Chapter 63 Kembali

3.5K 244 59
                                    

Janganlah mencintai apapun karena berpisah dengan apa yang dicintai adalah menyedihkan.

Tiada lagi ikatan bagi mereka yang telah bebas dari mencintai dan tidak mencintai

Catatan :

Ji Fu : busana yang akan dikenakan saat acara-acara bahagia semisal, kelahiran, ulang tahun, perayaan

Karpet merah membentang dari depan pintu Chien Cing. Pintu berbenjolan 81 tersebut terbuka lebar menyambut kedatangan Huilan.

Sepasang sepatu pot berwarna merah kejinggaan bersulam bunga magnolia bersepuh permata siap melangkah elegan di tengah karpet merah tersebut. Kuncir mutiara di atas sanggulan Huilan bergoyang mengikuti irama gerakannya. Ujung rok baju formal berbordir ekor naga melayang-layang tertiup angin awal musim semi. Para istri bangsawan bersujud bersamaan saat Huilan memasuki pandangan mereka. Lautan satin biru terhampar di sisi kiri dan kanan karpet merah.

Berbagai wangi bercampur menjadi satu memasuki indra penciuman Huilan. Perhiasan, permata berkilau di bawah cahaya matahari siang. Setiap langkah yang dilaluinya penuh kenangan. Keputusasaan menerima pernikahan dengan orang mati, awal mulanya memasuki istana, bertemu Kaisar, hidup dalam tekanan, dijebak hingga saat ini. Setiap jalan yang dilaluinya penuh tangisan darah. Ia merangkak di atas tangga pisau tajam hingga dapat memperoleh kesempatan ini.

Huilan menaiki tangga karpet merah tersebut. Perempuan itu menatap lurus menuju kumpulan yang berada di atas puncak tangga. Jubah kebesarannya berkibar diterpa angin. Senyum tetap bertahan diwajahnya, tak sedetikpun tatapan lelaki itu teralih dari Huilan seolah Huilan merupakan pusat dunianya.

Hati Huilan teremas, tatapan itu begitu senang dan lembut. Yong Yen juga menatapnya seperti ini hari saat hatinya menjadi milik lelaki itu. Andai segalanya tak pernah terjadi, mungkin dirinya pun akan membalasnya dengan perasaan yang sama. Polos dan sepenuh hati. Setelah melewati segala kepahitan di masa lalu, perasaan itu tak lagi sama. Demi memperoleh apa yang dirinya inginkan ia harus menggunakan atau memperdaya lelaki itu. Bibir merah Huilan melengkung membalas senyum Yong Yen. Tatapan wanita itu beralih pada kelompok perempuan dengan jubah resmi di belakang Yong Yen.

Bibir berpoles merah mawar tersebut tersenyum. Busana formal kuning berbordir naga dengan sudut rok berbordir gelombang laut terlihat sangat mencolok diantara para selir kaisar yang mengenakan baju merah bata dan hijau. Mata tajam wanita itu tak memperlihatkan secercah pun keramah tamahan. Malahan jika dilihat lebih teliti mungkin perempuan itu bakalan menerkamnya atau mencabik-cabik dagingnya dengan tangan kosong hingga tubuh Huilan berubah menjadi serpihan tak bermakna.

Berbeda dengan perempuan itu, Wenqi tersenyum sumringah.

Mata Wuya Wenqi berkaca-kaca. Senyumannya tulus. Huilan mengangkat kakinya menaiki tangga dengan menopangkan tangannya pada bahu Qixian yang membungkuk. Kasim itu mengenakan busana formal warna hitam dengan sulaman ular berkaki dan bola api. Bawahan busana formal berbordir ombak lautnya melambai-lambai saat kaki Qixian bergerak bagai gelombang ombak sungguhan yang menuju pesisir pantai. Topi kerucut berjumbai merah dikenakan Qixian memiring lucu saat bergerak membantunya menaiki tangga. Kasim itu bagaikan tidak menyadari semua ini. Masih terus bergerak hati-hati mengikuti irama gerakan Huilan.

Huilan mengalihkan tatapannya dari kerumunan yang dikenalnya dan beralih pada 3 orang wanita berbalut satin dalam warna lembut. Tatapannya langsung terfokus pada perempuan dalam busana qipao biru sablon azalea berbayang berkilau. Mata lebar perempuan itu membelalak. Ia mundur beberapa langkah seperti tidak memercayai apa yang dilihatnya. Dua orang perempuan muda yang ditubruknya pun turut tidak senang akan aksinya.

Selir itu terlalu mirip dengan paras Huilan, terutama mata dan gerakannya begitu mirip dirinya. Bahkan busana yang perempuan itu kenakan hampir serupa dengan seleranya saat baru masuk istana. Huilan menghela napas pelan, menyayangkan hidup perempuan itu. Lagi-lagi seorang perempuan yang dijadikan pengganti dirinya, sama halnya dengan selir bernama Merah yang sebelumnya mati membakar diri. Kenyataan itu entah akan membawa perempuan itu menuju penderitaan seperti apa. Terlihat matanya meredup berkaca-kaca. Perempuan itu menunduk tak melakukan apapun lagi.

Cruel FlowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang