Naka mengernyit, "ngaco kamu. Mommy aja lagi nonton Netflix kok."

Naka tak berbohong, saat ini ia memang tengah menonton Netflix yang menayangkan serial drama korea favoritnya sejak muda menggunakan home theater milik Darren di apartemen putranya. Entah sudah berapa lama ia meninggalkan suaminya sendirian, tetapi yang jelas Naka merasa ini adalah pilihan yang tepat.

Sudah berjalan 7 bulan mungkin atau lebih, tepatnya sejak Gandha memutuskan untuk menjodohkan Darren dengan Clarissa— Senja tidak lagi mendapatkan keutuhan rasa dari suaminya. Senja tak lagi mendapatkan perasaan tenang dan terlindungi dari pria yang sudah hampir 25 tahun menemaninya.

Terkadang, sempat terbesit di benak Naka untuk menceraikan suaminya namun egonya menolak tegas. Ia masih mencintai pria menyebalkan itu. Hanya saja, diam-diam ia mendapati perasaan bersalah dan tak nyaman bersarang di hatinya saat terlalu dekat dengan pria itu.

"Mommy.." teriakan Darren yang menyapu gendang telinganya membuyarkan lamunan Naka.

"Yaya.. ada apa?"

"Mommy gak dengerin Al daritadi ngomong apa?"

Naka terkekeh mendengar nada kesal putranya. "Maaf maaf, Mommy keasikan nonton tadi," dustanya.

Darren mendecak, "matiin dulu deh. Trus Mommy tolong dong pindahin itu telfonnya. Daritadi gelap terus deh."

Naka mengernyit lalu menuruti Darren untuk menjauhkan ponselnya, tak lama.. tawa wanita yang menginjak usia 40 tahun itu pecah setelah menyadari kebodohannya. "Jadi daritadi kamu panggilan video ke Mommy?"

Darren mengangguk dengan wajah sebalnya. "Mommy ngapain sih, huh."

Naka tertawa. Terkadang sebagai orang tua ia merindukan sikap manja ketiga anaknya yang tak lagi di dapat setelah mereka beranjak dewasa. Apalagi Darren, putra pertamanya. Sebagai seorang pria, Naka benar-benar kehilangan sikap kekanakan putranya itu.

"Jadi ada apa hm, tumben kamu inget Mommy padahal lagi diluar negeri."

Darren tertawa, "terpaksa. Kasihan Mommy bentar lagi mau jadi janda."

Naka mendelik ke arah putranya yang tertawa kencang itu.

"Kakak!"

"Mas!"

"Al!"

Naka mengernyit mendengar tiga panggilan berbeda pada saat yang bersamaan untuk putra nya.

"Al kamu sama siapa?" Tanya Naka penasaran.

Darren mengangguk lalu meredakan tawanya. Setelahnya, pria itu mengubah mode kameranya yang semula selfie menjadi kamera utama.

"Bang, Le.. kakak video call ke Mommy ini kalian." Seru Darren membuat sejoli itu tersenyum cerah sembari melambaikan tangannya ke arah kamera.

"Al.."

"Ya mom.."  Sahut Darren kembali pada mode selfie.

"Kalian di rumah sakit, siapa yang sakit?" Tanya Naka membuat Darren tersenyum tipis lalu mengarahkan ponselnya ke kanan dimana terdapat Alicia yang berada diatas brankar.

"Mommy.." panggil Alicia lirih.

"Lice," gumam Naka berkaca-kaca. Ia merindukan putrinya itu. 6 bulan ini adalah neraka untuknya. Dan Naka tak menyukainya.

"Sayang, ini kamu?" Alicia mengangguk diposisinya. Entah darimana, tiba-tiba tangan suaminya sudah mengusap air mata Alicia yang menetes.

"Mommy, Alice kangen.." rengek Alicia.

Naka terkekeh dalam tangisnya. "Kamu dimana hm, biar Mommy susul."

"Mommy mau kesini?" Tanya Darren yang tiba-tiba menampakkan wajahnya disamping Alicia.

"Iya, kalian dimana? Belanda kan? Mommy kesana." Sahut Naka mantap.

"Mommy mau jagain anak Mommy." Sambungnya.

Darren terkekeh, "boleh. Nanti biar Al sama Sean siapin private jet aja. Mommy kaya nya emang harus kesini, cucu Mommy minta di temenin Omanya."

Naka mengernyit sesaat sebelum akhirnya membulatkan matanya terkejut, "istri kamu hamil?"

Darren terkekeh lalu mengangguk membuat Naka terpekik senang. "Gak usah jemput. Biar Mommy kesana sendiri sekarang. Kamu jemput aja Mommy nanti. Kamu jagain anak sama cucu Mommy dulu, oke.. dah."

Darren hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah sang ibu yang memutus panggilan sepihak.

• ☕️ •

Lieur euy.
Nge stuck banget idenya. Ada banyak tapi buat cerita yang lain💆🏻‍♀️.
Maafkan aing gaeswkwk.

tiaralma💋

RISTRETTOWhere stories live. Discover now