisa punya waktu berdua kaya gini. Gak usah khawatir sama anak-anak, mereka udah dewasa dan bisa jaga diri sendiri." Melihat tatapan lembut yang meneduhkan milik suaminya, Naka menjadi tak memiliki alasan apapun untuk menolak. Jadilah ia pasrah saat suaminya itu menggendongnya secara tiba-tiba memasuki kamar mereka. Hal yang selalu dicintai Naka dari Gandha, sikapnya yang tak pernah berubah meski usia mereka tak bisa lagi disebut muda.

• ☕️ •


RISTRETTOHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin