Te Amo Ata | Abang terbaik punya ata

258 10 2
                                    


Rasa sayang ini jauh lebih besar dibandingkan rasa kecewa ku saat ini

-*-

Devin shamus Abraham
Dan juga
Alzelvin darren





















“dah sampek.” Ucap vian yang menghentikan mobilnya di depan rumah seseorang, tidak asing bagi altha karena ia sering sekali kesini.

Vian melirik adiknya ia takut altha akan marah, tapi saat melihat altha ekpresinya hanya datar-datar saja.

Altha tidak terlihat marah bahkan terkejut pun tidak, vian heran melihat adeknya ini. Altha yang merasa vian juga belum keluar dari mobil dan terus memandanginya membuat altha menoleh ke arah vian.

“kenapa bang?” Tanya altha membuat vian sadar.

“eeh emm.” Vian gelagapan. “kamu gak marah dek?” Tanya vian, dan ia langsung menepuk jidat nya sendiri bagaimana bisa ia tadi menanyakan hal itu.

“marah kenapa bang?” Tanya altha.

“kamu tau kan rumah ini rumah siapa?” vian malah bertanya ke altha, bukannya menjawab pertanyaan altha.

“tau kok.” Ucap altha lalu kembali memalingkan muka nya menghadap depan.

“ehhh.. beneran dek kamu gak marah?” ucap vian sekali lagi.

“enggak, lagian altha udah sering dibohongin.”

Perkataan altha itu tadi membuat vian begitu sesak, ia kembali membuat adeknya itu kecewa lagi. Sekarang vian kembali kecewa dengan dirinya sendiri. Vian melemas seketika saat mendengar perkataan altha tadi.

“maafin abang dek.” Ucap vian menatap altha senduh.

“gak ada yang dimaafin bang, altha tau bang vian ngelakuin ini pasti ada alasan.” Ucap altha dengan mata yang sudah berkaca-kaca, altha kembali menahan tangisan.

Altha merutuki dirinya sendiri, kenapa ia begitu lemah dan cengeng. Kenapa ia tidak bisa tegar, kenapa harus menangis yang menjadi pelariannya. Kenapa dan kenapa altha kembali meyalahkan dirinya sendiri.

“lagian altha juga udah kebal dengan semua kebohongan.”

Bagaimana perasaan vian saat ini, ia begitu kacau mendengar pernyataan altha. Ya memang altha memaafkan vian tapi tetap saja mendengar itu seperti vian adalah abang terburuk bagi altha. Ia  merasa sudah gagal menjadi abang altha.

“ta.” Vian memanggil altha.

“udah lah bang gak usah dibahas, lagian kita kesini kan mau seneng-seneng. Altha gak mau ya nangis disini.” Ucap altha dengan memaksakan tersenyum.

Vian mengelus puncak rambut altha. “makasih ya ta, maafin abang udah gagal jadi abang yang baik.”

Altha menoleh kea rah vian, ia melihat abang nya itu begitu kacau.

Altha melihat manik-manik mat avian yang sudah berkaca-kaca. Seketika  rasa sakit menerpa altha, ia memang kecewa dengan  vian tapi  melihat abang nya seperti ini altha merasa jauh lebih sakit.

“bang vian.” Panggil altha.

“maafin abang selalu buat  kamu kecewa.” Vian meminta maaf kembali  pada altha. Rasanya beribu maaf bagi vian itu semua tidak bisa membalas rasa kecewa altha padanya.

Altha menggeleng. “bang vian gak gagal jadi abang.” Mata altha kembali berkaca-kaca. “bang vian adalah abang terbaik, bang vian selalu ada buat altha. Bang vian jangan ngomong kayak gitu.”

“bang vian udah berapa kali buat kamu kecewa dek.” Vian kembali menyalahkan dirinya.

“tapi abang selalu ada buat altha, rasa sayang altha tuh jauh lebih besar dibandingkan rasa kecewa altha sama bang vian.” Ucap altha tidak bisa menahan tangisannya karena semakin ia tahan semakin ia merasakan sesak.

“altha ngomong itu kemaren karena altha emosi saat itu.” Jelas altha. “

“maaf.” Vian menunduk.

Altha langsung memeluk vian yang tertunduk dan vian membalas pelukkan altha. “altha minta maaf ya bang udah ngomong kaya gitu.”

“kamu gak salah dek, kamu benar dengan perlakuan kamu. Abang emang pantas dengan itu.”

Altha kembali mempererat pelukkannya. “bang vi kita saudara altha selalu ada buat bang vian begitu pun sebaliknya, altha gak akan pernah bisa marah ataupun kecewa sama bang vian.” Jelas altha.

Vian melepaskan pelukknya dan menatap altha, vian membersihkan wajah altha  yang penuh dengan air mata. “makasih ya dek udah mau maafin abang.” Altha mengangguk.

“udah jangan nangis, altha jelek kalau nangis.” Vian mencubit hidung altha yang memerah.

“bang vian laknat.” Vian langsung keluar dari mobilnya menghindari omelan altha.
























Holaaaaa hari ini auhtor bakalan double update nih...

Kasih comment yaaa...
Yok guys aku pengen tau pendapat kalian tentang cerita ini 🙌🏼


Pengen ketemu Darren gak?




Mau altha ending nya sama Darren atau sama lainnya ni?





Kasih author vote sebelum next

Te Amo ata (Seri 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang