Ristretto (35)

1.1K 138 8
                                    

Lisse, Belanda-

"Kau bahkan belum menemukannya tapi sudah menyebutnya cantik saja. Bagaimana jika ternyata ia terluka dan wajahnya terkoyak? Kita belum tau."

Vanila kembali memfokuskan pendengarannya pada suara Sean yang nampak tengah mengambil alih pembicaraan, "benarkah? Oh Tuhan.. malang sekali nasib istri ku."

Vanila membulatkan mata mendengarnya, dengan was-was ia memandang Alicia yang tengah memejamkan matanya dengan tangan terkepal kuat. Oh tidak.. ia tak ingin saudarinya itu mendengar hal yang menyakitkan seperti fikirannya saat ini.

"Kalo begitu aku pun akan ikut merusak wajah ku agar seimbang dengannya. Adil bukan? Lagipula aku mencintai Alice bukan karena parasnya, tapi semua yang dimilikinya dan aku tak mempermasalahkan apapun yang ada pada tubuhnya." Lanjut Darren membuat Vanila menghembuskan nafasnya lega, begitu pula Alicia yang sudah kembali membuka matanya.

"Untuk itu diri mu memasang foto kalian berdua sebagai profil sosial media mu, heh?" Tanya Vanila.

"Tentu saja. Aku bangga memilikinya sebagai istri ku, lagi pula.. setidaknya ini bisa membantu ku mengurangi rindu karena belum menemukannya sampai saat ini." Vanila hanya bisa tersenyum tipis saat mendengar suara Kakaknya yang melemah di akhir.

"Aku juga merindukan mu," dan Vanila hanya bisa membulatkan matanya saat mendengar Alicia mengucapkan hal tersebut disaat sambungan telefon yang masih menyala.

"Lice?"

- ☕️ -

Alicia membekap mulutnya yang lancang bersuara. Oh Tuhan..

"Alice.."

Vanila membulatkan matanya begitu juga Sean. "Alice itu kau?"

Vanila menatap Alicia yang menggeleng dengan air mata semakin deras. Melihat hal itu ia hanya bisa mengangguk dan tersenyum tipis.

"Apa maksud mu Kak? Kau sedang mabuk?"

"Tidak.. tidak Le, tadi aku jelas mendengar suara istri ku. Dia berkata bahwa ia juga merindukan ku."

"Kau bercanda Dude? Tidak ada siapapun dalam percakapan ini selain kita bertiga. Aku bahkan tak mendengar apapun."

"Tidak Bang, tadi jelas sekali itu suara Alice. Le, dimana kau sekarang?"

"Eum.. aku di cafe. Kenapa?"

"Bisa kau katakan dengan siapa kau saat ini?"

Vanila terdiam mendengar pertanyaan Darren.

"Aku sendiri memangnya siapa lagi," sahutnya tanpa mengalihkan pandangan dari Alicia yang juga tengah menatapnya intens.

"Kau yakin?"

Vanila mengangguk lalu menggeleng setelahnya, Darren pasti takkan melihatnya. "Tentu saja. Kenapa?"

"Oke." Sahut Darren singkat yang setelahnya merubah tampilan ponsel milik Vanila menjadi sebuah panggilan video.

Baik Vanila dan Alicia yang melihat nya menjadi panik seketika. "Bagaimana?" Tanya Alicia tanpa suara.

Vanila menggeleng cepat. Ia juga tak mengerti mengapa kakaknya itu tiba-tiba saja merubah panggilan suara menjadi panggilan video.

"Le.. kau tidak mengangkatnya?"

"Hah, apa?" Sahut Vanila bingung.

"Ck, bodoh. Lihat ponsel mu dan lepaskan dari telinga mu. Aku merubah panggilannya menjadi panggilan video."

RISTRETTOWo Geschichten leben. Entdecke jetzt