Te Amo Ata | Kecewa

320 10 3
                                    


Haruskah aku tetap terbangun
Agar dia tidak pergi
Aku kecewa
Semua begitu nyata






























--

“althaa..” ucap vian yang melihat jari-jemari altha bergerak. Kompak Chelsea, argha, devon, vio, mika , reyhand dan bagas menoleh ke arah gadis yang terbaring lemah di hadapan mereka.

Argha yang tau itu segera memencet tombol di sebelah ranjang altha untuk memanggil dokter. Dokter pun segera datang.

“permisi saya mau ngecek kondisi altha dulu.” Ucap dokter itu.

“ma, vi mundur dulu gih biar dokter ngecek kondisi altha.” Ucap argha menuntun Chelsea untuk mundur.

Mata altha membuka  menyesuaikan cahaya di sekelilingnya. Ya setelah pingsan seharian altha akhirnya sadar.

“atha.” Panggil dokter. 

Altha menatap orang yang ada di atas nya, yak arena posisi altha tidur. Orang yang mengenakan pakaian serbah putih itu. “apa yang altha rasain.”

“pusing.” Jawab altha lemah.

Kemudian dokter yang merawat altha menghampiri arga dan Chelsea.

“gimana keadaan altha lang.” Chelsea bertanya pada gilang, ya nama dokter yang merawat altha sekaligus sahabat Chelsea dan argha.

“altha baik-baik saja.” Ucapan gilang membuat Chelsea agak sendikit lega.
“tapi aku peringat kan jangan sampai altha ke capekan.” Ucap gilang Chelsea mengangguk dengan perintah argha. “kalian sudah tau kan.” Chelsea mengangguk mengiyakan.

“kalau gitu aku permisi dulu.”

“makasih lang.” kali ini argha yang bicara.

Dokter gilang pun keluar dari kamar inap altha. Kini Chelsea dan argha mendekati putri nya itu.

Chelsea sangat merindukan putri kecilnya yang sangat hyper aktif. Vian pun sudah berada di sebelah altha.

“aren.” Ucap altha saat ia sudah sukses membuka matanya dan menyesuaikan cahaya di sekitar nya, ya walaupun pusing masih mendominasi kepala altha.

“ta kamu mau apa bilang sama mama.” Ucap Chelsea.

“aren.” Ucap altha sekali lagi dengan suara yang masih sangat lemah.

“apa ta,bilang sama abang.” Ucap vian mengenggam tangan altha.

“dia dimana bang.” Ucap altha akhirnya, suaranya kini pulih tidak se serak tadi.

“siapa ta?” Tanya vian. “mama, papa, bang vian, mika, vio, bangas, reyhand ada disni.” Ucap vian merasa ada yang ganjil vian kembali berucap. “devon juga ada.”

Altha menggeleng.

“kamu cari siapa ta?” Tanya argha.

“aren pa.”

Semua tercengang mendengar orang yang disebut altha, mereka bingung bagaimana mereka memberi tau altha.

Dengan kondisi altha seperti ini jelas saja mereka tidak mau mengambil resiko.  Mereka hanya diam belum menjawab pertanyaan altha.

“tadi aren disini.” Ucap altha, membuat semua ibah dengan altha.

Kenapa ini semua terjadi dengan altha. Altha yang selalu ceria setiap harinya. “tadi aren meluk altha.” Ucap altha. “altha ketiduran.”

Semua masih diam, hanya altha yang berbicara. Lidah mereka keluh, suasana di ruang altha hening.

“kenapa semua diam?” Tanya altha.

“altha.” Panggil vian membuat altha menoleh kea rah nya. “altha harus istirahat, biar altha sembuh nanti kalo sembuh bang vian janji bakal traktir altha ice cream sepuasnya.” Bujuk vian.

“kenapa?” vian tidak mengerti.

“kenapa mengalihkan pembicaraan.” Ucap altha, membuat suasana di ruangan itu semakin mencekat. Tidak ada yang mau menjawab. “kenapa bang, kenapa bang vian diam.” Ucap altha. “bang vian, altha bukan anak kecil lagi yang bisa dibodohi.”

“ta.” Panggil Chelsea mengelus rambut altha.

“ma..” kali ini altha menatap mama nya. “dia pergi lagi ya.” Ucap altha dengan mata yang sudah berkaca-kaca. “kenapa altha gak bangunin altha ma, sekarang di  udah pergi.” Altha mencoba tidak menangis dihadapan mamanya. “kenapa altha tadi tidur.” Altha menyalahkan dirinya sendiri.

“sayang dia gak pergi.”

































Holaaa author update eaakkk..
Gimana nih?
Comment lah buat part ini....

Sedih gak altha terus diginiin sama Darren.
Mau Darren balik lagi gak?

Ya udah lah sampai ketemu di chapter selanjutnya bye bye guys😘


Vote

Te Amo ata (Seri 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang