Chapter 5 Titah Langit

18K 775 14
                                    

Yulan merinding mendengar permintaan orang itu, tetapi mau bagaimana lagi? inilah pengharapan terakhirnya. Demi ama dan emenya, kakak-adiknya, paman Qi dan Anqiu. Yulan akhirnya memutuskan.

"baik. aku setuju"

penagih utang itu tertawa senang, Yulan miris selain dengan menjual diri tak ada lagi pengharapan lain baginya. Kalau ia tidak menerima penawaran ini penagih itu pasti meminta semua uangnya di kembalikan selain itu paman Qi sedang sakit gara-gara kondisi rumah yang mereka tinggali, kakak patah tulang kaki akibat bekerja buruh sementara eme juga butuh pengobatan, dia sebagai tulang punggung keluarga harus menanggung semuanya.

"kalau begitu tanda tangani ini" penagih utang itu meletakkan secarik kertas perjanjian di atas meja.

Yulan menbubuhkan cap jari jempolnya, setelah selesai si penagih utang segera menggulung kertas itu memasukannya ke dalam saku.

"Sesuai janji seluruh utang ayahmu dan juga biaya pengobatan keluargamu aku akan melunaskannya, nanti siang akanku kirim hadiah pernikahan ke rumahmu"

Yulan tak berkata banyak, dia diam di tempat melihat penagih utang itu meninggalkan tempat ini. Seiring kepergian penagih utang itu Yulan tak dapat lagi menahan perasaannya, dia merasa marah. Marah karena perjalanan hidupnya yang begitu keras, Yulan tak ingin memperlihatkan wajah sedih ini pada keluarganya, dia diam-diam menyingkir menangis di sudut ruangan, terdengar bunyi sesegukan tapi tak lebih besar dari suara lalat.

"Tenangkan dirimu Tuoheluo Yulan! ini demi keluargamu" batin Yulan dalam hatinya

Yulan berusaha menenangkan diri, dia melanjutkan perjalanannya tak memikirkan kejadian tadi. Yulan masih menitikan air mata tapi sekarang dia merasa lebih tenang. Berkali-kali dia menghapus air matanya yang pada ahirnya mengering juga. Yulan meminta izin pulang awal pada nyonya pemilik toko jahit, ia merapikan diri setelah memastikan matanya tak semerah tadi ia pun pulang kerumahnya.

------

"Pelan-pelan paman Qi" ujar Anqiu yang sedang meminumkan obat pada paman Qi.

Paman Qi seperti kelaparan menelan buru-buru obat herbal di dalam mangkuk, dia tersedak serta terbatuk-batuk. Anqiu meletakan mangkuk ditangannya, dia menepuk-nepuk pundak paman Qi.

"Paman ini, makanya jangan di minum buru-buru kan masih panas"

"aku cuma mau cepat sembuh" kata paman Qi seraya menahan batuknya

Anqiu tersenyum mendengar penuturan paman Qi yang aneh daripada biasanya. Anqiu mengangkat mangkuk obat herbal kembali menyuapi paman Qi, kali ini paman Qi menurut dia bahkan meniup-niup obatnya agar dingin.

"Anqiu, aku merasa tubuhku agak baikan sekarang"

paman Qi menjauhkan selimutnya, ia memakai sepatunya lalu berdiri di depan Anqiu "lihat, aku sudah dapat berjalan" paman Qi berputar ditempat.

Dia berhenti dan sempoyongan hampir jatuh, untungnya Anqiu menopangnya. Anqiu membaringkan tubuh paman Qi di kasur tak lupa juga menyelimutinya.

"Nah, paman kau istirahat sekarang juga"

Anqiu merapikan tirai penutup lalu keluar membawa mangkuk obat yang telah kosong, Anqiu tersenyun-senyum mengingat insiden konyol tadi. Sampai di ruang tengah Anqiu bertemu dengan Yulan,nona mudanya.

"Nona, sudah pulang?" Tanya Anqiu riang seperti biasa

"Ya . . . " balas Yulan tak bersemangat

Anqiu kebingunan mendapat balasan yang tak biasa terbilang abeh dari nonanya, dia tak pernah melihat nonanya seperti ini. Yulan duduk termenung di depan meja makan yang dipenuhi makanan tapi sama sekali tak menyentuh makanan-makanan tersebut, Anqiu meletakkan semangkuk nasi dan sumpit ke hadapan Yulan menyerukan

Cruel FlowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang