Chapter 39 : Balai Terbuang

9.8K 518 80
                                    

Maaf menunggu lama, dan inilah chapter yang tunggu sekian lama! Makasih telah bersedia menunggu untuk sekian lama.... Benar-benar minta maaf atas keterlambatan ini, terjadi banyak masalah dalam kehidupan. Anyway silakan membaca 😂😂😂😂

Catatan :

Tai fei : istilah yang digunakan untuk memanggil selir janda dari almarhum Kaisar.
Leng : dingin
Pasangan makan : menunjuk pada dayang dan dayang atau pun dayang bersama kasim hidup bersama dan makan bersama sebagai pasangan hidup

Yulan terhenyak beberapa saat. Pikirannya mulai merambat kemana-mana menyaksikan ke-empat wanita tersebut. Siapa sebenarnya ke 4 orang wanita ini? Kenapa mereka tinggal di tempat hampir dapat disebut tak layak tinggal. Lantai-lantai berlubang dimana-mana, atap penuh tampalan tak lagi memancarkan kemilau kekuningan, jendela-jendela berlubang dan ditampal menggunakan kain dimana pun, pilar kayu cendana tak lagi berwarna coklat, melainkan telah memudar menjadi warna yang lebih pucat. Beberapa tiang bahkan ditumbuhi jamur. Tempat ini jauh lebih bobrok daripada biara tempat tinggalnya. Beberapa tanaman dalam pot yang sudah tak diketahui tumbuhan apa itu layu begitu saja, bahkan ada pula pot bunga porselen biru usang dibiarkan tergeletak begitu saja saja diatas lantai.

"kau belum menjawab pertanyaanku" ucap perempuan itu sedikit meninggikan suarannya saat menyadari Yulan tak mengikuti arah pembicaraannya. Yulan kembali memusatkan tatapannya pada perempuan berparas cantik yang terlihat tegas itu. Bibirnya terlihat indah dan penuh. Sungguh suatu sosok perempuan indah walau tanpa dandanan apapun. Diam-diam Yulan merasa iri terhadap kedewasaan wanita ini walau usianya terlihat baru menginjak 20 tahun.

Yulan memberi senyum terindah yang masih dapat diingatnya. Ia membungkuk memberi hormat. "Hamba adalah pelayan dari Ya Ning. Maaf telah mengganggu ketenangan kakak sekalian"

Seorang perempuan dengan rambut sedikit beruban dan wajah mulai keriput tertawa kecil. Memperlihatkan gigi geligi menguningnya.

"Kakak?" perempuan itu tertawa terbahak-bahak bagaikan menemukan candaan menarik. "Sudah lama sekali tiada orang memanggilku demikian" perempuan itu menghentikan tawanya. "Gadis muda, kau sungguh sosok yang sangat menarik, tidakkah kau mengetahui tempat apa ini?"

Yulan menatap perempuan itu dari mata ke mata. Wajah perempuan itu kusam jelas membuktikan dia tak pernah merawat wajahnya, bintik-bintik hitam pun menyebar di sekitar pipi dan jidat perempuan ini. Ia tak mungkin salah seorang selir kaisar manapun. Parasnya tidak jelek, hanya wajahnya kurang perawatan. Yulan menerka, apakah mungkin perempuan-perempuan ini seorang mo mo yang bertugas memberi hukuman siksa? Ataukah seorang pelayan pekerja kasar? Tidak, meski baju mereka terlihat kusam tapi motif-motif pakaian perempuan paling muda diantara mereka terlihat bukan sulaman luar istana. Meski mode sulaman kupu-kupu dengan pinggiran sulam benang perak sudah lewat masa populer namun jelas terlihat buatan penjahit istana.

Yulan mengernyit heran mendapati dirinya tak tahu sama sekali siapa gerangan wanita-wanita ini. Menyaksikan Yulan tak dapat menjawab pertanyaannya, perempuan itu makin tertawa lepas. Bahkan, perempuan dengan surai putih tertua lainnya pun ikut menertawakan kebisuan ini. Perempuan berambut lusuh dan kotor yang tengah duduk dilantai pun terkesan mengejeknya menggunakan tawa dan bisik-bisik kosong pada udara. Hanya perempuan bermata setajam elang tak menertawakan dirinya.

Cruel FlowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang